Final Liga Champions Ricuh, Liverpool Tawarkan Dukungan Kesehatan Mental ke Fans

Kemenangan Real Madrid atas Liverpool di Stade de France akhir pekan lalu dibayangi adegan kacau di luar stadion. Ribuan pendukung ditolak masuk meskipun memiliki tiket resmi. Dengan adanya kejadian ini, Liverpool bekerja sama dengan LFC Foundation untuk memberikan dukungan mental kepada para penggemar.

oleh Liputan6.com diperbarui 03 Jun 2022, 08:30 WIB
Diterbitkan 03 Jun 2022, 08:30 WIB
Foto: Divock Origi Pahlawan Liverpool, Manchester City Kudeta Chelsea dari Puncak Klasemen Liga Inggris
Liverpool berhasil meraih kemenangan dramatis di pekan ke-15 Liga Inggris 2021/2022. Bertamu ke markas Wolverhampton, The Reds berhasil menaklukkan tuan rumah dengan skor tipis 1-0. (AFP/Justin Tallis)

Liputan6.com, Jakarta - Liverpool bekerja sama dengan organisasi kesehatan mental untuk menawarkan dukungan kepada penggemar yang merasakan pengalaman pahit di final Liga Champions 2021/2022 melawan Real Madrid akhir pekan lalu.

Final Liga Champions yang dimenangkan Real Madrid tertunda lebih dari setengah jam. Polisi menahan orang-orang yang mencoba mengakses stadion. Beberapa penggemar, termasuk anak-anak, terkena gas air mata dan semprotan merica yang ditembakkan aparat.

Di tengah perselisihan antara Inggris dan Prancis tentang siapa yang harus disalahkan atas situasi tersebut, penggemar Liverpool menegaskan tidak menyebabkan masalah. Sementara Prancis menyalahkan penggemar Liverpool yang muncul secara massal dengan tiket palsu karena berkontribusi pada kekacauan di stadion. 

“Klub menjanjikan bantuan keuangan dan mendorong penggemar untuk mencari dukungan jika mereka merasa membutuhkannya saat ini,” tulis pernyataan resmi Liverpool.

“Adegan yang disaksikan di dalam dan sekitar Stade de France, sebelum dan sesudah kick-off pada Sabtu malam, akan hidup lama dalam ingatan alasan yang salah.” 

“Bekerja dengan LFC Foundation, yang bekerja sama dengan layanan kesehatan mental profesional setiap hari, klub telah menyusun daftar organisasi yang dapat dituju oleh para pendukung saat ini.” 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Bos Liverpool Tuntut Permintaan Maaf

Ian Ayre
Ian Ayre bersama Jurgen Klopp dan Tom Werner. (Sky Sports)

Direktur Utama Liverpool Tom Werner sebelumnya menuntut permintaan maaf dari Menteri Olahraga Prancis Amelie Oudea-Costera atas komentarnya yang ‘tidak bertanggung jawab, tidak profesional, dan sepenuhnya tidak sopan’ tentang kericuhan di final Liga Champions. 

Dilansir dari Goal Internasional, Werner mengatakan Pemerintah Prancis tidak mau bertanggung jawab dan menyalahkan pihak lain. Dia berharap penyelidikan independeng berlangsung dan menghasilkan kesimpulan akhir.

“Saya menulis kepada Anda hari ini karena ketidakpercayaan, bahwa seorang menteri pemerintah Prancis, posisi yang memiliki tanggung jawab dan pengaruh yang sangat besar, dapat membuat serangkaian pernyataan yang belum terbukti tentang masalah yang begitu penting sebelum proses penyelidikan formal dilakukan,” ucap Werner. 

“Peristiwa yang terjadi di dalam dan sekitar Stade de France pada Sabtu malam di final Liga Champions tidak hanya sangat berbahaya bagi semua yang hadir, tetapi juga menimbulkan pertanyaan serius tentang organisasi dan pengoperasian acara tersebut.” 

“Ini harus menjadi fokus semua pihak yang berkepentingan. Saya telah menerima email yang tidak terhitung jumlahnya dari pendukung Liverpool. Mereka ketakutan setengah mati dan menjadi sasaran pelecehan polisi, semprotan merica, dan gas air mata.” 


Tidak Memihak, Independen, dan Transparan

Lebih lanjut, Werner menilai Oudea-Costera semestinya tidak memberikan komentar dan menuduh penggemar Liverpool secara berpihak. 

“Penyelidikan harus tidak memihak, independen, dan transparan. Komentar Anda tidak bertanggung jawab, tidak profesional, dan sepenuhnya tidak menghormati ribuan penggemar yang dirugikan secara fisik dan emosional," tandas Werner.

"Final Liga Champions seharusnya menjadi salah satu tontonan terbaik dalam olahraga dunia. Tapi yang terjadi justru penerapan prosedur keamanan terburuk dalam beberapa tahun terakhir.” 

 

Penulis: Jesslyn Koesman

 

 

 

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya