Lee Yong-dae Memuji Pebulu Tangkis Indonesia Setinggi Langit

Lee Yong-dae melotarkan enam pujian setinggi langit kepada pebulu tangkis Indonesia. Atlet asal Korea Selatan itu sangat mengagumi pebulu tangkis Indonesia

oleh Hesti Puji Lestari diperbarui 24 Nov 2019, 18:30 WIB
Diterbitkan 24 Nov 2019, 18:30 WIB
Lee Yong-dae
Pebulutangkis Korea Selatan, Lee Yong-dae, mengucapkan salam perpisahan kepada fans badminton internasional setelah menjuarai Korea Terbuka Super Series 2016, Minggu (2/10/2016). (Badminton Photo)

Seoul - Lee Yong-dae melontarkan pujian setinggi langit kepada atlet bulu tangkis Indonesia. Menurut pebulu tangkis Korea Selatan itu, sejumlah atlet Indonesia punya kelebihan yang tidak dimiliki atlet dari negara lain.

Lee Yong-dae melakukan sesi tanya jawab dengan seorang YouTuber asal Korea Selatan, Jang Hansol pada Kamis (21/11/2019). Dalam video berdurasi 15 menit 28 detik itu, Lee berbicara banyak tentang atmosfer bulutangkis di Indonesia.

Peraih medali emas Olimpiade 2008 itu juga buka-bukaan perihal atlet bulu tangkis favoritnya. Ternyata, legenda bulu tangkis asal Indonesia, yakni Tony Gunawan, adalah role model Lee.

Bukan hanya itu, curahan hati Lee Yong-dae perihal pemain bulu tangkis Indonesia juga menjadi sorotan. Lee berkali-kali memuji prestasi dan kemampuan atlet asal Indonesia.

Setidaknya ada enam pujian yang dilontarkan Lee Yong-dae dalam sesi tanya jawabnya itu. Berikut rangkumannya:

1. Atlet Junior Indonesia Mengagumkan

PB Jaya Raya, Latihan Atlet Bulutangkis PB Jaya Raya
Suasana latiah di GOR PB Jaya Raya, Pd. Sawah Indah, Sawah Lama (23/3/2018). PB Jaya Raya tengah menyiapkan diri untuk kejuaraan Junior Grand Prix 3-8 April 2018. (Bola.com/Nick Hanoatubun)

Lee Yong-dae melayangkan sederet pujian kepada idolanya, Tony Gunawan. Menurut Lee, Tony Gunawan adalah satu di antara pebulu tangkis cerdas di dunia.

Tony disebut mampu menutupi kekurangannya dengan strategi baru. Pujian Lee Yong-dae bukan hanya sebatas pada pemain senior bulu tangkis Indonesia.

Ia juga mengakui banyak pemain junior yang mulai unjuk kemampuan. Alasan itulah yang membuat Indonesia selalu meraih medali Olimpiade.

"Tony Gunawan itu luar biasa. Indonesia rutin meraih medali Olimpiade, termasuk Tony Gunawan. Namun yang menarik, atlet-atlet generasi berikutnya juga sama luar biasanya. Prestasi yang ditorehkan Indonesia di kancah dunia dimulai dari perkembangan atlet junior yang sangat pesat itu," ujar Lee Yong-dae.

Tony Gunawan meraih medali emas Olimpiade 2000 saat berpasangan dengan Candra Wijaya.

2. Indonesia Kuat di Asian Games

Hendra/Ahsan Raih Emas Kedua Indonesia di Asian Games 2014
Muhamad Ahsan dan Hendra Setiawan memberi hormat sambil menyanyikan lagu Indonesia Raya di Gyeyang Gymnasium, Korsel, (28/9/2014). (ANTARA FOTO/Saptono)

Lee Yong-dae juga mengakui kekuatan Indonesia pada Asian Games. Lee sudah tiga kali dikalahkan atlet Indonesia dalam ajang olahraga antarnegara Asia tersebut.

"Pada ajang Asian Games, Indonesia juaranya. Saya sudah tiga kali dikalahkan atlet Indonesia dalam ajang itu," kata Lee.

Lee pernah dikalahkan oleh ganda putra Indonesia, Luluk Hadiyanto/Alvent Yulianto di Asian Games 2006. Kemudian Markis Kido/Hendra Setiawan juga mengalahkannya di Asian Games 2010.

Lee juga dipecundangi Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan di Asian Games Incheon pada 2014.

3. Indonesia Jago di Permainan Ganda

Hendra/Ahsan Raih Emas Kedua Indonesia di Asian Games 2014
Ganda Putra Indonesia Muhamad Ahsan dan Hendra Setiawan mengembalikan kok ke arah ganda Korsel Yongdae Lee dan Yeonseong Yoo pada final Ganda Putra Asian Games ke-17 di Gyeyang Gymnasium, Incheon, Korsel, (28/9). (ANTARA FOTO/Saptono)

Saat Hansol bertanya tentang apa yang membuat Lee Yong-dae selalu kalah dengan atlet Indonesia, Lee kembali melontarkan pujiannya.

"Intinya, Indonesia itu jago di permainan ganda. Titik," kata Lee.

Pernyataan Lee itu bukan isapan jempol semata. Berdasar BWF World Ranking, Indonesia memang mendominasi dua besar peringkat ganda putra dunia. 

Pasangan Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaua Sukamuljo menjadi ganda putra beperingkat satu dunia. Kemudian Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan di peringkat kedua.

4. Pergelangan Tangan Atlet Indonesia Itu Beda

Gregoria Mariska Tunnjung
Ekspresi tunggal putri Indonesia, Gregoria Mariska Tunjung, pada babak 16 besar Kejuaraan Dunia Bulutangkis 2019 di Basel, Swiss, Kamis (22/8/2019). (PBSI)

Lee juga mengaku kagum dengan ciri khas para atlet bulu tangkis Indonesia. Menurut Lee, setiap negara memiliki ciri khas masing-masing.

Misalnya, Korea yang tidak terlalu bagus dalam permainan net. Kemudian ada China dan Jepang yang lebih mengutamakan teknik dasar dalam permaianan.

Namun, atlet Indonesia memiliki teknik yang unik. Lee menilai pukulan atlet asal Indonesia itu sulit ditebak. Lee Yong-dae merasa pergelangan tangan atlet Indonesia lebih lentur dari atlet-atlet negara lain.

"Pukulan mereka itu sulit ditebak. Saya rasa karena pergelangan tangan mereka lentur sekali," ujarnya.

5. Jago dalam Teknik Apapun

Mohammad Ahsan / Hendra Setiawan
Pasangan Indonesia, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan saat melawan wakil Jepang, Takuro Hoki/Yugo Kobayashi, pada Kejuaraan Dunia Bulutangkis 2019 di Swiss, Minggu (25/8). Indonesia menang 25-23, 9-21, 21-15. (AFP/Fabrice Coffrini)

Lee Yong-dae mengklaim atlet Indonesia sangat diuntungkan dengan pergelangan tangan yang lentur itu. Pergelangan yang lentur bisa membuat atlet Tanah Air jago dalam teknik apapun.

Permainan net atlet Indonesia, menurut Yong-dae, begitu detail dan lembut. Power atlet Indonesia pun sangat bagus.

Pebulu tangkis Indonesia juga memiliki drive yang sangat hebat. "Mereka sangat diuntungkan dengan pergelangan lentur. Atlet Indonesia melakukan semua teknik bulu tangkis dengan baik. Jadi tak heran jika Indonesia hampir selalu berjaya di pertandingan besar," tambah Lee.

 6. Atlet Indonesia Punya Ketenangan di Atas Rata-Rata

Greysia Polii/Apriyani Rahayu, Kejuaraan Dunia Bulutangkis 2019
Ekspresi Greysia Polii/Apriyani Rahayu setelah takluk pada semifinal Kejuaraan Dunia Bulutangkis 2019, di Basel, Swiss, Sabtu (24/8/2019). (PBSI)

Lee Yong-dae juga mengakui bahwa gaya permaianan atlet Indonesia itu tenang. Mereka mampu meraih skor karena bisa menyembunyikan rasa panik dengan baik.

"Banyak atlet negara lain suka panas, namun pemain seperti itu justru mudah diserang. Tapi entah mengapa, pemain indonesia itu kalem, bahkan sampai pertandingan selesai. Mereka tidak memberi saya kesempatan untuk mengacaukan permainan mereka," kata Lee Yong-dae.

Sumber: YouTube

Disadur dari Bola.com (Penulis Hesti Puji Lestari / Wiwig Prayugi, Published 24/11/2019)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya