Liputan6.com, Jakarta - Warga Facebook ramai membicarakan tentang aplikasi TikTok yang menyumbangkan keuntungannya untuk membuat pemusatan konsentrasi di Uighur. Disebutkan kalau pemusatan konsentrasi itu untuk mencuci otak anak Muslim di Uighur.
Dengan data dari CrowdTangle, fitur insight publik yang dimiliki dan dioperasikan oleh Facebook, Tim Cek Fakta Liputan6.com menemukan tiga akun di Facebook yang menyebut TikTok sumbangkan keuntungannya untuk membuat pemusatan konsentrasi di Uighur.
Baca Juga
Tiga akun yang berkicau seperti itu adalah Fatimah Tiara, Life Story, dan Lang Kuba. Ketiganya pun memberikan narasi yang sama, yakni:
Advertisement
"Masihkah sahabat bermain TIK-TOK sekalipun bukan tuk pamer aurat? Seorang jurnalis muda dari Amerika bernama "Fira Aziz" datang ke Negeri Bambu (Cina) mencari kantor Tik-tok, menggali informasi kemanakah keuntungan aplikasi tik-tok mereka salurkan...
Ternyata diantara keuntungannya disalurkan untuk membuat camp konsentrasi warga Uighur... Sahabat pernah mendengar kisah pilu Uighur??? Di camp tersebut anak2 muslim dipisahkan dari Orangtuanya untuk dicuci otak... Disana saudara kita dipaksa Murtad...Jika laki2 yang menolak, disiksa sampai mati...
Jika perempuan yang menolak, diperkosa oleh banyak lelaki sampai mati...
Anda tidak menyangka??? Anda Iba??? Anda peduli dengan Nasib saudara kita disana?? Hapus segera aplikasi Tik-Tok di HP anda!"
Lalu, benarkah TikTok sumbangkan keuntungannya untuk membuat pemusatan konsentrasi di Uighur? Simak penjelasannya di halaman berikut.
Penelusuran Fakta
Tim Cek Fakta Liputan6.com mencoba menelusuri fakta tersebut. Pertama, tim mencari kebenaran tentang Fira Azis, yang disebut jurnalis muda asal Amerika Serikat, di mesin pencari, Google dan Yandex.
Hasilnya, tim tidak menemukan nama Fira Azis sebagai jurnalis di Amerika Serikat. Namun, ada yang memiliki kemiripan pembahasan dengan Fira Aziz, yakni bernama Feroza Aziz. Feroza, seperti diberitakan BBC pada 27 November 2019, pernah viral di TikTok karena menuding pemerintah China sudah memasukkan umat Muslim ke kamp konsentrasi.
Video yang pernah dibuat Feroza Aziz itu juga sudah ramai di YouTube dan Instagram. Masih dikutip dari BBC, Feroza, wanita yang memiliki rambut panjang, mengunggah tiga video yang membahas isu perlakuan China terhadap muslim di Uighur, di akhir September 2019.
Video pertama telah ditonton lebih dari 1,4 juta kali dan disukai hampir 500 ribu kali. Video tersebut sekilas tampak seperti video tentang tutorial tata rias. Namun, Feroza kemudian meminta penontonnya untuk meningkatkan kesadaran tentang hal yang ia sebut sebagai "Holokaus lain".
Video-video unggahan Feroza di TikTok sudah dibantah Duta besar China untuk Inggris menyangkal dokumen-dokumen itu, dan menyebutnya berita palsu.
Feroza Aziz disebutkan BBC kala itu masih berusia 17 tahun, dia seorang pelajar, bukan jurnalis.
Video yang dibuat oleh Feroza Aziz juga dibahas oleh The Washington Post dalam artikel berjudul: 'TikTok’s owner is helping China’s campaign of repression in Xinjiang, report finds'. Artikel itu dipublikasikan pada 28 November 2019.
Artikel itu mengambil penjelasan dari juru bicara ByteDance, perusahaan induk TikTok, Anna Wang. Dia menyebut kalau pihaknya memang tidak mempunyai layanan keamanan dan semua orang bisa membuat aku di TikTok.
"Kami tidak memproduksi, mengoperasikan, atau menyebarkan produk atau layanan apa pun yang terkait dengan pengawasan," ucapnya.
Namun hingga saat ini, Tim Cek Fakta Liputan6.com tidak menemukan artikel yang menyebut TikTok ikut berkontribusi dalam pembiayaan untuk membangun kamp Uighur yang bertujuan mencuci otak anak Muslim.
Advertisement
Kesimpulan
Berdasarkan penelusuran, klaim yang menyebut Fira Aziz merupakan jurnalis asal Amerika Serikat adalah salah. Tidak ada jurnalis Amerika Serikat bernama Fira Aziz, adanya Feroza Aziz, seorang pelajar yang sempat viral di TikTok pada akhir tahun 2019 karena mengangkat isu TikTok dipakai untuk membiayai kamp Uighur.
Namun, hingga saat ini, belum ada bukti yang jelas kalau TikTok memberikan sebagian keuntungannya untuk kamp di Uighur. Video-video unggahan Feroza di TikTok sudah dibantah Duta besar China untuk Inggris menyangkal dokumen-dokumen itu, dan menyebutnya berita palsu.
Tentang Cek Fakta
Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia.
Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu.
Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.
Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.
Advertisement