Ini Alasan Cedera Ligamen dan Tendon Bisa Mengancam Karier Atlet

Ketika jaringan ini cedera, performa atlet akan langsung terpengaruh. Bahkan setelah sembuh, risiko cedera berulang tetap tinggi karena jaringan yang telah rusak cenderung lebih lemah dibandingkan sebelumnya.

oleh Switzy Sabandar Diperbarui 18 Mar 2025, 01:00 WIB
Diterbitkan 18 Mar 2025, 01:00 WIB
Bintang Cedera
9. Ibrahim Afellay (Barcelona), golden boy dari PSV pada era 2000an ini berhasil memikat Pep Guardiola untuk membawanya ke Barcelona. Tetapi kariernya di Barca meredup akibat cedera ligament yang tak kunjung sembuh. (AFP/Jorge Guerrero)... Selengkapnya

Liputan6.com, Yogyakarta - Cedera ligamen dan tendon sering dianggap sebagai momok menakutkan bagi atlet. Berbeda dengan cedera otot yang bisa pulih relatif cepat, cedera pada jaringan ikat ini membutuhkan waktu pemulihan yang lama.

Hal ini disebabkan oleh suplai darah yang terbatas ke area tersebut. Suplai darah yang terbatas membuat proses penyembuhan alami menjadi lebih kompleks dan berisiko mengganggu performa atlet dalam jangka panjang.

Mengutip dari berbagai sumber, cedera pada ligamen dan tendon, seperti robekan meniskus atau cedera tendon achilles, sering kali menjadi titik balik dalam karier seorang atlet. Salah satu alasan utamanya adalah perbedaan struktur dan suplai darah antara otot dan jaringan ikat.

Otot memiliki suplai darah yang melimpah, sehingga ketika terjadi kerusakan, proses penyembuhan bisa berlangsung lebih cepat. Akan tetapi, hal ini tidak terjadi pada ligamen dan tendon.

Ligamen dan tendon merupakan jaringan ikat yang berfungsi sebagai penghubung antara tulang dan otot. Jaringan ini memiliki vaskularisasi, atau pembuluh darah kecil, yang jumlahnya sangat terbatas.

Akibatnya, suplai darah ke area tersebut menjadi minim. Padahal, darah membawa nutrisi dan oksigen yang dibutuhkan untuk memperbaiki sel-sel yang rusak.

Ketika suplai darah sedikit, proses regenerasi sel menjadi lebih lambat, sehingga penyembuhan cedera pun memakan waktu lebih lama. Selain itu, ligamen dan tendon memiliki struktur yang lebih padat dan kurang elastis dibandingkan otot.

Hal ini membuatnya rentan terhadap kerusakan yang lebih serius ketika mengalami tekanan atau trauma. Misalnya, robekan pada meniskus, yang merupakan bagian dari ligamen di lutut, sering kali memerlukan intervensi medis seperti operasi untuk menyambungkan kembali jaringan yang rusak.

Proses pemulihan pascaoperasi juga membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Sering kali mencapai berbulan-bulan, bahkan lebih dari setahun.

Faktor lain yang memperparah kondisi ini adalah beban kerja yang tinggi pada ligamen dan tendon selama aktivitas olahraga. Atlet yang bergerak cepat, melompat, atau mengubah arah secara tiba-tiba, seperti pemain sepak bola, basket, atau tenis, sangat bergantung pada kekuatan dan fleksibilitas ligamen serta tendon.

Ketika jaringan ini cedera, performa atlet akan langsung terpengaruh. Bahkan setelah sembuh, risiko cedera berulang tetap tinggi karena jaringan yang telah rusak cenderung lebih lemah dibandingkan sebelumnya.

Penulis: Ade Yofi Faidzun

Promosi 1

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya