Gagal Rebut Trofi Euro 2020, Luke Shaw : Kami Menang dan Kalah Sebagai Tim

Timnas Inggris kalah lewat adu penalti pada final Euro 2020 / 2021.

oleh Liputan6.com diperbarui 13 Jul 2021, 14:16 WIB
Diterbitkan 13 Jul 2021, 14:00 WIB
FOTO: Drama Adu Penalti Bawa Italia Juara Euro 2020
Reaksi para pemain Inggris usai kalah dari Italia lewat adu penalti pada pertandingan final Euro 2020 di Stadion Wembley, London, Inggris, Minggu (11/7/2021). Italia menang 3-2 lewat adu penalti usai bermain imbang 1-1 di waktu normal. (Laurence Griffiths/Pool via AP)

Liputan6.com, Jakarta Bek Timnas Inggris, Luke Shaw menegaskan kegagalan timnya di final Euro 2020 / 2021 bukan kesalahan individu. Menurutnya hal itu merupakan tanggung jawab seluruh pemain Three Lions. 

Inggris kalah lewat adu penalti saat bertemu Italia di final Euro 2020 yang berlangsung di Stadion Wembley, Inggris, Senin (12/7/2021) dini hari WIB. Three Lions mengubur mimpinya untuk mengakhiri paceklik gelar sejak 1966. Imbang 1-1 sepanjang 120 menit, Three Lions keok 2-3 di babak tostosan.  

Tiga algojo penalti Inggris yakni, Marcus Rashford, Jadon Sancho, dan Bukayo Saka gagal menunaikan tugasnya dengan sempurna. Terlebih, Saka yang dipilih menjadi penendang kelima sebenernya masih bisa memperpanjang nafas pasukan Gareth Southgate babak adu penalti tersebut.

Namun sayang, sepakan pemain 19 tahun justru berhasil di tepis oleh kiper Gli Azzurri, Gianluigi Donnarumma yang membuat Italia berhasil memastikan diri sebagai juara Euro 2020.

Kegagalan tersebut nampaknya membuat Saka tak bisa menyembunyikan kekecewaannya. Usai laga, Saka harus ditenangkan oleh beberapa punggawa timnas Inggris, salah satunya oleh Shaw.

 

Saksikan juga video menarik di bawah ini

Peluk Saka

FOTO: Drama Adu Penalti Bawa Italia Juara Euro 2020
Pemain Inggris Bukayo Saka menendang penalti ke gawang Italia pada pertandingan final Euro 2020 di Stadion Wembley, London, Inggris, Minggu (11/7/2021). Italia menang 3-2 lewat adu penalti usai bermain imbang 1-1 di waktu normal. (Nick Potts/PA via AP)

Teranyar, pemain asal klub Arsenal ini menjadi sasaran rasisme penggemar melalui kolom komentar yang membanjiri akun media sosialnya.

"Dia hancur, Tapi saya pikir yang paling penting adalah bagi kami sekarang sebagai tim untuk berada di sana untuknya dan memeluknya erat-erat dan menyuruhnya untuk tetap tegak," kata Shaw seperti dilansir Sportsmole.

“Itu terjadi. Ini adu penalti, apa pun bisa terjadi, seperti yang diketahui banyak orang. Ini adalah pengalaman yang akan dia pelajari tetapi kita semua akan mendukungnya, dia tahu itu," ucapnya.

Shaw menambahkan, kekalahan Inggris sudah semestinya menjadi tanggung jawab tim dan bukan oleh satu pemain. Sebab menurutnya, kemenangan hanya bisa diraih sebagai tim dan kekalahan pun harus diterima sebagai tim.

“Namun, bukan hanya dia. Ada Rashford dan Sancho juga. Kami bersama mereka semua. Dengan tim ini tidak ada individu yang merugikan kami. Skuad secara umum, adalah kebersamaan, itu pasti ada. Anda bisa melihat itu bahkan setelah pertandingan dan kerumunan itu dan cara kami dengan para pemain yang gagal," kata Shaw yang sempat membawa Inggris unggul lewat gol di menit ke-2.

"Kita semua bersama dalam hal ini. Seperti yang saya katakan, kami menang sebagai tim, kami kalah sebagai tim. Kami semua kalah malam ini," ungkapnya lagi.

 

Dua Kegagalan Penalti Beruntun

Inggris vs Italia
Pemain Inggris Luke Shaw, tengah, merayakan setelah mencetak gol pembuka timnya selama pertandingan final sepak bola Euro 2020 antara Inggris dan Italia di stadion Wembley di London, Minggu, 11 Juli 2021. (Andy Rain/Pool Photo via AP)

Selain itu, eks pemain Southampton itu meminta rekan-rekannya untuk menjadikan kegagalan tersebut sebagai modal berharga untuk meraih kesuksesan di masa depan. Sebelumnya, Shaw pun sejatinya sudah lebih dulu dipaksa menelan pil pahit. Klub yang dibelanya, Manchester United harus tumbang 10-11 lewat babak adu penalti oleh Villareal, di Final Liga Europa 2020 / 2021.

“Saya memilikinya malam ini dan saya juga memilikinya di Liga Europa. Bukan itu yang saya inginkan, tetapi ini adalah pengalaman. Pengalaman yang hanya bisa saya pelajari. Saya ingin mendorong diri saya lebih karena itu sangat menyakitkan dan kami ingin berada di pihak yang menang tentu saja," beber pemain 26 tahun itu.

"Tapi bukan hanya saya, ini tim. Itu tidak cukup. Kami ingin menang, tetapi seperti yang saya katakan, kami gagal," ia mengakhiri.

Penulis: Akbar Bintang Fahrizal

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya