Liputan6.com, Barcelona - Barcelona kesulitan untuk memperbarui kontrak Lionel Messi yang sudah berakhir 1 Juli 2021. Sebab, kontrak baru akan berbenturan dengan aturan pembatasan gaji yang diterapkan La Liga Spanyol.
Sekadar informasi, batas pengeluaran gaji maksimal Barcelona adalah 382,7 juta euro atau sekitar Rp 6,5 triliun per tahun. Jumlah itu bagian dari batas pengeluaran gaji 20 klub yang ditetapkan La Liga sebesar 2,33 miliar euro.
Baca Juga
La Liga mengeluarkan aturan pembatasan pengeluaran gaji untuk menyelamatkan keuangan klub-klub Spanyol, termasuk Barcelona. Ini menyusul hantaman pandemi Covid-19.
Advertisement
Karena itu, Blaugrana tidak bisa memenuhi permintaan gaji Lionel Messi, meski sang pemain sudah menerima pemotongan sampai 50 persen. "Kami ingin lebih banyak fleksibilitas dari liga untuk bisa memasukkan lebih banyak pemain," kata Presiden Barcelona Joan Laporta dalam permohonan publik kepada La Liga.
"Negosiasi dengan Messi berjalan dengan baik, tetapi kami sedang memperbaiki beberapa masalah di kedua sisi."
Laporta dikabarkan akan bertemu dengan Presiden La Liga Javier Tebas, Jumat (6/8/2021). Dia akan meminta agar anggaran gaji mereka ditambah 200 juta euro.
Bila dikabulkan, maka anggaran gaji Barcelona menjadi 582,7 juta euro atau sekitar Rp 9,9 triliun. Tapi, seperti diberitakan Marca, La Liga tidak akan bergerak satu milimeter pun dari peraturan yang telah diterima dan disetujui semua klub.
Berikut 3 alasannya:
Â
1. Klub tidak ingin mengubah aturan
Bukannya La Liga tidak bisa mengubah aturan, karena ada bagian dari spesifikasi kontrol ekonomi yang bisa dimodifikasi. Namun, ini harus dipresentasikan oleh satu klub tertentu dan dipilih dan disetujui oleh semua klub lain.
Liga sudah tahu bahwa klub lain tidak akan menyetujui, dengan Barcelona telah meletakkannya di atas meja sejak awal.
Peraturan La Liga membawa Elche, Murcia, dan Reus terkena hukuman administrasi. Tetapi, peraturan ini terus memastikan kelayakan finansial sepak bola Spanyol, yang membawa kita ke poin kedua.
Â
Advertisement
2. Prancis dan Italia sudah mengalami masalah serius
Ligue 1 terus membawa masalah keuangan karena tidak menyelesaikan musim 2019/20, dan dalam beberapa kasus mereka memiliki klub yang hampir bangkrut.
Sepak bola Italia juga telah meminta bantuan pemerintah Italia untuk mengizinkan sponsor perjudian setelah kehilangan pendapatan sebesar 1,1 miliar euro. Selain itu, meminta penundaan pembayaran utang selama minimal dua tahun dan mendukung pembiayaan untuk klub.
Di Spanyol, klub-klub tidak ingin memikirkan masalah dengan kantor pajak lagi. Jika dapat bantuan dari pemerintah Spanyol, yang pertama ingin mereka terima adalah untuk masalah administrasi. Akan tetapi, klub tidak menginginkan apa pun yang membuat mereka berhutang.
Membiarkan lebih banyak ekses dalam batas gaji sama dengan membiarkan klub membuat kerugian finansial. Klub akan memiliki tagihan gaji yang tak mampu dibayar karena penghasilan tidak cukup. Sehingga akhirnya akan membahayakan kelangsungan liga.
Â
3. Kurangnya simpati setelah proyek Liga Super
Masalah keuangan besar Barcelona yang diwarisi kepada Joan Laporta tidak cukup berat. Karena itu, klub-klub La Liga lainnya tidak sepenuhnya mendukung untuk memfasilitasi hal-hal finansial untuk Barcelona. Apalagi, klub Catalan terlibat dalam proyek Liga Super yang gagal dan terus dipromosikan.
Klub Spanyol lainnya memahami bahwa Barcelona sedang mencari kehidupan yang jauh dari mereka. Di mana mereka bisa mengklaim lebih banyak kekayaan untuk diri sendiri, serta merusak kejuaraan nasional dalam prosesnya.
Sekarang, Barcelona menginginkan bantuan untuk memenuhi janji Laporta untuk memperbarui kontrak Messi. Tapi, mereka tidak akan menemukan banyak simpati dari klub Spanyol lainnya, setidaknya tidak dalam langkah yang cukup besar untuk membuat perubahan yang layak pada peraturan ekonomi.
Barcelona memiliki banyak pekerjaan dan beberapa keputusan menyakitkan di depan jika mereka ingin mendaftarkan Messi dan pemain baru lainnya. Bahkan jika mereka berhasil, masih harus dilihat, musim yang rumit menunggu mereka di ruang rapat.
Advertisement