Liputan6.com, Jakarta - Priscilla “Thathie” Hertati Lumban Gaol saat ini sedang menikmati rangkaian kemenangan yang diraihnya dalam panggung mixed martial arts (MMA) dunia One Championship.
Catatan rekornya saat ini adalah enam kemenangan dari delapan laga terakhir sejak tahun 2018, yang sekaligus menjadikannya atlet wanita Indonesia paling sukses di One.
Kemenangan terakhirnya atas Nou Srey Pov dari Kamboja di Istora Senayan Jakarta dalam ajang bertajuk One: For Honor awal bulan Mei lalu sukses mengantarnya selangkah lebih dekat menuju sabuk Juara Dunia divisi atomweight.
Advertisement
Tentunya, target utama Priscilla adalah merebut sabuk yang dipegang oleh “Unstoppable” Angela Lee, atlet wanita terbaik dari Singapura.
Baca Juga
Ukiran prestasinya itu terasa spesial tidak hanya karena “Thathie” berhasil menaklukkan seorang juara dunia Kun Khmer, tetapi juga dukungan moril dari orang tuanya, yang untuk pertama kalinya menyaksikan dirinya berlaga secara langsung di Jakarta.
Sepanjang 13 tahun karier Priscilla sebagai atlet beladiri, orang tuanya menyaksikan kegigihan dan prestasi yang diraih juara nasional Wushu Sanda – sehingga akhirnya mereka luluh.
“Ini sebenarnya [sebuah] kemenangan untuk mama saya,” ujar Priscilla dalam rilis yang diterima Liputan6.com.
“Hal ini adalah sebuah motivasi, padahal kalau boleh jujur, kaki saya sempat cedera dua hari sebelum bertanding. Tetapi saya tidak boleh menunjukkan itu dihadapan lawan.”
Kehadiran kedua orang tuanya turut membantu petarung berusia 31 tahun ini tampil dominan dan mengantarkannya meraih kemenangan mutlak melalui putusan juri.
Akhir pertandingan ini seolah memberi pesan pada keluarganya bahwa jalur beladiri adalah pilihan yang tepat bagi Priscillla. Sebelumnya, kedua orang tuanya menaruh harapan besar agar dirinya mendapatkan gelar di bidang kedokteran atau bekerja di kantor.
“Orang tua saya ingin agar saya menjadi gadis normal yang bekerja di kantor dari jam sembilan pagi sampai lima sore,” ujar atlet berusia 30 tahun ini. “Tetapi saya tidak tertarik.”
Awal Karier
Mengawali karier di usia 17 tahun, “Thathie” diam-diam memulai latihan wushu dan sempat membolos sekolah sampai seminggu lamanya.
Pihak sekolah pun memanggil kedua orang tuanya untuk menjelaskan mengapa ia membolos selama itu. Kemudian, Priscilla pun dilarang untuk terlibat dalam kegiatan olahraga dan harus memilih.
“Saya ingin keduanya, menjadi siswa sekaligus atlet. Tapi pihak sekolah tidak mengizinkan,” kenangnya. “Tetapi pihak sekolah akhirnya memperbolehkan saya mengikuti turnamen tinju, dimana saya menjadi juara.”
Meski berhasil menunjukan bakatnya, hal ini tidak otomatis membuat Priscilla mendapatkan restu dari kedua orang tuanya.
Mereka khawatir melihat anaknya terlibat didalam dunia olahraga yang penuh kontak fisik. Meski demikian, Priscilla tetap mencoba untuk meyakinkan orang tua tentang karir yang ingin dia kejar.
“Ketika saya jelaskan pada orang tua, mereka mulai mengerti. Namun mereka meminta sekolah tetap menjadi prioritas saya,” ujarnya.
Priscilla menyadari bahwa konsistensi dalam meraih kemenangan dan menampilkan performa impresif adalah bekal untuk meraih mimpinya menjadi Juara Dunia dan meyakinkan kedua orang tuanya.
Menyadari bahwa kepercayaan orang tua tidak datang dengan mudah, “Thathie” pun tetap berlatih keras untuk menjaga kepercayaan tersebut. “Masih banyak yang harus saya tingkatkan, termasuk fisik dan teknik,” tutupnya.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement