Liputan6.com, Jakarta Setelah dimulai pada 2013, Jakarta Marathon kini sudah memasuki edisi keenam. Sapta Nirwandar yang notabene chairman Jakarta Marathon pun melihat betul progres positif yang muncul di setiap tahunnya.
Perlombaan Jakarta Marathon 2018 yang dimulai dan berakhir di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Minggu (28/10/2018), dibuka Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Idham Azis dan Chairman Jakarta Marathon Sapta Nirwandar. Total ada 12.000 peserta yang terlibat dalam Jakarta Marathon 2018.
Advertisement
Baca Juga
Ada banyak pelari dari berbagai negara yang terlibat dalam Jakarta Marathon 2018. Mulai dari Malaysia, India, Hungaria, Prancis, Polandia, Kenya, Uganda, Brazil, dan Jepang sebagai pengirim terbanyak peserta, yakni 427 pelari.
Total hadiah yang diperebutkan para peserta mencapai Rp 1,8 miliar. Peningkatan jumlah hadiah itu tak lepas dari dukungan PT PLN (Persero) dalam ajang yang bertajuk Energi Optimisme itu. Jelang start, Joni Gala yang sempat viral karena aksinya memanjat tiang bendera di Nusa Tenggara Timur mendapat kesempatan untuk menyanyikan Indonesia Raya jelang start.
"Ini Jakarta Marathon yang keenam. Yang susah itu adalah masalah kenyamanan karena lari di jalan. Tapi sedikit-sedikit mulai diperbaiki. Tahun ini progres banget. Saya tidak mendengar major problem," kata Sapta saat ditemui Liputan6.com di
Banyak Hal Baru
Salah satu hal yang disoroti adalah kenyamanan bagi para pelari. Agar tidak menumpuk, pihak panitia pun sengaja membedakan waktu start untuk setiap kategori. Selain itu, jarak waktunya juga lebih dipadatkan.
"Pertama, di start sudah kita bedakan antara yang FM, HM, dan lainnya. Kedua, waktu kita padatkan, jam 12 selesai. Secara keseluruhan tahun ini sangat bagus 90 persen. Dari semua segi keamanan, pelayanan, hingga sponsor. Hadiah pun juga meningkat," ujar Sapta.
Jakarta Marathon kali ini melewati jalan-jalan besar di Jakarta, yakni Gerbang Pemuda, Gatot Subroto, Gajah Mada, Lapangan Banteng Utara, Pangeran Diponegoro, Kuningan Mulia, hingga Rasuna Said. Selama perlombaan berjalan, koordinasi dengan pihak kepolisian untuk rekayasa lalu lintas berjalan lancar.
"Dulu ikonnya Monas (Monumen Nasional), sekarang GBK. Ini menarik, karena orang juga ingin melihat GBK dari dekat. Itulah mengapa kita mengubah tempatnya. Sepertinya beberapa tahun ke depan akan tetap di GBK, tapi terbuka opsi tempat lain," Sapta menegaskan.
Advertisement