5 Pesepak Bola yang Sukses di Olahraga Lain

Usai pensiun sebagai pesepak bola, Gabriel Batitusta memutuskan menjadi atlet polo.

oleh Bogi Triyadi diperbarui 01 Jan 2017, 06:48 WIB
Diterbitkan 01 Jan 2017, 06:48 WIB
Gabriel Batistuta
Gabriel Batistuta salah satu striker Argentina yang paling dihormati.

Liputan6.com, Jakarta Keputusan pesepak bola untuk gantung sepatu bisa disebabkan sejumlah alasan. Bisa karena cedera atau karier yang kurang cemerlang di lapangan hijau.

Gabriel Batistusta, misalnya. Ia memutuskan pensiun lantaran sudah kesulitan untuk berjalan. Hal ini disebabkan cedera engkel sangat parah.

Bahkan, eks striker Fiorentina dan Timnas Argentina tersebut sempat meminta dokter agar mengantisipasi kakinya karena sudah tidak kuat menahan sakit. Tentu saja permintaan itu ditolak dokter dan menyarankan agar Batistuta memasang skrup diengkelnya lewat operasi.

Operasi itu berjalan sukses dan Batistuta kembali bisa berjalan. Tetapi, ia memutuskan tidak kembali ke sepak bola yang telah membesarkan namanya. Batistuta menekuni olahraga baru, yakni polo.

Berikut 5 pesepak bola yang sukses di olahraga lain:

5. Gabriel Batistuta

Gabriel Batistuta
Gabriel Batistuta memutuskan menjadi atlet polo setelah pensiun dari sepak bola.

Gabriel Batistuta adalah salah satu striker yang paling dihormati Argentina. Ia dikenal karena prestasinya bersama klub Italia, Fiorentina.

Bersama bintang Timnas Portugal, Rui Costa, Batitusta membuat klub berjuluk La Viola itu terkenal. Ia mencetak 207 gol dari 332 penampilannya bersama Fiorentina.

Setelah pensiun pada 2005 lalu, Batistuta ternyata mengalami cedera engkel sangat parah yang membuatnya tak bisa berjalan. Bahkan, ia meminta dokter untuk mengamputasi kakinya.

Dokter lalu merekomendasikan Batistuta untuk menjalani operasi pemasangan dua skrup di engkelnya. Skrup tersebut untuk meringankan beban berat badan yang ditanggung kakinya sehingga rasa sakitnya berkurang.

Setelah pemasangan skrup, Battitusta dapat kembali berjalan. Tapi, eks pemain Timnas Argentina itu tidak kembali menekuni sepak bola meski memiliki lisensi pelatih. Ia justru menekuni poli, berlatih dengan Adolfo Cambiasso, pemain polo nomor satu dunia.

Hingga kini, Battitusta terus menggeluti polo. Ia pun memiliki sebuah tim yang disebut La Gloria dan berkostum warna ungu.

4. Leon McKenzie

Leon McKenzie
Leon McKenzie menjadi petinju setelah kariernya sebagai pesepak bola terhenti karena cedera.

Leon McKenzie mencetak 115 gol dalam 393 pertandingan di level klub. Ia membantu Norwich City promosi ke Liga Inggris di 2015. Tetapi, kariernya terhenti akibat cedera. McKenzie sempat bermain untuk Charlton Athletic, Northampton Town, serta Coventry City.

Kehidupan pribadinya yang beratakan dan kesulitan keuangan membuat McKenzie sempat mencoba untuk bunuh dini pada usia 31 tahun. Ayahnya, Clinton, menyelamatkan hidupnya dan mengajak sang anak untuk mendampinginya di gym tinju.

Clinton lantas mendorong McKenzie untuk menekuni tinju. Clinton pernah membantu Sugar Ray Leonard di Olimpiade 1976. Untuk kali pertama pada 2013, MecKenzie naik ke ring tinju. Ia meraih delapan kemenangan dan sekali imbang dari sembilan pertarungan pertamanya.

McKenzie bahkan memenangkan sabuk juara International Masters. Tinju telah memberi McKenzie kehidupan baru.

3. Fabien Barthez

Fabien Barthez
Fabien Barthez (kanan) menekuni dunia balap setelah pensiun dari dunia sepak bola.

Karier Fabien Barthez sebagai pesepak bola cukup cemerlang. Ia pernah memenangi trofi Liga Champions bersama Marseille. Kiper berkepala plontos ini juga merebut gelar juara Liga Inggris bersama Manchester United. Sementara dengan AS Monaco, Barthez meraih trofi Ligue 1 Prancis.

Di level tim nasional bersama Prancis, Barthez juga boleh menepuk dada. Dia membawa Prancis jadi juara Piala Dunia 1998 serta Piala Eropa 2000.

Setelah pensiun dari lapangan hijau, Barthez memutuskan menjadi seorang pebalap profesional pada 2008. Dia memenangi
Prancis GT seri motorsport pada 2013 dengan mengendarai Ferrari 458.

Pada 2014, dia ambil bagian dalam balapan ketahanan 24 jam, Le Mans. Barthez menempati peringkat 29 dari 55 peserta. Dua tahun kemudian, ia berada di peringkat ke-12.

2. Tim Wiese

Tim Wiese
Tim Wiese menjadi pegulat profesional di arena gulat World Wrestling Entertainment (WWE) usai pensiun dari sepak bola.

Tim Wiese pernah menjadi kiper sejumlah klub Jerman, seperti FC Kaiserslautern dan Werder Bremen. Dia memenangkan Piala Jerman bersama Mesut Ozil dan Claudio Pizzaro.

Wiese juga sempat mencatat enam penampilan untuk Timnas Jerman. Ia kemudian mengakhiri kariernya di Hoffenheim dengan memutuskan gantung sepatu di akhir musim 2013-14.

Wiese kemudian beralih profesi menjadi pegulat profesional di arena gulat World Wrestling Entertainment (WWE). Dia membuat debutnya di Jerman pada November 2016. Dijuluki The Machine, Wiese mengawali kariernya di WWE dengan kemenangan.

1. Toni Fritsch

Toni Fritsch
Toni Fritsch sukses menjadi atlet American Football setelah kariernya kurang berkilau di sepak bola.

Toni Fritsch merupakan seorang striker bertubuh kecil tapi memiliki kecepatan. Dia menghabiskan delapan tahun memperkuat Rapid Vienna. Tetapi, cuma mencetak 15 gol dari 123 pertandingan. Sementara bersama Timnas Austria, Fritsch mencetak dua gol dalam sembilan penampilan.

Pada 1971, Fritsch memutuskan pensiun dari sepak bola. Dia lalu bergabung dengan Dallas Cowboys, klub American Football. Fritsch ditemukan pencari bakat Dallas Cowboys selama tur Eropa, di mana mereka mencari pesepak bola gaya kickers, yang pada saat itu menjadi populer di NFL.

Fritsch akhirnya menghabiskan 12 musim di NFL. Empat musim bermain untuk Dallas Cowboys, ia memenangkan Superbowl. Fritsch menjadi satu-satunya orang Austria yang pernah mendapatkan cincin kemenangan dan terpilih untuk pertandingan All Star liga pada 1980.

Fritsch kemudian pensiun pada 1985 dan tutup usia di 2005.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya