Cek Fakta: Tidak Benar Foto Punggung Lebam Usai Tersambar Petir

Beredar foto punggung yang mengalami lebam diklaim usai tersambar petir. Benarkah?

oleh Hanz Jimenez Salim diperbarui 10 Sep 2020, 08:01 WIB
Diterbitkan 10 Sep 2020, 08:01 WIB
Gambar Tangkapan Layar Foto Punggung
Gambar Tangkapan Layar Foto Punggung

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah foto punggung seseorang yang diklaim mengalami lebam usai tersambar petir beredar di media sosial. Foto tersebut diunggah akun Facebook Lulujazkhra pada 6 September 2020.

Dalam foto tersebut, tampak punggung seseorang yang terdapat bercak dan garis berwarna biru. Dalam foto itu terdapat narasi sebagai berikut:

"Jika kalian cukup beruntung masih hidup setelah tersambar petir, kemungkinan besar badan kamu akan terlihat seperti ini"

"#fyi ngeri, lebam semua

https://www.instagram.com/p/CCnvaiCJyME/?igshid=ars74x5eho5w," tulis akun Facebook Lulujazkhra.

Foto punggung seseorang yang diklaim mengalami lebam usai tersambar petir telah 177 kali dibagikan dan mendapat 434 komentar warganet.

 

Penelusuran Fakta

Gambar Tangkapan Layar Penelusuran Foto dengan Google Reverse Image
Gambar Tangkapan Layar Penelusuran Foto dengan Google Reverse Image

Cek Fakta Liputan6.com foto punggung seseorang yang diklaim mengalami lebam usai tersambar petir. Penelusuran dilakukan dengan mengunggah foto tersebut ke situs pencari Google Search Image.

Hasilnya terdapat beberapa situs yang menjelaskan foto tersebut. Satu di antaranya situs deviantart.com.

Adalah akun gorkafx yang mengunggah foto serupa pada 3 November 2004 silam. Akun gorkafx menuliskan judul "Prothesic makeup 7" dalam kontennya di situs deviantart.com.

Gambar Tangkapan Layar Foto dari Situs deviantart.com

Foto tersebut diambil dengan menggunakan kamera KODAK CX6330 ZOOM DIGITAL CAMERA pada 10 Januari 2003. Akun gorkafx juga memberikan keterangan dalam fotonya tersebut.

"Back bodypainting of a zombi," tulis akun gokarfx.

Liputan6.com juga menemukan artikel yang menjelaskan mengenai tata rias biasa digunakan untuk film horor. Adalah artikel  "Di Balik Peran Special Effect Makeup Artist dalam Film Horor Indonesia" yang dimuat situs kumparan.com pada 27 Februari 2019 lalu.

Wajah Luna Maya seketika berubah. Ia terlihat begitu mirip dengan mendiang Suzzanna. Sorot matanya terlihat tajam, hidungnya kecil, pipinya lebih tirus dari biasanya. Ia juga memiliki tahi lalat di pipi kanannya.

Tampilan itu bisa kita lihat saat Luna Maya berperan dalam film 'Suzzanna: Bernapas dalam Kubur'. Selain karena totalitas akting, sentuhan spesial effect makeup juga menunjang keberhasilan Luna Maya memainkan karakter itu.

Terbukti, film tersebut sukses meraih lebih dari 3 juta penonton selama penayangannya. Perubahan wajah Luna Maya yang mirip dengan Suzzanna membutuhkan proses panjang dan tidak instan. Ia sempat diboyong ke Rusia, wajahnya dicetak dan dibuat topeng prostetik demi mendapatkan karakter yang diinginkan untuk film tersebut.

Begitu pula dengan Karina Suwandi ketika bermain dalam film 'Sebelum Iblis Menjemput'. Wajahnya pucat, mata hitam pekat, dan mulut penuh dengan darah. Karina berperan sebagai Laksmi, ibu dari Maya (Pevita Pearce) dan Ruben (Samo Rafael) di film garapan garapan Timo Tjahjanto tersebut. Ia kerasukan iblis di sebuah rumah tua, dan kemudian menjadi liar tak terkendali setelahnya.

Teknik riasan yang digunakan Karina Suwandi dalam film-film horor itu disebut Special Effect Makeup (SFX). Teknik tersebut bisa membuat efek yang dimunculkan tubuh karena suatu kejadian, menggunakan metode seni tata rias. Misalnya saja luka lebam, luka tembak, darah menggumpal, kena gas beracun, kerutan di wajah, dan lain sebagainya.

Sementara Luna Maya untuk membuat wajahnya mirip dengan Suzzanna adalah teknik Prosthetic Makeup atau FX Prosthesis. Itu merupakan seni tata rias dengan menggunakan atau menambahkan prosthetic (bagian tubuh palsu), untuk mengubah bagian tubuh itu sendiri. Contohnya adalah seperti alien yang ada di film 'Star Wars', monster, zombie, atau potongan kepala yang ada dalam film 'Marlina Si Pembunuh Dalam Empat Babak'.

Keberadaan SFX Makeup dan FX Prosthesis saling berhubungan erat di industri perfilman, karena keduanya merupakan satu kesatuan. FX Prosthesis berkaitan dengan Makeup Character. Sebab, Makeup Character terkadang membutuhkan tambahan prosthetic demi menampilkan karakter yang kuat.

Maraknya film-film bergenre action dan horor di Indonesia belakangan ini, membuat SFX Makeup menjadi lebih dikenal dan 'terlihat'. Sederet film dengan SFX Makeup yang apik antara lain adalah 'Pengabdi Setan', 'Sebelum Iblis Menjemput', 'Suzzanna: Bernapas dalam Kubur', hingga 'The Night Comes for Us' yang tayang di Netflix.

Sayangnya, tidak semua film Indonesia berhasil mewujudkan karakter yang kuat dari SFX Makeup tersebut. 'Reuni Z' atau 'The Secret' menjadi segelintir film yang dinilai tak cukup berhasil menimbulkan rasa takut penonton dari hantu-hantu yang didandani dengan riasan efek spesial.

Penggila film horor yang kini terjun menjadi seorang film programmer, Apatis Vian, mengutarakan pendapatnya terkait keberadaan Special Effect Makeup di Indonesia saat ini. Dia beranggapan bahwa kualitas para SFX Makeup Artist di Tanah Air masih sangat jauh jika dibandingkan mereka yang ada di Hollywood, dengan segala kecanggihan teknologi dan materi-materi yang tersedia di sana.

"Enggak usah jauh-jauh ke Hollywood, bahkan sama negara Asia tetangga lain seperti Thailand dan Jepang (juga ketinggalan). Di sini, makeup masih terasa seadanya, enggak meyakinkan, sekadar pelengkap di film. Bukan 'membentuk' karakter seperti yang seharusnya dalam produksi film," jelasnya.

Vian kemudian menerangkan jika beberapa SFX Makeup di film Indonesia pembuatannya terkesan tidak serius. Hal itu berdampak pada output-nya yang jadi biasa-biasa saja.

"Kurang ada effort lebih untuk membuat makeup, atau efeknya agar lebih meyakinkan," ujar dia.

Meski begitu, ia mengakui jika ada beberapa produksi film sudah memperhatikan spesial effect makeup dalam produksi. Di antaranya film-film seperti 'The Night Comes For Us' atau 'Sebelum Iblis Menjemput' juga 'Dreadout'. Sehingga ia bisa menyimpulkan jika baik atau buruknya hasil dalam film memang dilihat dari skala dan fokus produksinya.

"Tapi film Indonesia lain (khususnya horor) in general mah tetep aja busuk," kata dia.

Soal hasil yang kurang maksimal juga diakui para SFX Makeup Artist sendiri. Sehingga jika kemudian banyak yang menilai hasilnya masih jauh dari apa yang ada di Thailand atau Jepang, apalagi Hollywood, itu karena produksi film di industri perfilman di Indonesia banyak yang belum ideal.

Dalam mengerjakan tugasnya, sering kali para SFX Makeup Artist harus tegas mengikuti arahan sutradara atau produser. Ada beberapa sutradara yang memang melakukan brainstorming bersama kru-kru lain untuk menyatukan suara. Namun, ada juga sutradara yang meminta agar semua dikerjakan sesuai arahannya.

Yonna Kairupan, SFX Makeup Artist yang terlibat dalam film 'Suzzanna: Bernapas Dalam Kubur', 'Sabrina', dan 'Mata Batin 2', pernah menghadapi situasi demikian. Ibu 4 anak yang biasanya selalu bersikap perfectionist untuk urusan makeup, harus mengubur egonya dan menuruti arahan sang pembuat film. Semua dilakukan semata-mata demi profesionalitas kerja.

 

 

Kesimpulan

Sebuah foto punggung seseorang yang diklaim mengalami lebam usai tersambar petir ternyata tidak benar. Foto tersebut merupakan hasil dari makeup atau tata rias, bukan korban sambaran petir.

 

Banner Cek Fakta: Salah
Banner Cek Fakta: Salah (Liputan6.com/Triyasni)

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia. 

Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu. 

Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya