Tanah Lot, Pesona Bali yang Tak Pernah Mati

Akhirnya saya pun sampai di Tanah Lot. Begitu masuk ke area parkir

oleh Liputan6 diperbarui 25 Jun 2014, 09:16 WIB
Diterbitkan 25 Jun 2014, 09:16 WIB
Tanah Lot, Pesona Bali yang Tak Pernah Mati
Akhirnya saya pun sampai di Tanah Lot. Begitu masuk ke area parkir

Citizen6, Jakarta Siapa yang tak mengenal Tanah Lot yang ada di bali? Sebagian besar dari anda malah pernah berkunjung ke tempat ini. Tanah Lot  berada di desa Beraban, kecamatan Kediri atau 13 km sebelah barat Tabanan. Untuk mencapai tempat ini, anda dapat menempuh perjalanan sepanjang 25 km dari pusat kota Denpasar.

Di Tanah Lot ini terdapat Pura yang terletak di atas tebing. Saya menjadi penasaran ingin sekali mengunjungi tempat ibadah yang letaknya begitu unik ini.
 
Kebetulan, saya berkesempatan berkunjung ke Bali. Saya sudah membuat beberapa daftar tujuan wisata dan tidak lupa mengagendakan Tanah Lot sebagai tujuan utama.  Sepanjang perjalanan, saya tidak henti-hentinya membayangkan keindahan yang akan saya temui.

Pak Ketut, tour guide saya menjelaskan sedikit sejarah tentang pura di Tanah Lot. Ia mengatakan, pura Tanah lot ini didirikan oleh Dang Hyang Nirartha atau Mpu Bawu Rawuh pada abat ke XV Masehi. Pak Ketut juga tidak lupa menyampaikan pada saya jika Tanah Lot itu adalah tempat suci.

Jadi kita harus berpakaian sopan dan dilarang untuk berbicara kotor maupun berbuat tidak senonoh. Lalu, pak Ketut juga memberi tahu saya, bahwa di Tanah Lot juga terdapat  goa ditengah laut yang terdapat mata air yang dapat diminum dan ular suci. Makin penasaran saya rasanya.
 
Akhirnya saya pun sampai di Tanah Lot. Begitu masuk ke area parkir, banyak sekali took-toko yang menjual souvenir khas Bali. Harga yang tawarkan pun bervariasi mulai dari sekitar Rp 10.000,-. Saya pun memutuskan untuk melihat-lihat souvenir terlebih dahulu. Setelah puas berbelanja souvenir, saya pun mulai berjalan masuk kaearah laut Tanah Lot.

Sayangnya, laut di Tanah Lot sore itu cukup tinggi, sehingga saya tidak dapat jalan ketengah laut untuk mendatangi goa yang berisikan mata air dan ular suci itu. Saya merasa agak kecewa, namun pak Ketut mengajak saya untuk melihat pura yang sejak tadi ia ceritakan pada saya. Saya pun langsung bersemangat kembali.
 
Kami pun berjalan ke arah pura, namun banyaknya pengunjung yang memadati areal pura membuat saya mengurungkan niat saya untuk masuk ke dalam. Akhirnya saya memutuskan untuk menikmati sunset dari atas tebing. Ketika saya melihat sekeliling saya, ternyata saya juga dapat melihat pura tersebut.

Ketika sedang asyik memotret, matahari pun sudah berangsur turun. Matahari seolah hilang, tenggelam di horizon. Tidak hanya berfokus ke pantai saja, tetapi mata saya juga berfokus kepada keindahan pura itu. Betapa bahagianya saya ketika saya mendapati pura tersebut kini telah berhiaskan sunset yang menambah keindahan pura tersebut. Walau hanya dapat menikmati kendahan ini dari jauh, ini sudah cukup untuk mengobati kekecewaan yang tadi melanda. Pengalaman ini tak akan pernah saya lupakan.
 
Untuk anda yang ingin merasakan sensasi sunset yang berbeda, saya sangat merekomendasikan tempat ini. Tempat ini juga dapat anda nikmati bersama keluarga maupun bersama kerabat terdekat.

Pengirim:

Twinne Virginia

Disclaimer:

Citizen6 adalah media publik untuk warga. Artikel di Citizen6 merupakan opini pribadi dan tidak boleh menyinggung SARA. Isi artikel menjadi tanggung jawab si penulisnya.

Anda juga bisa mengirimkan link postingan terbaru blog Anda atau artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas, kesehatan, keuangan, wisata, kuliner, gaya hidup, sosial media, dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com

Mulai Senin, 23 Juni sampai 29 Juni Citizen6 mengadakan program menulis bertopik ke-14 dengan topik "Persiapan Menjelang Puasa Ramadan". Info selengkapnya bisa dilihat di sini

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya