Liputan6.com, Jakarta - Platform media sosial raksasa Facebook menjadi cukup sibuk selama pandemi virus corona covid-19. Pasalnya, Facebook dan aplikasi yang bernaung di bawahnya seperti Instagram, Youtube, dan Twitter disebut menjadi salah satu pusat penyebaran hoaks terkait pandemi itu.
Menurut data Kementerian Komunikasi dan Informatika ada 1.402 kasus hoaks terkait covid-19 mulai 23 Januari 2020 hingga 1 Februari 2021. Ironisnya 1.402 kasus hoaks itu tersebar menjadi 2.422 hoaks di platform media sosial milik Facebook.
Rinciannya, Facebook: 1.701 hoaks, di Instagram: 21 hoaks, Twitter: 490 hoaks, dan Youtube ada 30 hoaks. Upaya takedown telah diminta Pemerintah melalui Kominfo kepada Facebook.
Advertisement
Hasilnya ada 1.938 konten yang sudah dihapus dan diturunkan sementara 304 hoaks lainnya masih ditindaklanjuti oleh Facebook. Pemerintah memang tak main-main terkait hoaks soal covid-19 ini, bahkan hingga sekarang sudah ada 104 kasus yang sudah masuk jalur hukum.
Satgas Penanganan Covid-19 beberapa waktu lalu menjelaskan hoaks sangat berbahaya dalam penanganan pandemi itu sendiri.
"Jika masyarakat mendapat berita atau video yang tidak jelas sumbernya agar dapat meneliti dahulu asal dan isi berita tersebut. Masyarakat jangan langsung menyebarkan apalagi memprovokasi informasi yang tidak bisa dipertanggungjawabkan isinya," ujar juru bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito dilansir laman covid-19.go.id.
"Mengaitkan dua hal yang tidak berhubungan sangat berbahaya, dan masyarakat sendirilah yang rugi jika ada informasi palsu yang beredar. Kami berharap media juga membantu memberikan informasi yang valid pada masyarakat dan mengklarifikasi hoaks yang beredar."
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Upaya Facebook
Facebook sendiri saat dimintai konfirmasi Cek Fakta Liputan6.com mengaku tidak lepas tangan pada maraknya hoaks di platformnya. Bahkan mereka sudah melakukan upaya untuk meminimalisir penyebarannya sejak pandemi dimulai Maret 2020.
"Dari Maret hingga Oktober 2020 sudah ada 12 juta konten di Facebook dan Instagram karena mengandung informasi yang salah terkait covid-19. Di dunia kami juga melakukan langkah agresif dengan menggandeng 80 pemeriksa fakta pihak ketiga untuk mengidentifikasi dan meninjau potensi misinformasi, yang menjadi dasar bagi kami untuk mengambil tindakan," bunyi pernyataan Facebook melalui email pada Cek Fakta Liputan6.com.
"Untuk di Indonesia kami menggandeng 6 pemeriksa fakta pihak ketiga independen yakni Liputan6, Kompas, Tempo, Tirto, Mafindo dan AFP. Seluruh mitra kami sudah tersertifikasi lembaga independen seperti IFCN."
Facebook juga telah mengeluarkan beberapa kebijakan terkait hoaks covid-19. Seperti melarang iklan dengan klaim menyesatkan, menimbulkan kontroversi atau memiliki unsur politik tertentu.
Mereka juga meluncurkan fitur Pusat Informasi Covid-19 di semua platform yang dimiliki agar pengguna terhubung dengan otoritas atau badan terpercaya.
"Selama Maret hingga Oktober 2020, kami juga memberikan label peringatan pada sekitar 167 juta konten terkait covid-19 di Facebook berdasarkan artikel cek fakta terkait covid-19 yang ditulis oleh mitra pemeriksa fakta kami."
Terbaru, Facebook juga menyatakan akan menghapus atau menurunkan konten hoaks yang berhubungan dengan vaksin covid-19. Mereka juga berjanji akan menindak akun yang mengkampanyekan gerakan anti-vaksin covid-19.
"Ketika orang mencari informasi tentang vaksin atau konten terkait covid-19 di Facebook, kami menampilkan hasil yang relevan dan resmi, serta menyediakan sumber dari pihak ketiga untuk menghubungkan orang-orang dengan informasi resmi mengenai vaksin."
"Di Instagram, selain menampilkan hasil resmi di Pencarian, dalam beberapa minggu mendatang kami akan membatasi pencarian akun-akun yang mendorong orang untuk enggan divaksinasi. Sementara di WA kami bekerjasama dengan Kominfo menyediakan layanan hotline informasi 24 jam seputar covid-19."
Advertisement
Ganggu Pengendalian Pandemi Covid-19
Banyaknya hoaks terkait covid-19 membuat upaya pengendalian pandemi covid-19 memang menjadi kompleks. Hal ini disampaikan Bimo Ario Tejo, Ph.D, Peneliti Bioteknologi di Universiti Putra Malaysia saat dihubungi Cek Fakta Liputan6.com.
"Kita sudah melalui sedikitnya 10 pandemi dalam sejarah manusia, penanganannya sangat sederhana yakni membatasi mobilitas, bahkan zaman dulu pandemi bisa berakhir tanpa adanya obat atau vaksin. Tetapi covid-19 ini pendekatan kesehatan ke masyarakat tidak cukup karena banyaknya hoaks, disinformasi di masyarakat sehingga penanganan menjadi rumit," katanya menambahkan.
"Semua negara di dunia mengalami masalah yang sama terkait hoaks atau disinformasi ini. Bahkan hoaks yang beredar di Indonesia sebenarnya hanya mencontek saja dari luar negeri."
Di sisi lain, Bimo menjelaskan salah satu hoaks soal vaksin yang masih beredar adalah terkait tujuan vaksin untuk mengurangi populasi penduduk. Bahkan hoaks ini terus beredar jauh sebelum adanya vaksin covid-19.
"Berdasar data statistik jumlah penduduk di dunia ini justru berkembang, jadi tidak benar jika vaksin covid-19 bertujuan mengurangi penduduk. Lalu ada hoaks vaksin yang disebut bisa melacak pergerakan kita, tentu ini tidak benar. Bahkan sekarang saja pergerakan kita sudah dilacak melalui smartphones dan ini lebih mudah," ujarnya.
"Statistik juga menyebut tidak ada orang yang meninggal dunia akibat vaksin. Tentu hoaks jika ada yang menyebut vaksin tidak aman, kita juga sudah punya Badan POM untuk mengujinya sebelum digunakan masyarakat."
Tentang Cek Fakta Liputan6.com
Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia.Â
Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu.Â
Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.
Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.
Advertisement