3 Kata kerja Operasional Kurikulum 2013, Lengkap dengan Contohnya

Kata ini akan sangat berguna untuk melaksanakan tugas-tugas sekolah, skripsi ataupun tesis.

oleh Liputan6.com diperbarui 18 Jan 2019, 22:04 WIB
Diterbitkan 18 Jan 2019, 22:04 WIB
Kata kerja Operasional
Kata kerja Operasional (Sumber: Pexels)

Liputan6.com, Jakarta Banyak dari tenaga pendidik tidak hafal dengan kata kerja operasional yang sering digunakan dalam Indikator, baik Kognitif, Afektif maupun pasikomotor. Mungkin dari sebagain orang tidak paham apa itu kata kerja operasional. Kata kerja operasional ini akan sangat berguna bagi yang akan melaksanakan tugas-tugas sekolah, skripsi ataupun tesis.

Dilansir Liputan6.com dari enggar.net, komponen penting dalam silabus maupun RPP adalah indikator pencapaian kompetensi. Komponen ini penting karena menjadi dasar untuk menyusun indikator penilaian.

Indikator penilaian perlu dirumuskan untuk dijadikan dasar pedoman penilaian bagi guru, peserta didik, maupun pengawas di sekolah. Setiap penilaian yang dilakukan melalui tes dan non tes harus sesuai dengan indkator penilaian. Indikator penilaian ini menggunakan kata kerja lebih terukur dibandingkan dengan indikator pencapaian kompetensi. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi.

Tujuan pendidikan

Kata kerja Operasional
Kata kerja Operasional (Sumber: Pexels)

Kata Kerja Operasional untuk pengembangan Indikator Silabus dan RPP berdasarkan taksonomi Bloom dibagi dalam beberapa pencapaian kompetensi dasar, yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Taksonomi Bloom pertama kali disusun oleh Benjamin S. Bloom pada tahun 1956. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain dan setiap domain tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian yang lebih rinci berdasarkan hirarkinya.

Tujuan pendidikan dibagi ke dalam tiga domain, yaitu: Cognitive Domain, Affective Domain, dan Psychomotor Domain.

Cognitive Domain

Cognitive Domain (Ranah Kognitif), berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir.

Koginitif adalah penilaian yang didasarkan pada perilaku (behavior) siswa yang diharapkan muncul setelah melakukan serangkaian kegiatan untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Perilaku ini sejalan dengan keterampilan proses sains, tetapi yang karakteristiknya untuk mengembangkan kemampuan berfikir siswa.

Indikator kognitif produk berkaitan dengan perilaku siswa yang diharapkan tumbuh untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. Ada dua prefensi kognitif: Dorongan dari luar (motif ekstrinsik) yang mengakibatkan siswa menggarap belajar hanya sebagai alat pencegah ketidakstabilan atau ketidaknaikkan.

Aspirasi yang dimilikinya bukan ingin menguasai materi secara mendalam tetapi hanya sekedar lulus atau naik kelas semata. Dorongan dari dalam (motif Intrinsik), dalam arti siswa tertarik dan membutuhkan materi-materi yang disajikan gurunya. Contoh kata kerja operasional kognitif:

Pengetahuan (Cl): Mengutip, Menyebutkan, Menjelaskan, Menggambar, Membilang, Mengidentiflkasi, Mendaftar, Menunjukkan, Memberi label, Memberi indek, Memasangkan, Menamai, Menandai, Membaca, Menyadap, Menghafal, Menim, Mencatat, Mengulang, Mereproduksi, Meninjau, Memilih, Menyatakan, Mempelajari, Mentabulasi, Memberi kode, Menelusuri, Menulis.

Pemahaman (C2): Memperkirakan, Menjelaskan, Mengkategorikan,Mencirikan, Merinci, Mengasosiasikan, Membandingkan, Menghitung, Mengkontrasikan, Mengubah, Mempertahankan, Menguraikan, Menjalin, Membedakan, Mendiskusikan, Menggali, Mencontohkan, Menerangkan, Mengemukakan, Mempolakan, Memperluas, Menyimpulkan, Meramalkan, Merangkum, Menjabarkan.

Penerapan (C3): MenugaskanMengurutkan, Menentukan, Menerapkan, Menyesuaikan, Mengkalkulasi, Memodifikasi, Mengklasifikasi, Menghitung, Membangun, Mengurutkan, Membiasakan, Mencegah, Menentukan, Menggambarkan, Menggunakan, Menilai, Melatih, Menggali, Mengemukakan, Mengadaptasi, Menyelidiki, Mengoperasikan, Mempersoalkan, Mengkonsepkan.

