Liputan6.com, Jakarta - Beredar melalui media sosial kabar terkait vaksin covid-19 asal China. Kabar ini ramai dibagikan sejak bulan lalu.
Salah satu akun yang mengunggahnya adalah solid lawan covid. Akun itu mengunggahnya pada 9 Oktober 2020 lalu.
Dalam postingannya bertuliskan kalimat sebagai berikut:
Advertisement
"Cina mentargetkan 100 juta penduduk indonesia mati melalui vaksin cina"
Lalu benarkah klaim yang menyebut vaksin covid-19 asal China menargetkan kematian 100 juta penduduk Indonesia?
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan video pilihan berikut ini
Penelusuran fakta
Cek Fakta Liputan6.com menelusuri klaim vaksin covid-19 asal China menargetkan kematian 100 juta penduduk Indonesia dan tidak menemukan informasi sesuai klaim di atas. Hanya vaksin covid-19 memang ditargetkan untuk 160 juta orang.
Hal ini seperti dalam artikel berjudul "HEADLINE: 180 Juta Warga Indonesia Jadi Target Vaksin COVID-19, Pengaturannya?" yang tayang 3 Oktober 2020 di Liputan6.com.
Dalam artikel tersebut ada penjelasan dari Menteri Koordinator Perekonomian RI Airlangga Hartarto. Pria yang juga menjabat sebagai Ketua Komite Kebijakan Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional ini mengatakan roadmap atau peta jalan pelaksanaan imunisasi tengah dipersiapkan.
"Target vaksinasi untuk 160 juta orang dan kebutuhannya antara 320 sampai 370 (juta)," kata Airlangga, Jumat (2/10/2020).
"Diutamakan bagi mereka di garda terdepan, baik itu dokter, perawat, petugas medis. Lalu, TNI, POLRI, Satpol PP. Dan tentunya, dipertimbangkan juga pada pasien komorbid (penyakit penyerta)," tuturnya menambahkan.
Selain itu Pemerintah Indonesia juga tak hanya menggandeng China untuk pengadaan vaksin covid-19. Pemerintah juga menggandeng perusahaan asal Inggris, Astra Zeneca seperti dalam artikel "Kerja Sama dengan Pemerintah, AstraZeneca Dukung Akses Vaksin COVID-19 di Indonesia" yang tayang 15 Oktober 2020 di Liputan6.com. Berikut isinya:
"Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Indonesia bersama perusahaan farmasi Inggris AstraZeneca secara resmi bekerja sama untuk penyediaan AZD1222, calon vaksin COVID-19 yang dikembangkan perusahaan tersebut bersama Oxford University.
Pada Rabu kemarin, kedua pihak mengadakan pertemuan untuk membahas penyediaan AZD1222 dan menandatangani Letter of Intent dengan tujuan untuk menyetujui Perjanjian Pembelian Awal (Advance Purchase Aggrement) sebelum akhir Oktober.
Oscar Primadi, Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan mengatakan bahwa mereka senang dapat berdiskusi dengan AstraZeneca mengenai pembelian awal calon vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh AstraZeneca dan Oxford.
"Dengan menandatangani Letter of Intent ini, Kementerian Kesehatan dan AstraZeneca bertujuan untuk menyelesaikan pembelian sebelum akhir Oktober, sehingga kami dapat memberikan akses ketersediaan vaksin COVID-19 kepada masyarakat Indonesia," kata Oscar seperti dikutip dari siaran pers yang diterima Health Liputan6.com pada Kamis (15/10/2020).
Se Whan Chon, President Director AstraZeneca Indonesia juga mengatakan bahwa pihaknya berkomitmen untuk mendukung akses yang luas dan merata terhadap calon vaksin di Indonesia.
"Diskusi kami hari ini sangatlah konstruktif dan menjanjikan," katanya. "Saya berterima kasih atas bimbingan dan kepemimpinan Pemerintah dan berharap untuk dapat segera menyelesaikan perjanjian pembelian awal ini."
Letter of Intent ini sendiri ditandatangani oleh Oscar Primadi, Sekjen Kemenkes dan Se Whan Chon, President Director AstraZeneca Indonesia di Kedutaan Besar Indonesia di Inggris. Menteri BUMN Erick Thohir, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, dan Sjoerd Hubben, Vice Presiden AstraZeneca ikut menyaksikan penandatanganan tersebut.
Dikutip dari Antara, Menlu Retno Marsudi mengatakan bahwa Indonesia telah menyampaikan permintaan kepada AstraZeneca untuk penyediaan 100 juta dosis vaksin COVID-19 untuk tahun 2021.
Retno mengatakan, pengiriman pertama vaksin diharapkan dapat dilakukan pada semester pertama 2021 dan akan dilakukan secara bertahap.
Dalam rilisnya, AstraZeneca mengatakan bahwa vaksin AZD1222 menggunakan basis vektor virus simpanse yang replication-deficient pada virus penyebab flu (adenovirus) yang telah dilemahkan, yang menyebabkan infeksi pada simpanse dan mengandung materi genetik dari protein spike virus SARS-CoV-2.
Setelah vaksinasi, permukaan protein spike akan diproduksi dan menghasilkan sistem kekebalan untuk menyerang virus SARS-CoV-2 ketika menginfeksi tubuh."
Pemerintah Indonesia juga menggandeng perusahaan Korea Selatan Genexine untuk pembuatan vaksin covid-19. Seperti dalam artikel "Vaksin COVID-19 Kalbe-Genexine Diharapkan Siap Pertengahan 2021" yang tayang 2 Oktober 2020 di Liputan6.com. Berikut isi artikelnya:
"Liputan6.com, Jakarta- Selain China, Indonesia juga bekerja sama dengan Korea Selatan (Korsel) terkait pengujian serta untuk memperoleh vaksin COVID-19.
Dalam hal ini, perusahaan farmasi Korsel, Genexine menggandeng Kalbe Farma untuk melakukan uji klinis kandidat vaksin COVID-19 yang mereka kembangkan di Indonesia.
"Kami juga menyiapkan beberapa persiapan uji klinis untuk vaksin dengan partner kami di Korea Selatan yaitu Genexine, yang sekarang lagi persiapan untuk masuk ke uji klinis fase kedua," kata Vidjongtius, Presiden Direktur Kalbe Farma.
Dalam konferensi pers peluncuran remdesivir Covifor pada Kamis kemarin, ditulis Jumat (2/10/2020), Vidjongtius berharap agar pada kuartal IV tahun 2020, uji klinis vaksin COVID-19 Genexine sudah bisa dilakukan di Indonesia.
"Jadi memang itu sudah berjalan, mudah-mudahan, kuartal keempat ini sudah bisa berjalan di Indonesia," kata Vidjongtius.
"Harapannya kalau semua berjalan sesuai rencana, diharapkan di pertengahan tahun 2021, vaksin tersebut sudah disiapkan."
Dilaporkan pada September lalu, vaksin COVID-19 yang dikembangkan Genexine dan diberi nama GX 19 ini dibuat oleh konsorsium sejumlah perusahaan, diantaranya Genexine sebagai koordinator, Binex, International Vaccince Institute (IVI), GenNBio, KAIST, dan POSTECH.
Seperti dilaporkan Health Liputan6.com beberapa waktu lalu, calon vaksin GX 19 ini menggunakan material DNA yang bertujuan menciptakan antigen dalam sistem kekebalan tubuh.
Uji klinis tahap pertama dari GX 19 juga telah disetujui oleh Kementerian Keamanan Pangan dan Obat-Obatan Korea Selatan (MFDX) pada Juni 2020.
Selain Genexine, indonesia juga menjalin kerja sama dengan beberapa pengembang vaksin seperti Sinovac, Sinopharm, dan perusahaan farmasi Uni Emirat Arab yaitu G42 Healthcare Holding.
Retno Marsudi, Menteri Luar Negeri, dalam Rapat Kerja Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia September lalu mengungkapkan bahwa pemerintah Indonesia menjalankan dua pendekatan untuk memperoleh vaksin COVID-19.
"Yang pertama, pendekatan jangka pendek, berarti akses cepat waktu terhadap vaksin yang aman dengan harga terjangkau dan pendekatan ini memerlukan kerja sama dengan pihak luar baik secara bilateral maupun multilateral," kata Retno pada anggota Komisi I DPR RI.
"Yang kedua adalah pendekatan jangka panjang, yaitu pengembangan vaksin nasional, vaksin Merah Putih yang kita harapkan akan menjadi penopang utama proses kemandirian vaksin COVID-19 di Indonesia."
Advertisement
Kesimpulan:
Klaim yang menyebut vaksin covid-19 asal China menargetkan kematian bagi 100 juta WNI adalah hoaks.
Tentang Cek Fakta Liputan6.com
Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia.
Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu.
Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.
Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.
Advertisement