Liputan6.com, Jakarta - Manchester United (MU) harus bersiap menghadapi "badai" yang diciptakan Jose Mourinho. Pertanda akan adanya gejolak sudah terlihat dari gelagat Mourinho belakangan ini.
Mourinho menunjukkan rasa frustrasi besar karena MU tidak kunjung berjaya.
Advertisement
Baca Juga
Dia menyebut anak asuhnya kekanak-kanakan setelah ditahan Leicester City, Sabtu (23/12/2017). Mourinho juga meninggalkan konferensi pers lebih cepat saat wartawan meminta komentar terkait keputusannya memberi ban kapten kepada Paul Pogba.
"Keputusan itu tidak ada hubungannya dengan pertandingan. Apakah ada pertanyaan lain?" katanya, dilansir Guardian.
Hasil imbang melawan Burnley di Boxing Day mendorongnya kembali berulah. Dia menilai keputusan manajemen, yang memberinya hampir 300 juta pound sterling atau sekitar Rp 5,4 triliun, untuk belanja pemain belum cukup untuk mengembalikan masa kejayaan MU.
Sementara itu, di awal bulan, Mourinho mendatangi kamar ganti Manchester City selepas derbi di Old Trafford. Aksinya kemudian memicu kericuhan yang melibatkan pemain dan staf kedua klub.
Mourinho sudah beberapa kali memperlihatkan perilaku ini sebelumnya. Sikapnya tersebut berujung langkah sama, yakni dirinya meninggalkan pekerjaan.
Namun, tidak seperti dulu, pelatih berkebangsaan Portugal tersebut kali ini berontak lebih cepat di MU.
Ciptakan Kekisruhan di Chelsea
Mourinho biasa berulah pada atau seusai musim ketiga. Dia melakukannya saat menangani Chelsea dan Real Madrid.
Pada periode pertamanya di Stamford Bridge, Mourinho mempersembahkan titel Liga Inggris 2004/2005, 2005/2006, dan Piala Liga Inggris 2004/2005. Dia kemudian gagal mempertahankan mahkota Liga Inggris pada 2006/2007. Namun, Mourinho memenangkan Piala FA dan Piala Liga Inggris musim tersebut.
Meski tidak sepenuhnya gagal, Mourinho mulai merasakan tekanan. Dia kemudian memulai perang yang tidak mungkin dimenangkan dengan menantang pemilik klub, Roman Abramovich. Pada akhirnya Mourinho dilepas dari pekerjaannya tidak lama setelah musim baru bergulir, September 2007.
Hal serupa terjadi saat dia kembali menangani The Blues. Usai membangun tim pada 2013/2014, dia memenangi Liga Inggris dan Piala Liga Inggris musim berikutnya. Capaian tersebut meyakinkan manajemen untuk menambah kontrak baru hingga empat musim.
Masalahnya, Mourinho mengalami kesulitan di awal 2015/2016. Dia berselisih dengan dokter tim, Eva Carneiro. Mourinho juga tidak segan mengkritik pilar tim yang urung mengeluarkan penampilan terbaik. Mengantongi rapor sembilan kekalahan dari 16 laga Liga Inggris, dia pun kembali dipecat pada Desember 2015.
Advertisement
Mengguncang Spanyol
Badai yang diciptakan Mourinho di Real Madrid pada 2010-2013 lebih kencang. Didatangkan untuk menghentikan hegemoni Barcelona, dia berhasil melakukannya kala menduduki takhta La Liga 2011/2012. Pada musim sebelumnya eks nakhoda Benfica tersebut juga menjuarai Copa del Rey.
Terlepas dari kesuksesan itu, Mourinho juga membuat kekacauan. Dia mencolok Tito Villanova, asisten pelatih Barcelona ketika itu. Mourinho juga bersitegang dengan Sergio Ramos, Iker Casillas, dan Cristiano Ronaldo.
Daftar kontroversinya masih panjang. Kerap mengkritik wasit, pers, dan petinggi klub, Mourinho turut menyebut UEFA memiliki preferensi khusus bagi Barcelona.
Dipuja di Inter Milan dan Porto
Sementara saat bekerja kurang dari itu, Mourinho meninggalkan kenangan indah bagi klub. Dia membantu FC Porto menjuarai Liga Champions 2003/2004 setelah membantu klub memenangi Piala UEFA (cikal Liga Europa) semusim sebelumnya.
Berpetualang ke Italia, Mourinho mempersembahkan status treble winners bagi Inter Milan. Dia melakukannya musim 2009/2010 dengan memprakarsai kesuksesan menjuarai Serie A, Coppa Italia, dan Liga Champions.
Advertisement