Ingin Jago seperti Rossi, Indonesia Wajib Miliki Ini

Ketua IMI, Sadikin Aksa beberkan alasan mengapa pembalap Indonesia mentok di balap motor gede.

oleh Defri Saefullah diperbarui 25 Jan 2016, 10:50 WIB
Diterbitkan 25 Jan 2016, 10:50 WIB
Sadikin Aksa
.Ketua IMI, Sadikin Aksa saat ditemui Liputan6.com di kantornya (Helmi Fithriansyah/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta: Indonesia memiliki banyak potensi pembalap. Namun, banyak pembalap yang kesulitan untuk meneruskan jenjang untuk menapaki balap motor supersport seperti MotoGP.

Baca Juga

  • Lorenzo Masih Sesali Insiden Rendahkan Rossi
  • Diam-diam Mourinho Kirim Surat Lamaran ke MU
  • Liverpool Menang, Jurgen Klopp Malah Naik Pitam

Pembalap Indonesia kerap mentok di balap motor bebek. Ketua IMI, Subhan Aksa menilai kesulitan Indonesia dalam mengembangkan pembalap motor gede karena minimnya jumlah sirkuit yang ada.

"Boleh disebut 80 persen kegiatan IMI itu motor. Tapi kenapa pembalap Indonesia mentok? Indonesia kekurangan sirkuit yang memadai. Sekarang sirkuit yang besar hanya ada di Sentul saja," kata Subhan kepada Liputan6.com beberapa waktu lalu.

Soal Indonesia yang bakal menghelat MotoGP pada 2017 hingga 2019, IMI dikatakannya siap membantu penuh. "Kami bisa rekomendasikan, apalagi saya kan Vice Presiden FIM Asia. Tapi harus clear dulu arah pemerintah gimana," ia menambahkan.
Rafid Topan saat berlaga di Moto 2 pada 2013 lalu (istimewa)

Saat ini, pemerintah dan pengelola Sirkuit Sentul masih belum sepakat soal beberapa poin, di antaranya pembenahan infrastruktur di luar Sentul seperti tol.

Waktu Indonesia untuk memberikan jawaban makin sedikit karena paling lambat akhir Januari ini. MotoGP bukan hal yang baru untuk Indonesia. Pada 1992 dan 1993, Indonesia pernah menghelat salah satu seri MotoGP.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya