Laporan Nielsen Sebut Warga Latin Rentan Terserang Hoaks

Nielsen merilis laporan terbaru terkait kecenderungan warga Amerika Latin untuk menerima, mengonsumsi, hingga membagikan hoaks lebih banyak dari populasi warga Amerika Serikat (AS).

oleh Adyaksa VidiLiputan6.com diperbarui 07 Okt 2021, 16:00 WIB
Diterbitkan 07 Okt 2021, 16:00 WIB
Ilustrasi hoax
Ilustrasi hoaks

Liputan6.com, Jakarta - Nielsen merilis laporan terbaru terkait kecenderungan warga Amerika Latin untuk menerima, mengonsumsi, hingga membagikan hoaks lebih banyak dari populasi warga Amerika Serikat (AS).

Nielsen menjelaskan warga keturunan Latin berusia antara 18-34 tahun menggunakan aplikasi percakapan seperti Telegram dan Whatsapp dua kali lipat lebih banyak ketimbang warga AS pada umumnya. Mereka menggunakan aplikasi percakapan itu sebagai platform utama mencari informasi yang tersebar dan menghubungi kerabat.

Namun fenomena tersebut justru menghadirkan sisi negatif. Meski aplikasi percakapan tersebut aman karena terlindungi secara enskripsi namun untuk mendapatkan pemeriksaan fakta informasi yang beredar sangatlah susah.

"Ketika informasi disebarkan melalui aplikasi percakapan maka bisa saja langsung viral walau faktanya belum diketahui. Akibatnya warga keturunan Latin yang paling menderita, terbukti masih banyak yang ragu divaksin covid-19 dan juga informasi salah soal covid-19," ujar Wakil Presiden Senior Urusan Keberagaman Nielsen, Stacie de Armas dilansir NBC News.

"Kebiasaan warga Latin untuk menggunakan aplikasi percakapan terenskripsi membuat mereka rentan pada hoaks dan informasi salah. Akibatnya banyak hoaks tersebar secara luas di dalam obrolan grup di aplikasi percakapan ataupun media sosial lainnya," katanya menambahkan.

Untuk mengatasi masalah ini Nielsen bekerjasama dengan Adverif membuat alat digital bernama @factcheck_tool  yang secara otomatis mengambil cek fakta dari 100 organisasi di seluruh dunia yang merupakan bagian dari Jaringan Pengecekan Fakta Internasional (IFCN).

Saat ini alat tersebut sedang dicoba untuk pengguna Twitter di Prancis dan AS menggunakan bahasa Prancis, Spanyol, dan Inggris. "Ini adalah tanggung jawab bersama kami untuk memberdayakan konsumen tidak hanya memeriksa konten, tetapi untuk memajukan literasi media mereka," ujar de Armas.

(Penulis: Azarine Jovita Halim)

*** Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi partner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya