Liputan6.com, Jakarta - Berusia 42 tahun, Teater Koma akan menggelar pentas produksi ke-158 dengan judul Goro-Goro: Mahabarata 2 "Panakawan adalah Kawan". Teater ini akan dipentaskan 25 Juli-4 Agustus 2019.
Baca Juga
Advertisement
Persiapan telah mereka lakukan selama 3,5 bulan dan 15 kali latihan di Graha Bhakti Budaya. Naskah yang berasal dari novel ini pun telah Nano Riartiano siapkan sejak 2016.
Dua adegan dari Goro-Goro: Mahabarata 2 ditampilkan saat jumpa pers Rabu (17/7) di Universitas Tarumanegara Kampus III, Jakarta. Jumpa pers itu dihadiri beberapa kru dan pemain termasuk Sutradara Nano Riantiarno, produser, Ratna Riantiarno, dan pemain Slamet Rahardjo.
Saat itu, Teater Koma pun memaparkan beberapa hal mengenai pementasannya. Berikut beberapa bocoran soal pementasan ini.
Tentang padi
Salah satu cerita penting yang diangkat dalam teater ini memang mengenai padi. Diceritakan, Dewi Lokawati berubah menjadi padi. Padi ini pun merupakan hal yang diperebutkan kerajaan dalam cerita itu.
Sutradara dan penulis naskah, Nano Riatno (70) memaparkan, "Angkatan perang, angkatan bersenjata kalau dia tidak makan padi atau gandum, lemah. Itu intinya itu, jadi cerita itu seperti itu." Inspirasi ini pun hadir dari pengalamannya di Ciptagelar, Banten.
Totalitas ditunjukkan dari persoalan padi ini. Tak tanggung-tanggung padi asli digunakan dalam pentas ini. "Agak ribetnya memang keinginan Pak Sutradara yang kadang-kadang membuat saya aduh gimana nih, membuat padi, padinya kudu real," penata busana, Rima Ananda.
Saat jumpa pers, memang terlihat properti padi dan busana untuk memvisualkan Dewi Lokawati yang menjadi padi.
Kostum dan properti ini pun tak murah. "Saya coba juga, bagaimana kalau menggunakan artifisial padi. Saya cari setengah mati, ada perbatangnya 24 ribu dan saya membutuhkan ratusan padi batangan," tutur Rima saat jumpa pers Rabu (17/7).
Advertisement
Adegan flashback dan special effect
Berbeda dengan film, tak mudah menghadirkan adegan flashback atau kilas balik dalam panggung teater. Dalam teater Goro-Goro: Mahabarata 2, adegan flashback akan muncul dua kali.
Untuk menunjang adegan ini, "special effect" pun tim produksi siapkan. "Animasi dan lampu itu menjadi sesuatu yg sangat penting," kata sutradara sekaligus penulis naskah Nano Riatiarno.
Animasi dan multimedia memang akan digunakan untuk menunjang suasana dan visual panggung.
Live Music
Musik latar telah terdengar saat jumpa pers Rabu (17/7) di Universitas Tarumanegara Kampus III, Jakarta. Namun, saat pementasan nanti, live music akan disuguhkan.
Ada sepuluh musisi yang akan mengiringi pementasan secara langsung dengan lebih dari 21 lagu. Lagu dasar dalam pentas ini menggunakan Jawa, Bali, dan Kalimantan. Tapi ada pula musik lain "Bahkan akan ada rock, blues, dan lain-lain," jelas penata musik, Fero A. Stefanus.
Pentas ini pun menggunakan banyak alat musik termasuk gamelan, angkulng, dogdog, dan obo. Obo merupakan alat musik bambu dari Barat, tapi dinilai cocok dengan Indonesia.
Selain itu, rengkong dari Ciptagelar pun akan menghadirkan suasana mistik pementasan ini.
Advertisement
Orang yang terlibat
Pementasan ini akan melibatkan banyak pihak. Sekitar 46 orang pemain akan tampil di atas panggung. Ada 10 pemusik. Belum kru lainnya yang menurut Ratna Riantiarno sekitar 100 orang.
Pentas ini akan digelar di Graha Bhakti Budaya Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Menurut Produser Ratna Riantiarno, gedung ini berkapasitas sekitar 780 orang dan akan diselenggarakan sebelas hari.
Tiket pertunjukan berdurasi sekitar 3 jam itu telah dijual dengan harga mulai RP60 ribu hingga Rp500 ribu. Pembelian tiket dapat dilihat melalui website teater koma.
Penulis:
Santi Muhrianti
Universitas Padjadjaran
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini: