Liputan6.com, Jakarta- Timnas Maroko mengalami pengalaman buruk saat mengikuti Kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Afrika. Mereka terjebak di tengah kudeta militer Guinea. Achraf Hakimi dan kawan-kawan hampir saja tak bisa pulang.
Maroko dijadwalkan bertemu tuan rumah Guinea di Kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Afrika pada Senin (6/9/2021). Namun pertandingan tersebut akhirnya tak bisa berlangsung. Sehari sebelum duel, terjadi kudeta di Guinea yang menggulingkan kepemimpinan Presiden Alpha Conde.
Baca Juga
Saat kudeta berlangsung pada Minggu (5/9/2021) pagi, para pemain Maroko sudah berada di ibukota Guinea, Conakry. Mereka sempat berlatih satu kali.
Advertisement
Para pemain timnas Maroko sangat ketakutan saat kudeta berlangsung. Pasalnya sempat terjadi baku tembak antara militer dengan pasukan penjaga presiden Conde.
Tembak menembak terjadi di sekitar hotel tempat pemain Maroko menginap. Para pemain pun mengalami ketakutan. Gelandang Maroko yang bermain di Fiorentina Sfyan Amrabat menceritakan pengalaman menegangkan tersebut kepada De Telegraaf.
Amrabat
"Menakutkan ketika Anda mendengar suara tembakan. Anda tidak berharap untuk menjalani tugas internasional dan berakhir di tengah kudeta militer,” kata Amrabat.
“Pada Minggu pagi, Adel Taarabt bertanya apakah saya mendengar suara tembakan. Saya tertawa pada awalnya dan mengatakan itu pasti kembang api, karena terkadang fans lokal melakukannya di luar hotel tim tamu untuk mengganggu istirahat mereka."
“Tetapi kemudian kami melihat di Internet apa yang sebenarnya terjadi. Keluarga saya sangat khawatir dan semua orang menulis surat untuk menanyakan apakah kami baik-baik saja. Kami harus tetap profesional, tetapi menakutkan ketika Anda mendengar suara tembakan, lalu diam, lalu lebih banyak tembakan," lanjut Amrabat.
Advertisement
Hampir Tak Bisa Pulang
Skuat Timnas Maroko harus bertahan di hotel sampai malam hari sebelum bisa dievakuasi dengan pesawat. Namun proses evakuasi juga mengalami kendala. Pasalnya militer Guinea yang melakukan kudeta menutup seluruh akses baik darat maupun udara selama seminggu.
Amrabat dan kawan-kawan hampir saja tidak bisa meninggalkan Guinea. Beruntung Raja Maroko melakukan intervensi dan meminta penguasa baru Guinea mengizinkan pemain timnas Maroko untuk meninggalkan Guinea.
“Kami tiba di bandara dan pesawat kami berada di sana di landasan pacu, tetapi militer telah menguncinya dan mendesak semua orang untuk kembali dan pulang Hanya dengan intervensi dari Raja Maroko, yang menghubungi para pemimpin baru Guinea, mereka mengizinkan kami naik ke pesawat dengan pengawasan militer. Sangat aneh melihat kendaraan militer di sisi bus tim," pungkas Amrabat.