Cek Fakta: Tidak Benar Vaksin Covid-19 Bahayakan Kekebalan Tubuh

Cek Fakta Liputan6.com mendapati klaim vaksin Covid-19 membahayakan kekebalan tubuh

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 02 Feb 2022, 13:00 WIB
Diterbitkan 02 Feb 2022, 13:00 WIB
Cek Fakta Liputan6.com mendapati klaim vaksin Covid-19 membahayakan kekebalan tubuh
Cek Fakta Liputan6.com mendapati klaim vaksin Covid-19 membahayakan kekebalan tubuh

Liputan6.com, Jakarta- Cek Fakta Liputan6.com mendapati klaim vaksin Covid-19 membahayakan kekebalan tubuh. Informasi tersebut diunggah salah satu akun Facebook, pada 31 Januari 2022.

Unggahan vaksin Covid-19 membahayakan kekebalan tubuh tersebut berupa keterangan sebagai berikut:

"Dr. Ryan Cole menjelaskan bagaimana fucksin COVID membahayakan sistem kekebalan tubuh. Ahli patologi Dr. Ryan Cole menjelaskan bagaimana fucksin virus corona Wuhan (COVID-19) membahayakan sistem kekebalan tubuh.

CEO dan direktur medis Cole Diagnostics yang berbasis di Idaho mengatakan protein lonjakan SARS-CoV-2 yang digunakan dalam suntikan menyerang reseptor dalam sel manusia yang mengidentifikasi sel sehat dari sel penyebab penyakit.

● BACA LEBIH LANJUT : https://kanuragan.com/dr-ryan-cole-menjelaskan-bagaimana.../"

Selain itu, dalam unggahan tersebut terdapat tangkapan layar yang berisi tulisan sebagai berikut:

"Ahli patologi Dr. Ryan Cole menjelaskan bagaimana vaksin virus corona (COVID-19) Wuhan membahayakan sistem kekebalan tubuh . CEO dan direktur medis Cole Diagnostics yang berbasis di Idaho mengatakan protein lonjakan SARS-CoV-2 yang digunakan dalam suntikan menyerang reseptor dalam sel manusia yang mengidentifikasi sel sehat dari sel penyebab penyakit.

“Mereka masih menyuruh orang untuk"

Benarkah klaim vaksin Covid-19 membahayakan kekebalan tubuh? Simak penelusuran Cek Fakta Liputan6.com.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Penelusuran Fakta

Cek Fakta Liputan6.com mendapati klaim vaksin Covid-19 membahayakan kekebalan tubuh, dengan menghubungi Juru Bicara Vaksin Covid-19 Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid.

dr Nadia menyatakan klaim vaksin Covid-19 membahayakan kekebalan tubuh tidak benar.

"Itu hoaks ya," kata Nadia, saat berbincang dengan Liputan6.com.

Menurut Nadia, vaksin justru akan membuat kekebalan di dalam tubuh semakin kuat mengenali dan melawan penyakit. 

"Justru vaksin adalah pelatih sistim kekebalan tubuh kita sehingga kekebaaln tubuh kita mengenali penyakit dan akan lebih siyap," jelas Nadia.

Dalam artikel berjudul "Cek Fakta: Tidak Benar Pesan Berantai Berisi Grafik Kadar Antibodi usai Divaksin Covid-19" yang dimuat situs liputan6.com, Edukator dan Tim Penanganan Covid-19 dr. Muhamad Fajri Adda'i mengatakanm tidak ada orang yang setelah divaksin covid-19 misalnya antibodinya malah menjadi mendekati nol.

"Kalaupun ada itu hanya kasuistik saja seperti orang tersebut sistem imunnya gagal membentuk antibodi tetapi itu bukan konsep secara umum," ujar dr. Fajri saat dihubungi Liputan6.com.

Penelusuran dilanjutkan menggunakan Google Search dengan kata kunci 'Pathologist Dr. Ryan Cole explains how the Wuhan coronavirus (COVID-19) vaccine compromises the immune system'.

Penelusuran mengarah pada artikel berjudul "Idaho Doctor Makes Baseless Claims About Safety of COVID-19 Vaccines" yang dimuat situs factcheck.org, artikel situs tersebut mengulas pernyataan dr Ryan Cole tentang dampak bahaya vaksin pada imunitas tubuh.

Situs factcheck.org menyebutkan, pernyataan Cole tersebut menggunakan dasar makalah  diterbitkan dalam jurnal Nature Review Drug Discovery yang meninjau uji coba dan studi berbagai vaksin mRNA sebelumnya. Tapi dalam karya ilmiah itu tidak ada dasar yang mendukung pernyataan Cole.

Penulis utama makalah tersebut Norbert Pardi, yang juga sebagai asisten peneliti profesor kedokteran di University of Pennsylvania, menyatakan, “Tidak ada publikasi yang menunjukkan bahwa vaksin mRNA menyebabkan kanker atau penyakit autoimun.”

Perlu juga dicatat bahwa makalah ini ada sejak 2018, lebih awal dua tahun dari pandemi Covid-19, sehingga tidak menyertakan informasi apa pun secara khusus tentang vaksin Covid-19.

"Beberapa uji klinis telah dilakukan dengan vaksin mRNA dalam 10 tahun terakhir dan tidak satupun dari mereka menemukan bahwa vaksinasi mRNA menyebabkan penyakit autoimun. Lebih lanjut, kami tidak mengetahui adanya penelitian yang menunjukkan penyakit autoimun yang muncul beberapa bulan setelah vaksinasi seperti yang disarankan oleh Dr. Cole secara tidak akurat.”

Sederhananya, “tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa vaksin mRNA menyebabkan penyakit autoimun,” kata Pardi.

Demikian pula, Dr. Roger Shapiro, profesor imunologi dan penyakit menular di Harvard's T.H. Chan School of Public Health, mengatakan dia tidak mengetahui adanya penelitian yang akan mendukung klaim Cole bahwa vaksin tersebut bersifat karsinogenik.

“Tidak ada dalam ilmu vaksin mRNA yang menyarankan karsinogenisitas, dan mereka telah diuji pada manusia untuk penyakit lain sebelum COVID-19,” kata Shapiro. “mRNA cepat rusak di dalam tubuh, dan mungkin tidak bertahan cukup lama untuk bertindak sebagai karsinogen.”

“Mengenai autoimunitas,” katanya, “ini selalu menjadi perhatian dengan produk medis apa pun, tetapi hingga saat ini tidak ada bukti yang menunjukkannya, dan tampaknya tidak lebih mungkin dibandingkan dengan vaksin lain. mRNA dibuat sepanjang waktu di tubuh kita, dan pengirimannya dengan vaksin seharusnya tidak berbeda.”

Dean Winslow, seorang dokter penyakit menular di Stanford Health Care, sependapat dengan para ahli lain yang kami ajak bicara. Dalam sebuah wawancara telepon, dia mencirikan klaim Cole tentang kanker sebagai "penyebar ketakutan" dan berkata, "Tidak ada dasar ilmiah untuk itu."

“Kita berbicara tentang fragmen yang sangat kecil dari messenger RNA yang tidak bertahan lama sama sekali,” katanya, mencatat bahwa vaksin mRNA telah digunakan selama hampir enam bulan dan telah “sangat aman, sangat baik. -vaksin yang ditoleransi.”

Winslow menyadari bahwa beberapa orang khawatir bahwa mRNA dari vaksin mungkin bertahan di tubuh mereka dan entah bagaimana mengubah genetika mereka atau menyebabkan efek jangka panjang. Jadi dia menekankan bahwa vaksin memiliki fragmen kecil RNA, yang bertahan hanya sebentar dan membawa informasi tentang virus penyebab COVID-19.

 

Sumber:

https://www.factcheck.org/2021/04/scicheck-idaho-doctor-makes-baseless-claims-about-safety-of-covid-19-vaccines/

 


Kesimpulan

Cek Fakta Liputan6.com mendapati klaim vaksin Covid-19 membahayakan kekebalan tubuh tidak benar.

Vaksin justru akan membuat kekebalan di dalam tubuh semakin kuat mengenali dan melawan penyakit. Makalah yang dijadikan dasar klaim, tidak menyebutkan vaksin memimbulkan bahaya pada kekebalan tubuh.

 

Banner Cek Fakta: Salah
Banner Cek Fakta: Salah (Liputan6.com/Triyasni)

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi patner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya