Liputan6.com, Jakarta - Informasi hoaks terus bermunculan di media sosial, tidak terkecuali hoaks dan mitos kesehatan yang dapat mempengaruhi masyarakat. Salah satunya klaim vaksin virus corona COVID-19 mengandung Luciferase.
Klaim tersebut disebarkan salah satu akun Instagram pada 10 Oktober 2021. Akun Instagram tersebut mengunggah sebuah video berisi pidato dari seorang wanita.
Advertisement
Baca Juga
Dalam pidatonya, si wanita itu menyebut bahwa vaksin COVID-19 mengandung Luciferase, senyawa yang dapat melacak keberadaan seseorang.
"Jadi, ada bahan yang disebut dengan LUCIFERASE (SM-102). Yang bisa melacakmu. Temanku dilaporkan atas tuduhan menggunakan Paspor Vaksin Palsu. Dia melewati (scanner) di Bandara untuk Penerbangan Internasional. Tahu apa yang mereka bilang? Kami tahu Kau tidak disuntik Vaksin. Tahu Kenapa? Karena mereka menaruh sesuatu di dalam vaksin untuk melacakmu," demikian pernyataan dari wanita dalam video tersebut.
Konten yang disebarkan akun Instagram tersebut telah 107 kali ditonton warganet. Namun setelah ditelusuri, klaim vaksin COVID-19 mengandung Luciferase, senyawa yang dapat melacak keberadaan seseorang ternyata tidak benar. Faktanya, vaksin COVID-19 tidak mengandung Luciferase.
Selain klaim vaksin COVID-19 mengandung Luciferase, terdapat mitos kesehatan lain yang telah ditelsuri selama sepekan. Berikut rangkumannya.
Â
*** Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Â
Cara Terbebas dari Covid-19 Varian Omicron Adalah Dengan Tidak Divaksin
Beredar di media sosial postingan yang mengklaim varian covid-19 Omicron bisa dihindari dengan cara tidak divaksin. Postingan ini ramai dibagikan sejak beberapa waktu lalu.
Dalam postingan tersebut terdapat narasi "fakta omicron yang terinfeksi 95 persen sudah divaksinasi."
Selain itu ada narasi selanjutnya yakni "cara terbebas Omicron, jangan divaksin"
Setelah ditelusuri, postingan yang mengklaim cara mencegah varian covid-19 Omicron adalah dengan cara tidak divaksin adalah tidak benar.
Baca selengkapnya di tautan berikut ini.
Â
Advertisement
Vaksinasi adalah Program Genosida dan Sebabkan Mandul
Klaim tentang vaksinasi merupakan program genosida dan menyebabkan mandul beredar di media sosial. Kabar tersebut beredar lewat pesan berantai di aplikasi WhatsApp pada 10 Januari 2022.
Pesan berantai tersebut berisi imbauan program vaksinasi. Sebab, vaksin merupakan program genosida dan dapat menyebabkan kemandulan.
Berikut isi pesan tersebut:
"*STOP PROGRAM*
*VAKSINASI*
*Di Seluruh*
*Wilayah Indonesia*
*Dari Sabang hingga Merauke*.
_Assalamualaikum. Wr. Wb._
*Kepada yang* *terhormat,**saudara-saudaraku**Se-Bangsa dan se-Tanah Air**dari Sabang* *hingga Merauke**Di**Manapun Anda Berada*.
Alhamdulillah, hingga saat ini, kita masih diberi nikmat oleh Allah swt berupa nikmat sehat wal afiat dan umur panjang. Aamiin.Sehungan dengan adanya pernyataan dari media cetak *SOVEREIGN INDEPENDENT tahun 2011*, *Amerika Serikat dan informasi dari para ahli medis Dunia di berbagai Media Sosial tentang bahaya VAKSINASI,* maka kami masyarakat Indonesia dari Sabang hingga Merauke menghimbau dan mengharapkan kepada *Rezim Jokowi yang didukung (Negeri Komunis Cina,* *Taipan 9 Naga, Partai Politik PDIP dan PSI yang dihuni dan dikuasai oleh ratusan kader PKI) dan Anggota DPR RI untuk MENYETOP dan MEMBERHENTIKAN program VAKSINASI* terhadap seluruh Rakyat Indonesia dari Sabang hingga Merauke, termasuk Para Santri Pondok Pesantren dan *Para Siswa Sekolah MI/SD, MTs/SMP, MA/SMA*.Adapun Alasan *PENYETOPAN VAKSINASI* adalah sebagai berikut :
*1. VAKSINASI* menurut informasi dari *koran SOVEREIGN INDEPENDENT tahun 2011* merupakan program *GENOCIDE (pembunuhan Masal secara teratur dan terencana).*
*2. Menurut para ahli kesehatan dunia,* *VAKSINASI* sangat membahayakan, terurama bagi anak-anak usia Sekolah se-tingkat SD, SMP & SMA. Apalagi bagi anak perempuan bisa menyebabkan MANDUL. Untuk itu, kami anjurkan kepada para Wali Murid untuk menonaktifkan anak-anaknya mengikuti program belajar mengajar di Sekolah hingga diberhentikan Program Vaksinasi. Belajar study kelompok bisa di rumah masing-masing dengan memangil guru.
*3. Menurut Laporan Utama Majalah TEMPO Edisi 27 September - 3 Oktober 2021 dan Media-Media Sosial lainnya* telah ada puluhan ribu korban *VAKSINASI*. Di antaranya, mereka banyak yang sakit ringan, berat, cacat seumur hidup dan meninggal dunia. Bahkan akhir-akhir ini banyak siswa SD meninggal dunia dan menjadi korban Pemaksaan Vaksinasi di beberapa Daerah. Ada yang terekpose dan ada yang tidak.
*4. Kepada yang terhormat, para aparat Kepolisian dan Prajurit TNI di kota dan di daerah harus cerdas, pintar dan bijak dalam menyikapi Vaksinasi dengan tidak melakukan sweeping, menggiring dan memaksa Rakyat Indonesia untuk divaksin*. Karena Vaksinasi merupakan *Genocide (pembunuhan massal secara teratur)*. Jagalah nama baik Lembaga Kepolisian dan TNI dari kesan terlibat melakukan kejahatan melalui program Vaksinasi Paksa.
*Ingat ! Tugas Utama TNI dan POLISI saat ini adalah melakukan sweeping dan memulangkan TKA Asing Asal Cina di beberapa Wilayah Indonesia.*
Menurut informasi dari berbagai sumber, termasuk seorang Jendral TNI bahwa *TKA Asing asal Cina adalah Tentara Merah Cina* yang disusupkan. Indonesia harus belajar dari berbagai *Negara yang dikuasai Negeri Komunis Cina* saat ini.
*5. Kepada para Ulama, Kyai, Ustadz, kepala Sekolah, Guru, Wali Santri, Wali Murid dan Masyarakat dari Sabang hingga Merauke harus bersikap tegas, berani, bersatu dan kompak menolak Program Vaksinasi.* Ingat ! Masyarakat Aceh dan Dunia seperti, Amerika dan Eropa menolak dengan tegas program Vaksinasi. Saat ini di Indonesia, Vaksinasi telah dijadikan arena bisnis dan politis oleh para penghianat Bangsa, terutama kelompok *Pengusaha Oligarki (Para Cukong Taipan).*
*6. Para ketua RT, RW, Lurah, Camat, Bupati dan Gubernur di seluruh Wilayah Indonesia harus memberhentikan program Vaksinasi terhadap warganya*. Sebab, Vaksinasi mengandung unsur Genocide (pembunuhan masal).
*7. Departemen Kesehatan, Menteri Kesehatan, para dokter, para tenaga medis dan petugas VAKSINASI* *harus bertanggung jawab di dunia dan akhirat*. Sebab, mereka pelaku utama *Genocide (pembunuhan masal)*.
Ingat Firman Allah swt : _``Barang siapa yang membunuh seseorang tanpa kesalahan, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya``._ (QS Al-Maidah 5 : 32).
*Mantan Menteri Kesehatan, Siti Fadhilah Supari telah mengingatkan Panglima, Intelijen dan Menhan agar siap menghadapi Perang Biologi*.
Bagi Umat Islam, untuk menjaga dan menyelamatkan diri dari berbagai macam jenis Virus, cukup dengan mandi dan berwudhu sambil berdoa, _``Ya Allah, sekira ada penyakit (virus) yang menempel di salah satu anggota badan saya, hilangkankan ia melalui air wudhu dan air mandi ini``_.
Dan jangan lupa, kita mengkonsumsi makanan yang bergizi dan teratur.
*Ingat ! *Virus apapun jenisnya adalah mahluk dan milik Allah swt. Oleh karena itu, kita harus rajin bermunajat dan berdoa kepada-Nya. In syaa Allah, virus akan hilang dan lari dari kita*.
Demikianlah himbauan ini kami sampaikan kepada seluruh Rakyat Indonesia, kepada *Rezim Jokowi,* kepada Para *Anggota DPR RI dan kepada Petugas Vaksinasi, baik yang langsung maupun tidak langsung*.
*Semoga himbauan ini bermanfaat bagi kita semua.* _Aamiin_.
_Wassalamu'alaikum. Wr. Wb._
Jakarta, 1 Januari 2022.
Atas namaBangsa Indonesia,
*Muhammad* *Hisyam Asyiqin.*
*Setelah dibaca, silahkan dishare ke group dan personal lainnya dengan niat berdakwah karena Allah swt dan menyelamatkan saudara-saudara kita Se-bangsa dan Se-Tanah Air.*
*NKRI NEWS*_Selamatkan Bangsa Indonesia & NKRI._
*M. Hisyam Asyiqin*"
Setelah ditelusuri, klaim tentang vaksinasi merupakan program genosida dan menyebabkan mandul ternyata tidak benar alias hoaks. Faktanya, vaksin bukan program genosida dan tidak terbukti menyebabkan mandul.
Baca selengkapnya di tautan berikut ini.
Tentang Cek Fakta Liputan6.com
Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.
Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi patner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.
Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.
Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.
Advertisement