Adu Cerdik Kiatisuk Senamuang Vs Alfred Riedl

Bentrokan keduanya akan menampilkan kepiawaian dua pelatih beda generasi, yakni Kiatisuk Senamuang dengan Alfred Riedl.

oleh Risa Kosasih diperbarui 19 Nov 2016, 13:10 WIB
Diterbitkan 19 Nov 2016, 13:10 WIB

Liputan6.com, Manila - Partai pembuka babak penyisihan Grup A Piala AFF 2016 akan mempertemukan Thailand dengan Indonesia pada Sabtu (19/11/2016) sore di Philippine Sports Stadium. Bentrokan keduanya akan menampilkan kepiawaian dua pelatih beda generasi, yakni Kiatisuk Senamuang dengan Alfred Riedl.

Kiatisuk Senamuang, 43 tahun, tengah menjaga reputasinya sebagai salah satu manajer muda berbakat di Asia. Sejak menangani The Elephant War pada 2013 lalu, dia telah mempersembahkan dua gelar juara untuk timnas senior, yaitu Piala Raja 2016 serta Piala AFF 2014.

Pada Piala AFF 2014 lalu, mantan pemain Chonburi tersebut menggunakan formasi 4-1-4-1 pada pembukaan fase grup melawan Singapura. Saat itu Thailand berhasil menang dengan skor 2-1 lewat gol Mongkol Tossakai dan eksekusi penalti Charyl Chappuis.

Dua pertandingan sisa, barulah Senamuang berani meggunanakan taktik 4-4-1-1. Meski berubah, dia tetap mengandalkan pergerakan Kirati Keawsombut sebagai penyerang tunggal. Racikan Senamuang berhasil membawa Thailand lolos sebagai juara Grup B turnamen dan melaju ke semifinal.

Dibandingkan dengan Indonesia, Riedl punya formasi favorit dalam dua kali kesempatan melatih timnas. Pada Piala AFF 2010, dia menempatkan Cristian Gonzales dan Irfan Bachdim di lini depan dalam skema 4-4-2.

Racikan Riedl terbukti sukses karena skuat Garuda bisa melaju ke partai final untuk menantang musuh bebuyutannya Malaysia. Sayang, kesempatan Indonesia merengkuh titel pertama di ajang ini kandas lantaran takluk dengan agregat 2-4 dari Malaysia.

Dua tahun kemudian, Riedl lebih fleksibel dalam menempatkan penyerang pilihan utamanya dari formasi 4-4-2 ke 4-2-3-1.  Hasilnya Indonesia mampu menahan imbang Vietnam 2-2 pada pembukaan fase grup tersebut lewat gol telat pemain pengganti Samsul Arif di babak kedua.

Sayang, formasi yang tengah populer di Eropa tersebut tak bisa mengangkat prestasi timnas Indonesia. Pasalnya, skuat Garuda tersingkir di babak penyisihan Grup A setelah mengumpulkan masing-masing satu kali kemenangan, imbang, dan kalah.

Dua tahun berlalu, Riedl dan Senamuang pun menyesuaikan kondisi pemain dengan calon lawan mereka. Senamuang mengaku kalau tak bakal menurunkan formasi yang sama antara Kualifikasi Piala Dunia 2018 dengan Piala AFF 2016.

Thailand berhasil menahan imbang 2-2 Australia di Kualifikasi Piala Dunia lewat formasi 3-5-2. Tapi menurutnya skema ini tak cocok ketika diadu dengan tim-tim Asia Tenggara.

"Terhadap lawan tim ASEAN, kami akan bermain dengan 4-2-3-1 atau 4-3-3. Dua formasi ini lebih akrab buat kami, karena kami bisa lebih efektif bermain baik dalam hal ofensif maupun defensif," ujar Kiatisuk.

Dari kubu Indonesia, Riedl akan mengandalkan taktik 4-4-1-1 dengan serangan balik cepat. Dalam beberapa kali ujicoba, Zulham Zamrun dan winger Andik Vermansyah memiliki tugas ganda sebagai kreator serangan maupun pemutus serangan lawan. Sedangkan gelandang lainnya, Evan Dimas dan Bayu Pradana akan memainkan skill-nya masing-masing di lini tengah.

"Kalau saya melihat dari formasi yang enak, tidak telalu susah, tentu 4-2-3-1. Kalau 4-4-2 kami harus ekstra kerja keras, naik-turun bantu pertahanan," papar Zulham kepada Liputan6.com beberapa waktu lalu.

"Pertahanan sepak bola sekarang diawali dengan menyerang. Kalau 2014 dulu tiga striker di depan dalam 4-3-3 tak terlalu turun. Kita sekarang menyerang-bertahan," ucap Zulham.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya