Liputan6.com, Jakarta - Andrea Dovizioso jadi pembalap yang fenomenal di dua musim terakhir MotoGP. Pembalap Ducati Corse ini seakan telat panas di kancah MotoGP.
Bagaimana tidak, meski sudah memulai karier di MotoGP sejak 2008, tapi baru musim lalu namanya diperhitungkan. Pengalaman dan spirit yang tinggi sudah membawa Dovizioso masuk ke dalam jajaran pembalap elite yang patut diperhitungkan kansnya menjadi juara dunia.
Advertisement
Baca Juga
Pembalap asal Italia ini berusia 32 tahun. Layaknya seorang pembalap yang sudah matang luar dalam, sudah waktunya Dovizioso untuk memetik hasil dari pengalamanya yang segudang di MotoGP.
Memulai balapan sejak 2001 atau 17 tahun lalu, tak sulit bagi Dovizioso untuk beradaptasi dengan tim manapun. Bahkan, dia bisa disebut satu-satunya pembalap di MotoGP sekarang yang pernah merasakan membalap untuk tiga pabrikan.
Tumbuh dan berkembang di Honda, tapi Dovizioso meraih hasil manis di Ducati. Awalnya, dia membalap di Aprilia pada 2001. Namun sejak 2002 hingga 2011, dia setia membalap di Honda.
Dia pernah masuk dalam strategi Honda yang menggunakan tiga pembalap. Dia lalu pindah Monster Yamaha Tech 3 pada 201 sebelum akhirnya menyegel tempat di Ducati pada 2013.
Setelah pindah ke Ducati, Dovizioso bukanlah pembalap yang kerap diperhitungkan. Bahkan pada awal musim 2017, Ducati mendatangkan Jorge Lorenzo.
Pabrikan asal Italia itu tampak sangat ingin merebut gelar juara bersama Lorenzo yang sukses bersama Yamaha. Namun kehadiran Lorenzo justru jadi titik balik dan pemicu semangat Dovizioso.
Musim lalu, dia nyaris menjadi juara dan bahkan hampir ungguli jumlah kemenangan lawan Marquez. Namun kesalahan strategi di seri-seri terakhir MotoGP 2017 membuat dia harus rela Marquez kembali rebut juara.
Â
Â
Â
Manfaatkan Keunggulan Ducati
Selain pengalaman yang segudang, Dovizioso juga tipikal pembalap yang telaten dalam mempelajari teknis-teknis motor. Dia tahu betul bagaimana memanfaatkan keunggulan motor Ducati Desmosedici GP18.
Itu diperlihatkannya saat berebut juara di lap terakhir MotoGP Qatar melawan Marquez. Tahu dikuntit Marquez dari belakang, dia geber motor di lintasan lurus. Itu berhasil membawanya keluar sebagai juara MotoGP Qatar.
Saat itu, kondisi Dovizioso tidak ideal. Dia sudah mulai merasakan aus pada ban motornya. Kehandalan pembalap asal Italia ini dalam membaca kekuatan motor Ducati mendapatkan pujian legenda MotoGP, Fredie Spencer.
Dia meyakini persaingan perebutan juara MotoGP akan tetap diperebutkan Marquez dan Dovizioso. Jika musim lalu Dovizioso kalah di seri terakhir, dia meyakini pembalap Ducati itu sudah paham trik-trik yang dilakukan Marquez.
"Kamu selalu mengharapkan kehadiran trik terakhir dari Marquez. Kali ini Andrea mengatasi itu lebih baik daripada lawannya, dan itu seperti mengulangi kejadian di Austria dan Jepang ketika Marc gagal melewati Dovi," kata Spencer.
"Namun, Dovi membuatnya terlihat sangat mudah. Dia bisa membuat Marquez berhenti, memotong kembali di bawah Marquez, dan menggunakan kekuatan akselerasi, dan kecepatan tinggi Ducati. Dia membuat kemenangan terlihat sangat nyaman," ujar Spencer.
Advertisement
Momen Pas
Melihat hasil di Qatar, tahun ini memang sepatutnya menjadi momen yang pas bagi Dovizioso rebut gelar juara. Penampilan dia tampak lebih baik dibandingkan musim-musim sebelumnya.
Bagaimana tidak, kemenangan di Qatar sudah mematahkan kutukan tak pernah juara di Sirkuit Losail. Pada tiga musim sebelumnya, Dovi selalu sial karena hanya mampu merebut posisi runner up. Itu terjadi tiga kali beruntun.
Dovizioso memulai balapan di MotoGP Qatar pada posisi lima. Dia harus sabar menanti momentum untuk menyalip satu per satu pembalap di depannya.
Sempat lama tertahan di posisi empat di belakang Johann Zarco, Marquez dan Valentino Rossi, Dovizioso dapatkan momentum untuk menyalip di lap ke-15.
Saat itulah, dia menyalip Zarco untuk mengejar podium juara. Saat itu, Dovizioso unggul cukup jauh sebelum merasakan ban mulai kehabisan grip empat lap jelang finis.
Di situlah Marquez mulai menyusulnya. Momen ini mengingatkan publik pada perebutan juara di MotoGP Australia dan Jepang musim lalu.
"Kami sudah yakin lebih kompetitif dibandingkan tahun lalu. Tapi seperti biasa, kami harus menunggu hingga balapan sebenarnya untuk mengetahui level kami. Saya tak memprediksi bakal duel dengan Marquez di lap terakhir," ujarnya seperti dikutip crash.
Pecinta MotoGP dan fans Dovizioso meski sabar untuk menanti hasil akhir. Ujian akan tersaji pada 8 April nanti saat Dovizioso melakoni MotoGP Argentina yang bukan balapan spesial buat dia.
Dalam dua musim terakhir, dia hanya mampu raih posisi ke-13 di MotoGP Argentina. Musim lalu, dia bahkan tidak berhasil finis. Perjalanan masih panjang bagi Dovizioso.
Berikut infografis Dovizioso: