Waspada Penipuan Deepfake di Pemilu 2024, Simak Tips Menghindarinya

Memungkinkan seseorang tampak melakukan atau membicarakan yang tidak pernah mereka lakukan atau bicarakan, Deepfake dikhawatirkan akan digunakan untuk memengaruhi opini publik di Pemilu 2024.

oleh Rida Rasidi diperbarui 11 Okt 2023, 07:00 WIB
Diterbitkan 11 Okt 2023, 07:00 WIB
ilustrasi hoaks
Gambar identifikasi hoaks maupun hate speech (sumber: Freepik)

Liputan6.com, Jakarta - Perkembangan kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) yang semakin pesat belakangan ini membuat semakin sulit membedakan mana yang asli dan palsu di dunia digital. Salah satu hasil perkembangan kecerdasan buatan adalah teknologi deepfake.

Deepfake merupakan sebuah teknologi yang membuat salinan gambar, video, dan suara yang meyakinkan. Penggunaan teknologi ini dapat membuat seseorang tampak melakukan atau membicarakan yang sebenarnya tidak pernah mereka lakukan atau bicarakan.

Mengacu pada definisi deepfake, teknologi ini bisa digunakan untuk membuat konten palsu atau hoaks.  

Di tengah berbagai aktivitas yang menyertai Pemilu 2024, kekhawatiran masyarakat terhadap konten palsu yang dibuat dengan teknologi deepfake ini semakin besar.

Mengutip laporan Kaspersky yang dilansir dari Antara, ada kekhawatiran bahwa deepfake akan digunakan untuk memengaruhi situasi dan opini publik menjelang Pemilu 2024.

"Ancaman digital berupa SMS, e-mail phising, video palsu, situs berbahaya harus diantisipasi pada musim pemilu di tahun depan. Penting juga bagi masyarakat untuk waspada terhadap konten berbahaya yang mungkin mereka temui secara online," ujar Kepala Urusan Pemerintahan dan Kebijakan Publik Kaspersky Wilayah Asia-Pasifik, Jepang, Timur Tengah, Turki dan Afrika, Genie Sugene Gan.

Selain itu, berdasarkan penelitian Kaspersky terungkap bahwa terdapat permintaan terhadap deepfake yang signifikan. Dalam beberapa kasus, mereka mengungkapkan, terdapat kemungkinan permintaan tersebut dari individu terhadap target tertentu, seperti selebriti atau tokoh politik.

Video deepfake sendiri memiliki harga yang berkisar antara 300 hingga 20 ribu dolar AS (sekitar Rp.4,7 juta hingga Rp.313 juta) per menitnya.

Perusahaan keamanan siber itu melakukan analisis terhadap darkweb menggunakan layanan Kaspersky Digital Footprint Intelligence yang ditambah dengan pengetahuan dan wawasan para ahli terkait teknik dan motif para pelaku kejahatan siber.

Hasilnya, Gan mengatakan, para pelaku kejahatan siber melakukan penipuan finansial, manipulasi politik, balas dendam, disinformasi, hingga pelecehan dengan menggunakan teknologi terkini.

"Karena itu, kami imbau seluruh pemangku kepentingan harus bekerja sama dalam membangun kesadaran dan kewaspadaan terhadap teknologi deepfake serta kemungkinan eksploitasinya," ujar Gan.

Tips Menghindari Penipuan Deepfake

Kaspersky membagikan tips agar terhindar dari bahaya penipuan berbasis teknologi deepfake. Pertama adalah dengan memastikan individu dan keluarga mengetahui cara kerja deepfake dan bahaya yang dapat ditimbulkannya.

Edukasi diri sendiri dan keluarga sangat penting untuk mengetahui cara mengidentifikasi penggunaan deepfake. Selain itu, selalu gunakan sumber berita yang berkualitas agar penyebaran deepfake dapat dicegah. Sama sekali tidak tahu informasi menjadi faktor penting yang mendorong penyebaran deepfake.

Kaspersky juga mendorong protokol dasar, seperti trust but verify (percaya tetapi tetap verifikasi). Sikap skeptis membantu dalam menghindari penipuan berbasis teknologi ini.

Jika deepfake mulai digunakan oleh peretas dalam upaya mereka membobol jaringan pribadi dan organisasi, Praktik Dasar Keamanan Siber akan memainkan peran penting dalam meminimalkan risiko.

Praktik Dasar Keamanan Siber mencakup melakukan backup rutin untuk melindungi data dan membantu memulihkan data yang rusak ataupun hilang. Selain itu, penggunaan kata sandi yang kuat dan berbeda di setiap akun juga dapat mengurangi banyaknya jaringan atau layanan yang disusupi oleh hacker.

Praktik dasar tersebut juga dapat digunakan untuk melindungi jaringan rumah, laptop, dan smartphone dari ancaman kejahatan siber (cybercrime).

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi partner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya