Liputan6.com, Jakarta - Sejak kepopuleran ChatGPT meningkat drastis, teknologi artificial intelligence (AI) sering kali menjadi bahan perbincangan para pakar. Berbagai perusahaan teknologi pun berbondong-bondong menciptakan teknologi kecerdasan buatan tersebut.
Melihat perkembangan teknologi AI yang makin pesat, beberapa pakar teknologi memperingatkan adanya potensi bahaya dari teknologi AI tersebut di masa mendatang.
Baca Juga
Ya, AI alias kecerdasan buatan ternyata tidak hanya bisa berguna bagi kehidupan manusia. Melainkan juga bisa jadi ancaman tersendiri jika disalahgunakan.
Advertisement
Berikut pernyataan dari beberapa pakar yang memberi peringatan akan bahaya AI di masa mendatang.
1. Geoffrey Hinton
Dikenal sebagai “Bapak Kecerdasan Buatan”, Geoffrey Hinton, awal Mei lalu menyatakan mundur dari perusahaan raksasa teknologi, yakni Google setelah bekerja lebih dari satu dekade dan menjadi salah satu tokoh terkemuka di bidang AI.
Sebelum meninggalkan perusahaan Google, Geoffrey mengingatkan bahaya kecerdasan buatan atau AI. Dalam wawancaranya dengan CBS News di bulan Maret lalu, ia mengatakan bahwa AI bisa saja menghapus umat manusia dengan kecerdasannya, karena hal itu mungkin saja terjadi.
Geoffrey memprediksikan bahwa AI akan menjadi lebih cerdas daripada manusia dalam rentang 5-20 tahun mendatang. Ia mengaku masih menelitinya, sehingga pendapatnya tersebut mengenai AI dapat mengambil alih pekerjaan manusia bisa saja salah.
Geoffrey bahkan mengungkapkan dia menyesali pekerjaannya dan menyebut bahaya AI chatbots cukup menakutkan. Ia melakukan berbagai penelitian di bidang AI, khususnya terkait Neural Network dan Deep Learning yang menjadi landasan lahirnya teknologi AI semacam ChatGPT.
Neural Network dalam teknologi AI merupakan sistem yang mirip dengan otak manusia dalam belajar dan memproses informasi. Hal ini dapat memungkinkan teknologi AI dapat mempelajari berbagai pengalaman layaknya manusia yang kemudian dikenal sebagai Deep Learning.
Lebih lanjut, Geoffrey khawatir teknologi AI masa depan menimbulkan ancaman bagi umat manusia, karena mereka mempelajari perilaku tak terduga dari data yang dianalisis.
Advertisement
2. Elon Musk
Dilansir dari laman CNN, Elon Musk baru baru ini mengungkapkan pendapatnya akan potensi bahaya AI di masa mendatang, karena dapat mengakibatkan kehancuran peradaban. Menurut Elon, bahaya AI lebih besar dibanding desain pesawat yang salah urus atau pemeliharaan juga lebih bahaya dari produksi mobil yang buruk.
"AI memiliki potensi, betapapun kecil kemungkinannya tapi tidak sepele. AI memiliki potensi-potensi kehancuran peradaban," ungkap Elon.
Dikutip dari NYPost, Elon juga mengatakan ketergantungan pada AI dalam melakukan tugas-tugas manusia nampaknya terlihat sepele. Namun lambat laun akan menciptakan manusia yang bahkan lupa cara mengoperasikan mesin dan mengaktifkan AI sejak awal.
Elon mengataan ia mendukung peraturan pemerintah mengenai pembatasan AI meskipun dia sendiri mengakui bahwa diatur itu tidak menyenangkan. Namun karena ia menyadari bahwa ketika AI menjadi pemegang kendali kehidupan manusia, maka sudah sangat terlambat untuk menetapkan peraturan.
"Badan pengatur perlu memulai dengan kelompok yang awalnya mencari wawasan tentang AI, kemudian meminta pendapat dari industri, dan kemudian mengusulkan pembuatan aturan," ungkapnya.
3. Bill Gates
Sebagai pendiri perusahaan Microsoft, Bill Gates juga memperingatkan mengenai potensi bahaya AI.
Dilansir dari CNBC, kemunculan AI menurutnya akan mengubah masyarakat dengan cara-cara yang berpengaruh. Paling berbahayanya adalah ketika teknologi diterapkan dalam kondisi peperangan.
“Tempat yang menurut saya paling memprihatinkan adalah sistem senjata,” kata Gates.
Namun demikian, menurut Gates meskipun manusia memiliki keterampilan yang terbatas dalam mengolah data dalam jumlah besar, AI memiliki potensi yang besar untuk memberikan manfaat signifikan kepada masyarakat.
Kemampuan AI dalam mengorganisir dan menganalisis data dalam skala yang luas melebihi kemampuan manusia, sehingga memiliki potensi untuk memberikan kontribusi positif yang lebih besar.
Advertisement
Tentang Cek Fakta Liputan6.com
Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.
Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi partner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.
Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.
Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.