Liputan6.com, Jakarta - Stadion Lebak Bulus kini tinggal kenangan. Salah satu stadion ternama di Indonesia ini sudah rata dengan tanah. Bangunan yang berdiri tahun 1987 ini harus 'mengalah' demi memperbaiki wajah transportasi di Ibukota. Di lahan bekas Stadion Lebak Bulus berdiri bakal dibangun terminal MRT (mass rapid transit).
Mengutip Kamus Besar Bahasa Indonesia. Secara harafiah lebak berarti kolam, sedangkan bulus memiliki arti, kura-kura kecil. Daerah tersebut dinamakan Lebak Bulus karena dahulu di wilayah tersebut merupakan sentra penjualan kura-kura yang diletakkan dalam kolam.
Baca Juga
Hasil BRI Liga 1 Malut United vs Persija Jakarta: Gol Maciej Gajos Lesatkan Macan Kemayoran ke Peringkat 3
Hasil BRI Liga 1 Persija Jakarta vs PSS Sleman: Gustavo Almeida Hattrick, Macan Kemayoran Terkam Super Elang Jawa
Hasil BRI Liga 1 Bali United vs Persija Jakarta: Serdadu Tridatu Jinakkan Macan Kemayoran
Sejarah Stadion yang terletak di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan ini cukup panjang dan bisa dibilang menjadi bagian sejarah sepakbola di Indonesia. Cerita Stadion Lebak Bulus bermula ketika grup usaha Bakrie, sekaligus penyandang dana klub Galatama, Pelita Jaya meneken perjanjian dengan Pemprov DKI Jakarta.
Advertisement
Pelita Jaya mendapatkan kontrak hak guna bangunan selama 2 dekade alias 20 tahun. Ketika itu, Stadion dinamai Sanggrahan Pelita Jaya. Baru pada 2006, setelah kontrak Pelita Jaya dan Pemprov DKI Jakarta habis, bagunan seluas ini berganti nama menjadi Lebak Bulus.
Cukup lama Pelita Jaya mendiami Stadion Lebak Bulus, akhir 1987 hingga menjelang millenium ke-3 alias tahun 2000. Pelita Jaya kemudian pindah markas ke Solo karena beralih kepemilikan. Baru pada 2000, stadion ini pindah ke tangan Persija Jakarta. Stadion ini menjadi saksi bisu perjalanan Persija selama 10 tahun berkiprah di kancah Liga Indonesia. Stadion yang terdiri dari 4 tribun ini menjadi tonggak sejarah Macan Kemayoran merebut gelar juara ISL pada 2001 lalu kendati partai final digelar di SUGBK.
Stadion ini berkapasitas 12.500 orang. Melihat kapasitanya, stadion ini termasuk berskala internasional selain Stadion Utama Gelora Bung Karno di Kawasan Senayan, Jakarta Pusat. Tidak heran ketika masih tegak berdiri, Lebak Bulus menjadi venue laga internasional seperti babak Kualifikasi Piala Asia U-16 grup G 2008 lalu.
Pada akhirnya, Persija harus meninggalkan Stadion Lebak Bulus musim 2008-09. Itu setelah PT Liga Indonesia menetapkan, Stadion Lebak Bulus tidak memenuhi standar untuk menggelar pertandingan berskala AFC karena kapasitasnya yang tidak memadai. Sudah tidak terhitung, kericuhan yang terjadi gara-gara penonton tidak bertiket menjebol pintu masuk yang berujung pada keributan. Persija pun pindah markas ke SUGBK.
Di akhir hayatnya, Stadion Lebak Bulus menggelar partai perpisahan antara Persipasi Bandung Raya kontra Villa 2000 di sebuah partai ujicoba. Tidak sedikit kisah kelam terjadi selama 28 tahun Stadion ini berdiri. Sudah tidak terhitung berapa kali bentrok suporter terjadi di dalam maupun luar stadion. Tidak jarang suporter meluber hingga pinggir lapangan karena kapasitas stadion tidak cukup besar menampung jumlah suporter.
Cukup mudah mengetahui bila Persija sedang mentas. Dari kejauhan tampak puluhan suporter menyaksikan laga dari atap stadion dan di atas papan skor. Kemacetan pun mengular karena jalanan dipadati oleh TheJakmania. Lokasi yang berdekatan dengan Terminal memudahkan fans Persija dari penjuru Jakarta bisa dengan mudah mencapai Stadion ini.
Paling diingat, yaitu duel sarat gengsi berbalut emosi tinggi antara dua musuh bebuyutan, Persija Jakarta kontra Persib Bandung pada 2007 lalu. Ketika itu, bus pemain Persib habis diserbu pendukung Persija. Bahkan, Eka Ramdani yang ketika itu masih memperkuat Persib babak belur, menjadi sasaran amuk massa fan Persija.
Ini merupakan aksi balas dendam setelah Ismed Sofyan menjadi korban intimidasi suporter Persib ketika Persija tandang ke Bandung.
Memori 2 Macan Kemayoran
Pemain veteran sekaligus legenda Persija, Ismed Sofyan memiliki cerita tersendiri soal memori hitam itu di Stadion ini pada 2005. Ketika itu, Persib Bandung yang dijadwalkan bertanding ke Lebak Bulus terpaksa balik kanan karena alasan keamanan melihat animo suporter tuan rumah yang tidak terbendung.
"Aksi WO yang dilakukan oleh Persib Bandung itu dikarenakan banyaknya suporter Persija yang membludak sampai ke tengah lapangan, dan demi keamanan, Persib memilih pulang."
Tapi bagaimanapun, Lebak Bulus tempat yang angker bagi lawan di mata Ismed. "Hampir 80% bila main di Lebak Bulus Persija berhasil menang," kata Ismed ketika dihubungi Liputan6.com. Pemain yang beroperasi sebagai bek sayap kanan ini telah banyak makan asam-garam di Stadion Lebak Bulus. Sudah 15 tahun, Ismed bergabung di Persija.
Tidak salah menyebut Lebak Bulus sebagai sarang 'Macan' sehingga membuat nyali lawan ciut. Gelandang Persija, Amarzukih mengakui kalau Lebak Bulus menjadi teror bagi lawan karena jarak lapangan dan penonton yang berdekatan.
"Ini membuat suasana pertandingan menggebu-gebu karena jaraknya sangat dekat dengan penonton. Sewaktu bermain untuk Persitara Jakarta Utara, saya ngeri bila bermain Lebak Bulus. Butuh adaptasi lama, tidak seperti di SUGBK," aku dia.
Stadion Lebak Bulus kini tinggal nama. Praktis, dua kali sudah kandang Persija dibongkar Pemerintah Daerah. Pengalaman serupa dialami ketika Stadion Menteng digusur pada 2006. Lahan tersebut kini beralih fungsi menjadi tempat rekreasi.
Ismed dan Amarzukih pun kompak meminta Pemda DKI mencari pengganti dua markas Persija yang sekarang tinggal cerita buat anak cucu. "Stadion Lebak Bulus sudah dibongkar, saya berharap agar pemerintah bisa membangun stadion lain sebagai gantinya, karena pada saat ini semakin dikit lapangan di Jakarta untuk bermain Bola," ucap Ismed.
Ya, cerita si Kura-Kura kecil dalam kolam sudah berakhir.. seiring teriakan parau yang mustahil kembali terdengar:
"Ini Lebak Bulus, kandangnya Persija, jangan cari mampus, kalau main di Lebak Bulus...!" (Rjp/Rco)
Advertisement