Analisis (C4): Menganalisis, Mengaudit, Memecahkan, Menegaskan, Mendeteksi, Mendiagnosis, Menyeleksi, Memerinci, Menominasikan, Mendiagramkan,Mengkorelasikan, Merasionalkan, Menguji, Mencerahkan, Menjelajah, Membagankan, Menyimpulkan, Menemukan, Menelaah.

Affective Domain

Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri.Indikator afektif merupakan sikap yang diharapkan saat dan setelah siswa melakukan serangkaian kegiatan pembelajaran. Indicator afektif disusun dengan menggunakan kata kerja operasional dengan objek sikap ilmiah. Beberapa contoh sikap ilmiah adalah: berlaku jujur, peduli, tanggungjawab, dll.

Selain itu, indikator Afektif juga perlu memunculkan keterampilan sosial misalnya: bertanya, menyumbang ide atau berpendapat, menjadi pendengar yang baik, berkomunikasi dll. Keberhasilan pengembangan kognitif tidak hanya membuahkan kecakapan kognitif akan tetapi membuahkan kecakapan afektif.

Pemahaman yang mendalam terhadap arti penting materi serta preferensi. Kognitif mementingkan aplikasi prinsip atau meningkatkan kecakapan afektif para siswa. Peningkatan-peningkatan afektif ini antara lain, berupa kesadaran beragama yang mantap.

Contoh kata kerja operasional afektif:

Menerima (Al): Memilih, Mempertanyakan, Mengikuti, Memberi, Menganut, Mematuhi, Meminati.

Menanggapi (A2): Menjawab, Mem bantu, Mengajukan, Mengkompromikan, Menyenangi, Menyambut, Mendukung, Mendukung, Menyetujui, Menampilkan, Melaporkan, Memilih, Mengatakan, Memilah, Menolak.

Menilai (A3): Mengasumsikan, Meyakini, Melengkapi, Meyakinkan, Memperjelas, Memprakarsai, Mengimani, Mengundang, Menggabungkan, Memperjelas, Mengusulkan, Menekankan, Menyumbang.

Mengelola (A4): Menganut, Mengubah, Menata, Mengklasifikasikan, Mengkombinasikan, Mempertahankan, Membangun, Membentuk pendapat, Memadukan,Mengelola, Menegosiasi, Merembuk.

Psychomotor Domain

Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin.

Indikator psikomotorik merupakan perilaku (behavior) siswa yang diharapkan tampak setelah siswa mengikuti pembelajaran untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. Keberhasilan pengembangan kognitif berdampak positif pada perkembangan psikomotor.

Kecakapan psikomotor adalah segala amal jasmaniah yang konkrit dan mudah diamati baik kuantitasnya maupun kualitasnya. Kecakapan psikomotor merupakan manifestasi wawasan pengetahuan dan kesadaran serta sikap mentalnya.

Tujuan domain psikomotor

Menurut Davc (1970) klasifikasi tujuan domain psikomotor terbagi lima kategori yaitu:

1. Peniruan: Terjadi ketika siswa mengamati suatu gerakan. Mulai memberi respons serupa dengan yang diamati. Mengurangi koordinasi dan kontrol otot-otot saraf. Peniruan ini pada umumnya dalam bentuk global dan tidak sempurna.

2. Manipulasi: Menekankan perkembangan kemampuan mengikuti pengarahan, penampilan, gerakan-gerakan pilihan yang menetapkan suatu penampilan melalui latihan. Pada tingkat ini siswa menampilkan sesuatu menurut petunjuk-petunjuk tidak hanya meniru tingkah laku saja.

3. Ketetapan: Memerlukan kecermatan, proporsi dan kepastian yang lebih tinggi dalam penampilan. Respon-respon lebih terkoreksi dan kesalahan-kesalahan dibatasi sampai pada tingkat minimum.

4. Artikulasi: Menekankan koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan membuat urutan yang tepat dan mencapai yang diharapkan atau konsistensi internal di natara gerakan-gerakan yang berbeda.

5. Pengalamiahan: Menurut tingkah laku yang ditampilkan dengan paling sedikit mengeluarkan energi fisik maupun psikis. Gerakannya dilakukan secara rutin. Pengalamiahan merupakan tingkat kemampuan tertinggi dalam domain psikomotorik.

 

Reporter: Heri Setiawan

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya