Liputan6.com, Shanghai - Seorang mahasiswi universitas di Shanghai menjual 20 sel telurnya di pasar gelap seharga US$ 41.000 atau sekitar Rp 550 juta. Praktik tersebut terkuak setelah sebuah stasiun televisi lokal melakukan investigasi.
Baca Juga
Advertisement
Wartawan dari Shanghai Televisi menyamar sebagai pendonor sel telur dan bertemu broker di pasar gelap. Dalam tayangan yang diambil lewat kamera tersembunyi, sebanyak setengah lusin wanita lain menunggu giliran untuk diwawancarai di sebuah gedung perkantoran.
Ketika tiba gilirannya, sang perantara pun memberikan beberapa pertanyaan terkait nilai yang ia peroleh di ujian masuk perguruan tinggi, serta riwayat kesehatannya. Data-data tersebut nantinya digunakan untuk menegosiasikan tawaran tertinggi untuk sel telur yang mereka jual.
Dalam penyaramannya, wartawan itu sempat berbincang-bincang dengan seorang wanita yang telah menjual 20 sel telurnya.
"Saya tidak memikirkan risikonya. Saya datang ke sini bersama gadis lain yang telah melakukannya untuk kedua kali," aku dia seperti mengutip dari South China Morning Post.
Tak hanya itu, wanita itu juga mengaku dibayar Rp 550 juta untuk sel telur-sel telurnya. Ia lalu menggunakan sebagian uangnya untuk membeli iPhone plus 7.
Prosedur pemanenan sel telur itu sendiri cukup berbahaya karena dilakukan di sebuah gedung perkantoran dan bukannya di rumah sakit. Namung sang broker berkilah dengan mengatakan tenaga medis dan ahli bedah mereka berasal dari rumah sakit papan atas.
Walau demikian, seorang pakar kesehatan medis mengatakan proses tersebut dapat mengancam jiwa. Panen sel telur dalam kondisi yang tidak teratur hanya memperbesar risiko sindom hiperstimulasi ovarium.
**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6