Kilas Balik Sepak Bola Nasional 2015: Tahun Penuh Konflik

Belum diketahui kapan sepak bola di negeri ini bangun; mengingat sanksi FIFA berlaku hingga batas waktu yang tidak ditetapkan.

oleh Rejdo Prahananda diperbarui 28 Des 2015, 21:06 WIB
Diterbitkan 28 Des 2015, 21:06 WIB
20151102-Kisruh-Sepakbola-Nasional-Jakarta-La-Nyalla-Mattalitti-Kohzo-Tashima
Ketua Umum PSSI La Nyalla Mattalitti (kelima kiri) berfoto bersama delegasi FIFA usai melakukan pertemuan di Jakarta, Senin (2/11/2015). Rencananya delegasi FIFA juga akan menemui Presiden Jokowi di Istana Negara. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Sempat bangkit dan kembali bergairah, sepak bola Indonesia kembali terlelap. Belum diketahui kapan sepak bola di negeri ini bangun; mengingat sanksi FIFA berlaku hingga batas waktu yang tidak ditetapkan.

Ya, sepak bola Indonesia benar-benar terpuruk di tahun 2015. Konflik PSSI dan Kementrian Pemuda dan Olahraga membuat kompetisi di Indonesia mati suri. Keributan bermula dari skandal pengaturan skor. Menpora Imam Nahrawi melihat, masalah tersebut telah mendarah daging dalam sepak bola tanah air.

Sebagai jalan keluar, pemerintah membentuk Tim 9 untuk mengkaji masalah sepak bola di Indonesia. Setelah kerja Tim 9 rampung, Kemenpora membentuk Tim Transisi untuk menggantikan peran PSSI. Sejumlah tokoh ditunjuk untuk mengisi tim ini. Namun, tidak sedikit dari tokoh tersebut menolak bergabung di Tim Transisi, salah satunya adalah Walikota Bandung, Ridwan Kamil.

Baca Juga

  • Hiddink Sentil Van Gaal soal Performa Depay
  • Arsenal Berniat Datangkan Pemain Buangan Van Gaal
  • Adu Mentereng Skuat MU dan Chelsea Dalam Rupiah

Manuver Pemerintah tidak berhenti sampai di situ. Menpora melalui Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) akhirnya melarang dua klub ikut serta dalam kompetisi ISL. 

Arema Cronus dan Persebaya United dianggap gagal melengkapi adiminstrasi karena dua dualisme kepemilikan. Padahal, BOPI sendiri telah memberi restu pada PSSI tetap menggulirkan ISL namun dengan syarat, tanpa Arema dan Persebaya.

Namun PSSI selaku induk sepak bola di Indonesia tetap jalan terus menggelar kompetisi. Perhelatan ISL yang sempat ditunda beberapa pekan resmi bergulir pada April. Namun, PSSI terpaksa menghentikan seluruh kegiatan sepak bola, termasuk ISL pada Mei lantaran Tim Transisi bentukan pemerintah tidak memberikan rekomendasi kepada kepolisian menggelar pertandingan di seluruh Indonesia.

Pemerintah akhirnya membekukan PSSI pada 17 April 2015 melalui surat bernomor Nomor 0137 Tahun 2015. Surat tersebut diterbitkan  (18/4/2015). Menpora menilai PSSI telah mengabaikan tiga surat teguran tertulis yang dikeluarkan pemerintah. Salah satunya tetap menggulirkan kompetisi dengan menyertakan dua peserta Arema dan Persebaya.

Pemain-pemain menjadi korban karena kompetisi mendek. Mereka terpaksa menganggur. Mayoritas pemain terpaksa bermain di turnamen antarkampung untuk menyambung hidup.

La Nyalla Menjadi Ketum PSSI

Di tengah konflik yang menerpa, Wakil Ketua Umum PSSI, La Nyalla Mattalitti terpilih menjadi Ketua Umum PSS periode 2015-2019. Dia maju menjadi calon Ketua Umum PSSI  dalam Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI di Hotel JW Marriot, Surabaya, 18 April 2015.

PSSI dibekukan pemerintah bertepatan dengan KLB di Surabaya yang juga dihadiri oleh perwakilan pemerintah dalam hal ini KONI. KLB dibuka oleh Ketua Umum KONI, Tono Suratman. Dalam KLB tersebut, sejumlah calon memutuskan diri mundur sebelum berperang, salah satunya Ketum favorit, Joko Driyono; yang ketika itu masih menjabat Sekjen PSSI.

Pengurus baru PSSI masa bakti 4 tahun ke depan terbentuk. Hinca Panjaitan yang sebelumnya menjadi Ketua Komisi Disiplin PSSI naik pangkat menjadi Wakil Ketua Umum dan Erwin Dwi Budiawan.

Sehari setelah dinon-aktifkan oleh pemerintah, Ketum baru PSSI dan 9 anggota Komite Ekskutif terpilih langsung menggelar rapat di Jakarta untuk menentukan langkah ke depan. PSSI kemudian menempuh jalur hukum melalui Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) untuk menggugat keputusan pemerintah yang dibuat Menpora.

Setelah beberapa kali sidang dengan menghadirkan dua pihak, PTUN memangkan PSSI.  Dalam pertimbangan perkara bernomor 91/G/2015/PTUN-JKT, Majelis menyatakan tenggat surat peringatan yang diberikan Kemenpora kepada PSSI terlalu pendek.

"Tenggat waktu antara SP I dan III tidak sesuai nalar karena SP I ke II hanya enam hari dan dari SP II ke III hanya sehari," jelas Hakim dalam pembacaan putusan Sidang PTUN, 14 Juli 2015.

Atas putusan tersebut, Kemenpora harus mencabut pembekuan PSSI. Tapi Kemenpora belum menunjukkan tanda-tanda ingin berdamai. Mereka mengajukan banding. Hingga kini, proses hukum kisruh antara PSSI dan Kemenpora masih terus berlanjut.

Sanksi FIFA

Karena kisruh tersebut, badan sepakbola dunia (FIFA) menjatuhkan sanksi untuk Indonesia pada 30 Mei 2015. Surat tersebut ditujukan kepada Sekretaris Jendral PSSI, Azwan Karim dan ditanda tangani oleh Sekretaris FIFA, Jerome Valcke.

Sanksi untuk Indonesia dari diketok dalam rapat Komite Eksekutif (Exco) FIFA yang digelar di Zurich, Swiss, Sabtu (30/5/2015). Sanksi ini keluar lantaran adanya intervensi yang dilakukan Pemerintah yang membekukan PSSI. FIFA menilai, pemerintah Indonesia telah melakukan intervensi terhadap Indonesia.

Selama dihukum, PSSI kehilangan hak keanggotaan (Pasal 12 ayat 1 Statuta FIFA) dan seluruh wakil asal Indonesia (timnas maupun klub) dilarang melakukan hubungan internasional, termasuk terlibat di kompetisi FIFA dan AFC (khususnya Pasal 14 ayat 3 dari Statuta FIFA).

Sanksi kepada PSSI juga membuat setiap anggota mereka dan ofisial tidak bisa mendapatkan keuntungan apapun dari program pengembangan FIFA dan AFC, kursus, atau latihan selama dijatuhi sanksi.

Sanksi bagi PSSI langsung berlaku dan untuk waktu yang tidak ditentukan sampai PSSI bisa mematuhi peraturan Pasal 13 dan 17 Statuta FIFA. Hukuman untuk PSSI baru bisa dicabut bila PSSI bisa memenuhi empat poin yang diminta FIFA. Intinya, seluruh kegiatan sepak bola di Indonesia dikembalikan pada PSSI. 

FIFA akhirnya mengirim delegasi ke Indonesia pada November 2015. Namun kunjungan perwakilan mereka tidak terlalu signifikan karena pemerintah masih belum mau mencabut pembekuan PSSI. 

Laga Internasional Terakhir Timnas

Di tengah bayang-bayang sanksi FIFA, Timnas U-23 Indonesia tetap melakoni pertandingan terakhir. Komite Eksekutif FIFA memang memberikan pengecualian, karena Timnas U-23 sedang bertarung di ajang SEA Games 2015. Keputusan itu tertuang dalam surat FIFA tertanggal 30 Mei 2015.

Indonesia lolos dari fase grup bersama Myanmar. Tim Merah Putih bertengger di peringkat 2 klasemen grup A. Kiprah Indonesia di ajang SEA Games ini terhitung cukup optimal. Evan Dimas dan kawan-kawan berhasil menyentuh semifinal. 

Di babak grup, Indonesia lolos dari lubang jarum setelah mengalahkan Singapura dengan skor tipis 1-0 melalui gol Evan di laga terakhir fase grup. Kemenangan ini membuat Indonesia menyingkirkan tuan rumah Singapura yang harus mengakhiri kiprah dari fase grup di peringkat 3.

Garuda Muda keok di tangan Thailand dengan skor telak 0-5. Di perebutan tempat ke-3, tim besutan Aji Santoso ini juga hancur di tangan Vietnam dengan skor 0-5. Tim Gajah Putih, Thailand akhirnya mampu keluar sebagai pemenang setelah mengalahkan Myanmar di partai final.

Indonesia gagal mempertahankan perak yang didapat dalam dua SEA Games terakhir 2011 dan 2013. Setelah perhelatan SEA Games 2015, Indonesia dipastikan tidak bisa mengikuti event internasional. Termasuk tidak bisa tampil di Kualifikasi Piala Dunia 2018 Rusia.

Perhelatan Piala AFF U-16 dan AFF U-19 yang sedianya digelar di Indonesia batal dilaksanakan karena sanksi FIFA. Program Timnas di semua kelompok umur berantakan.

Era Turnamen

Guna mengisi kekosongan kompetisi di Tanah Air sekaligus menghidupkan kembali pemasukan pemain, promotor olahraga dan musik, Mahaka menggelar turnamen bertajuk Piala Presiden. Banyak pihak menilai, turnamen ini berjalan sukses terutama dari segi tata kelola. 

Mahaka mengganjar hadiah Rp 3 miliar pada pemenang. Sebagai promotor, Mahaka memberlakukan berbagai macam hukuman dan sanksi berupa denda bila setiap tim melanggar aturan. Namun demikian, aksi Walked Over dari Persebaya United (Bonek FC) mewarnai jalannya turnamen ini. Pihak Mahaka menjatuhkan sanksi berat pada tim asal Jawa Timur itu. 

Final pertandingan ini menjadi polemik karena Persib Bandung melangkah ke partai puncak yang digelar di Jakarta. Gesekan antara suporter Persib dan Persija Jakarta membayangi duel Persib kontra Sriwijaya FC pada (18/10/2015) di SUGBK.

Pasalnya, pertama kali, Bobotoh diizinkan memasuki Jakarta. Pengamanan ekstra ketat diberlakukan pihak keamanan untuk pendukung Persib, Guna mengantisipasi bentrokan, pihak kepolisian menerapkan status Siaga I di Jakarta. Suasana ibukota diramaikan dengan kendaraan lapis baja yang terpusat di Senayan.

Persib keluar sebagai turnamen Piala Presiden setelah memetik kemenangan 2-0 atas SFC. Maung Bandung melengkapi gelar ISL 2014 dengan Piala Presiden. Gol Persib disumbangkan oleh Ahmad Jufriyanto dan Makan Konate.

Setelah menggelar Piala Presiden, Mahaka kembali menghelat Piala Jendral Sudirman. Turnamen ini sudah mencapai babak semifinal. Empat tim berhasil lolos ke babak 4 besar, yakni Arema Cronus, Mitra Kukar, PBFC, dan Semen Padang.

Selain itu dua turnamen tersebut, Tim Transisi bentukan Kemenpora juga menggelar Turnamen Piala Kemerdekaan. PSMS Medan berhasil keluar sebagai juara di ajang ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya