Liputan6.com, Paris - Thiago Motta belum lama ini memulai kiprahnya sebagai pelatih. Pada akhir musim kemarin, ia memutuskan gantung sepatu dari dunia sepak bola dan memulai karier kepelatihannya bersama PSG U-19.
Semasa jadi pemain, ia pernah merasakan pengalaman diasuh oleh pelatih populer seperti Jose Mourinho hingga Unai Emery. Namun, ia sepertinya tidak tertarik mengikuti racikan mereka dan membuat sebuah gagasan baru dalam strategi serta formasi.
Advertisement
Baca Juga
Dalam wawancaranya bersama La Gazzetta dello Sport, Thiago Motta membeberkan sedikit mengenai formasi 2-7-2 impiannya. Strategi tersebut dikatakan olehnya akan membuat timnya bermain lebih ofensif dan bisa mengontrol permainan.
"Ide saya adalah bermain ofensif. Tim yang mengontrol permainan, memberikan tekanan tinggi, dan sering bergerak dengan atau tanpa bola. Saya ingin pemain yang menguasai bola selalu punya tiga hingga empat solusi serta dua rekan untuk membantu," ujar Motta.
"Saya tak suka angka di lapangan karena mereka mengecoh anda. Anda bisa menjadi super ofensif dengan 5-3-2 dan bertahan dalam 4-3-3. Tergantung kualitas pemainnya," lanjutnya.
Â
Rencana
Umumnya, sebuah tim hanya boleh memainkan 10 pemain dengan tambahan satu penjaga gawang. Maka dari itu, jika dihitung kembali, formasi 2-7-2 milik Motta akan melibatkan 11 pemain di luar penjaga gawang.
Yang mengejutkan adalah Motta ternyata punya rencana untuk membuat penjaga gawang lebih aktif dalam permainan. Dalam formasinya. Ia mendapuk penjaga gawang sebagai satu dari tujuh gelandang dan berperan menginisiasi serangan.
"Penjaga gawang terhitung satu dari tujuh gelandang. Bagi saya, penyerang akan menjadi pemain bertahan pertama dan penjaga gawang sebagai penyerang utama," ujarnya.
"Penjaga gawang memulai permainan, dengan kakinya, dan penyerang menjadi yang pertama memberikan tekanan agar bisa mendapatkan bola."
Sumber: Bola.net
Saksikan video pilihan di bawah ini
Advertisement