Awas Akun Medsos Mantan Tenaga Medis Profesional Ini Jadi Penyebar Hoaks Covid-19

“World Doctors Alliance” akun Facebook penyebar hoaks Covid-19

oleh Liputan6.comPebrianto Eko Wicaksono diperbarui 22 Okt 2021, 17:00 WIB
Diterbitkan 22 Okt 2021, 17:00 WIB
Ilustrasi Hoax
Ilustrasi Hoax. (Liputan6.com/Rita Ayuningtyas)

Liputan6.com, Jakarta- Teori konspirasi dan juga hoaks terkait Covid-19 telah tersebar di platform Facebook. Bahkan, informasi tersebut bersumber dari mantan tenaga medis profesional.

Melansir Thehill.com, Kamis (21/10/2021), salah satu halaman yang berpartisipasi dalam menyebarkan informasi salah seputar Covid-19 yaitu halaman yang bernama “World Doctors Alliance”.

Halaman ini menyebabkan banyaknya yang mempertanyakan kemampuan Facebook dalammengatasi misinformasi di platformnya.

Akun tersebut terdiri dari perkumpulan para mantan serta tenaga medis profesional dan akademis saat dari 7 negara. Mereka mendorong penyebaran klaim yang salah seperti mengatakan bahwa Covid-19 merupakan hoaks dan vaksin berbahaya.

Mirisnya, menurut Institute for Strategic Dialogue (ISD), halaman tersebut malah mendapat banyak engagement yang terhitung pada Juni 2021 telah menerima 617 ribu interaksi dan mengalami pertumbuhan sebesar 142 persen dalam waktu 6 bulan.Para peneliti di ISD mengatakan, unggahan halaman tersebut terkait Covid-19 dan vaksin telah mencapai sekitar 5,7 juta interaksi dan unggahan video mereka telah dilihat sebanyak 10 juta kali.

Tak hanya fokus pada Amerika, penyebarannya juga memiliki daya tarik global. Sebanyak 74 persen dari 50 konten teratas halaman World Doctors Alliance menggunakan bahasa inggris merupakan konten yang menyesatkan. Selain itu, 88 persen unggahan teratas dalam bahasa Spanyol, 82 persen dalam bahasa Arab, dan 48 persen dalam bahasa Jerman.

Para peneliti menemukan, anggota dari kelompok ini juga menggunakan kualifikasi mereka untuk memberikan kredibilitas pada klaim yang telah terbukti salah.Tentu, keberadaan halaman ini sangat berbahaya. Beberapa keluhan kepada Facebook juga muncul karena telah berdampak kepada kesehatan mental para remaja perempuan dan mendorong kekerasan etnis di Ethiopia.

Juru bicara Facebook mengatakan, perusahaan telah menghapus grup induk dari World Doctors Alliance, World Freedom Alliance, pada Juli, serta menghapus 200 juta kontenmisinformasi mengenai Covid-19.

“Sejak pandemi mulai, tujuan kami yaitu untuk mempromosikan informasi mengenai Covid-19 yang dapat dipercaya, melakukan aksi yang lebih agresif terhadap misinformasi, dan mendorong masyarakat untuk divaksinasi,” ucap juru bicara Facebook.

Sayangnya, Facebook belum berhasil sepenuhnya untuk menangani [permasalahan](https://www.liputan6.com/health/read/4690626/indonesia-targetkan-300-juta-dosis-vaksin-covid-19-disuntikkan-akhir-2021 "") ini. “Percobaan Facebook untuk mengontrol epidemi dari informasi sesat di platformnya merupakan tindakan yang tidak lebih dari latihan performatif dari divisi PR (public relation),” ucap Imran Ahmed, pemimpin eksekutif dari Center for Countering Digital Hate.

Ia menambahkan, “Sudah lebih dari satu dekade untuk menangani misinformasi yangmembanjiri platformnya. Tetapi sistem jauh dari sasaran, seperti yang dijelaskan pada penelitian ini.”

Amadea Claritta - Universitas Multimedia Nusantara.

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi patner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya