Pandemi Corona Covid-19: Telemedicine Bikin Masyarakat Tak Perlu ke Rumah Sakit

Di tengah pandemi corona covid-19 ini, pemerintah menganjurkan masyarakat menggunakan layanan telemedicine sebagai solusi.

oleh Liputan6.com diperbarui 28 Apr 2020, 14:30 WIB
Diterbitkan 28 Apr 2020, 14:30 WIB
Telemedicine, Solusi Minimnya Tenaga Kesehatan di Pedalaman
Telemedicine, Solusi Minimnya Tenaga Kesehatan

Liputan6.com, Jakarta- Guna menghindari penularan virus corona covid-19, masyarakat dianjurkan untuk tidak datang ke rumah sakit untuk memeriksa diri. Oleh karena itu, pemerintah menganjurkan untuk menggunakan layanan telemedicine sebagai solusi. Masyarakat dapat berkonsultasi dengan dokter dan membeli obat secara daring dari rumah.

Jubir Pemerintah untuk Covid-19, Achmad Yurianto mengatakan kemungkinan terjadinya penularan virus berbahaya termasuk corona covid-19 di rumah sakit cukup tinggi. Oleh sebab itu, masyarakat diminta untuk menghindari kunjungan ke rumah sakit dan beralih menggunakan telemedicine.

“Kita berharap layanan konsultasi medis sudah lebih banyak didorong untuk tidak menggunakan kunjungan rumah sakit, tidak bertemu secara langsung, tidak memberikan ruang untuk kontak dekat dengan banyak orang di rumah sakit,” kata Yuri melalui Covid19.go.id.

Di Indonesia, sudah ada 12 layanan perusahaan kesehatan digital yang tergabung dalam Indonesia Telemedicine Association atau Atensi. Selain melalui layanan tersebut, masyarakat juga bisa berkonsultasi secara daring yang disediakan oleh BUMN.

Penggunaan Meningkat

Ilustrasi telemedicine, berobat online, konsultasi kesehatan online
Ilustrasi telemedicine, berobat online, konsultasi kesehatan online. Kredit: National Cancer Institute via Unsplash

Hingga saat ini, jumlah penggunaan layanan telemedicine oleh masyarakat dilaporkan meningkat.

“Data sampai saat ini sudah lebih dari 300 ribu masyarakat yang sudah memanfaatkan layanan telemedicine, ini yang kita harapkan hari ke hari semakin meningkat sehingga lebih memudahkan layanan konsultasi medis,” paparnya.

 

Lebih Berisiko

Yuri mengingatkan bahwa orang dengan penyakit bawaan atau komorbid cenderung lebih berisiko mengalami sakit parah ketika terinfeksi COVID-19. Data dari kasus pasien yang meninggal pada kelompok usia sekitar 60 tahun yaitu antara 41-60 tahun dan beberapa di antaranya di atas 60-80 tahun.

Sementara itu, faktor penyakit bawaan yang paling banyak adalah hipertensi, diabetes, penyakit jantung, penyakit paru baik itu asma maupun penyakit paru obstruktif seperti bronkitis kronis dan sebagainya.

(Balwa Ramadhan/Mg)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya