Liputan6.com, Jakarta - Dalam beberapa tahun terakhir, teknologi komunikasi digital dan media baru mengalami pertumbuhan yang signifikan. Kemajuan teknologi ini telah merevolusi cara kita berkomunikasi, belajar dan berkoordinasi, memberikan peluang yang belum pernah ada sebelumnya untuk berekspresi dan akses terhadap informasi.
Platform-platform ini memfasilitasi pengambilan informasi dengan mudah, membantu menjaga hubungan sosial, dan memungkinkan pembuatan dan berbagi konten.
Baca Juga
Masyarakat tidak hanya menjadi konsumen media namun juga dapat menjadi pencipta media, asalkan mereka memiliki keterampilan untuk berpartisipasi penuh dalam lanskap media modern ini.
Advertisement
Dalam masyarakat era digital ini, fokusnya adalah pada pembuatan dan verifikasi konten dan informasi. Banyak orang menghabiskan banyak waktu untuk mencari berita dan informasi secara online, dan platform digital meningkatkan dan mempengaruhi proses berbagi informasi, baik secara positif maupun negatif. Namun, apakah kita cukup pintar mengevaluasi informasi media.
Menurut Digital 2023 Global Statshot Report, bahwa 59,3% pengguna internet berusia 16 hingga 64 tahun menggunakan internet untuk mencari informasi. Jumlah pengguna internet global mencapai 5,18 miliar, setara dengan 64,6% populasi dunia. Dari jumlah tersebut, 59,9% merupakan pengguna aktif media sosial.
Integritas Informasi Platform Digital PBB
Integritas informasi pada platform digital yang diterbitkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada bulan Juni, menyoroti bahwa 75% kantor Program Pembangunan PBB di negara tersebut menyatakan keprihatinan mereka terhadap polusi informasi, berdasarkan survei yang dilakukan pada tahun 2021.
Sebuah studi yang menganalisis tanggapan survei dari individu di 142 negara menemukan bahwa 58,5% pengguna internet dan media sosial di seluruh dunia mengkhawatirkan misinformasi online. Kaum muda dan kelompok berpenghasilan rendah merasa sangat rentan terhadap situasi ini.
Menurut PBB, generasi muda adalah pendorong utama konektivitas global, karena 75% individu berusia 15 hingga 24 tahun akan memiliki akses Internet pada tahun 2022, dibandingkan dengan 65% populasi dunia. Situasi ini telah menciptakan peluang yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi mereka untuk terlibat dalam komunikasi, pendidikan dan interaksi sosial, sekaligus memberi mereka akses terhadap ide-ide baru dan sumber informasi yang lebih beragam.
Di seluruh dunia, setiap setengah detik seorang anak mengakses internet untuk pertama kalinya. Namun, meningkatnya kehadiran online ini menempatkan mereka pada risiko menghadapi ujaran kebencian dan kekerasan, yang dalam beberapa kasus dapat berdampak buruk pada kesehatan mental mereka.
Laporan Pemantauan Pendidikan Global terbaru dari UNESCO (Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa) menyoroti bahwa hanya sekitar setengah dari anak usia 15 tahun di OECD (Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi) yang dapat membedakan antara fakta dan opini.
Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk meningkatkan upaya untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis individu dari segala usia di lingkungan digital dan meningkatkan pemahaman mereka tentang algoritma yang mengatur bidang ini.
Advertisement
Pentingnya Kesadaran Literasi Digital
Menghadapi situasi ini, kita perlu membekali masyarakat dengan pengetahuan literasi digital. Secara khusus, guru memainkan peran penting dalam memastikan bahwa siswa memperoleh keterampilan yang diperlukan tidak hanya untuk mengevaluasi konten media secara kritis tetapi juga untuk membuat dan menyampaikan pesan-pesan yang dimediasi secara efektif dan bijaksana.
UNESCO mendefinisikan literasi digital sebagai kemampuan untuk menemukan, mengevaluasi dan menerapkan informasi penting secara etis dan kompeten; memahami peran penyedia informasi dan komunikasi; mengevaluasi secara kritis konten media; dan berinteraksi dengan sumber daya ini untuk ekspresi diri, pembelajaran seumur hidup, dan pembuatan konten kontemporer.
Hal ini melibatkan serangkaian keterampilan dan kemampuan yang diperlukan untuk menavigasi lanskap digital yang sangat luas, membuat keputusan yang tepat, dan terlibat dengan konten online secara bertanggung jawab.
Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah, platform digital, masyarakat sipil, sekolah, perpustakaan, akademisi, dan media harus bekerja sama.
Tentang Cek Fakta Liputan6.com
Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.
Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi partner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.
Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.
Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.
Â
Advertisement