Kisah Klasik untuk Milenial, Teater Koma Akan Pentaskan Goro-Goro: Mahabarata 2

Goro-Goro: Mahabarata 2 "Panakawan adalah Kawan" ini akan dikemas secara modern.

oleh Liputan6dotcom diperbarui 17 Jul 2019, 19:00 WIB
Diterbitkan 17 Jul 2019, 19:00 WIB
Kisah Klasik untuk Milenial, Teater Koma Akan Pentaskan Goro-Goro: Mahabarata 2
Teater Koma mementaskan dua adegan Goro-Goro: Mahabarata 2 saat jumpa pers Rabu (17/7). Teater Koma akan mementaskannya 25 Juli-4 Agustus 2019 di Graha Bhakti Budaya Taman Ismail Marzuki. (Foto: Santi Muhrianti)

Liputan6.com, Jakarta - Teater Koma akan kembali menggelar pentas Mahabarata setelah sebelumnya menggelar Mahabarata: Asmara Raja Dewa pada November 2018.

Meski kisah klasik, pentas berjudul Goro-Goro: Mahabarata 2 "Panakawan adalah Kawan" ini akan dikemas secara modern. Kostum dan animasi dalam pentas tersebut terdiri dari beberapa unsur yang menunjukkan modernitas ini.

"Jadi modernitas itu menjadi alat," kata Nano Riantiarno, sutradara dan penulis naskah saat ditemui di Universitas Tarumanegara, Jakarta, Rabu (17/7/2019).

Pentas yang akan digelar di Graha Bhakti Budaya Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta, pada 25 Juli-4 Agustus 2019 ini sangat cocok untuk milenial.

"Sangat erat kaitannya dengan milenial. Saya berikan ini untuk masyarakat milenial. Orang bisa melihat bagaimana orang jadi raja, tidak jadi raja," tuturnya ketika jumpa pers di Universitas Tarumanegara Kampus III.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Pesan untuk Milenial

Kisah Klasik untuk Milenial, Teater Koma Akan Pentaskan Goro-Goro: Mahabarata 2
Teater Koma mementaskan dua adegan Goro-Goro: Mahabarata 2 saat jumpa pers Rabu (17/7). Teater Koma akan mementaskannya 25 Juli-4 Agustus 2019 di Graha Bhakti Budaya Taman Ismail Marzuki. (Foto: Santi Muhrianti)

Teater ini akan bercerita Semar dan Tagog yang ditugaskan turun ke marcapada (bumi/Planet Jawa). Semar menjadi panakawan raja-raja bijaksana, sedangkan Tagog mengabdi pada raja jahat.

Suatu ketika, Batara Guru mengutuk Dewi Lokawati menjadi tanaman padi, dan padi itu dianugerahkan kepada kerajaan Medangkamulyan. Medangkamulyan panen padi melimpah-ruah, Sonyantaka malah diserang paceklik, maka rencana merampok Medangkamulyan pun muncul.

Kisah itu selain soal raja, juga akan bercerita soal pentingnya padi. Hal itu pun tentu sangat relevan dengan keadaan sekarang. Pesan yang tersirat pun akan tersampaikan untuk milenial.


Desain Kostum yang Modern

Kisah Klasik untuk Milenial, Teater Koma Akan Pentaskan Goro-Goro: Mahabarata 2
Teater Koma mementaskan dua adegan Goro-Goro: Mahabarata 2 saat jumpa pers Rabu (17/7). Teater Koma akan mementaskannya 25 Juli-4 Agustus 2019 di Graha Bhakti Budaya Taman Ismail Marzuki. (Foto: Santi Muhrianti)

Tema yang diangkat bisa jadi pembelajaran kaum milenial. Selain itu, modernitas juga terlihat dari kostum yang akan dikenakan. "Desain kostumnya kan modern, tidak seperti wayang-wayang jaman dulu," lanjut Nano.

Animasi dan special effect pun akan mewarnai pentas ini. Animasi dan multimedia ini akan ditangani Deden.

Menurut penata artistik, Idries, animasi akan digunakan untuk menggambarkan latar. Ornamen lainnya pun didesain lebih modern, cocok untuk milenial.


Pentas yang Aktual

Kisah Klasik untuk Milenial, Teater Koma Akan Pentaskan Goro-Goro: Mahabarata 2
Slamet Rahardjo (kiri) dan Nano Riantiarno (kanan) saat jumpa pers Rabu (17/7). Jumpa pers itu dalam rangka pementasan Goro-Goro: Mahabarata 2 oleh Teater Koma yang akan digelar 25 Juli-4 Agustus 2019 di Graha Bhakti Budaya Taman Ismail Marzuki. (Foto: Santi Muhrianti)

Meski kisah klasik, pentas Goro-Goro: Mahabarata yang akan dipentaskan Teater Koma akan tetap aktual. Slamet Rahardjo, aktor kawakan yang juga akan memerankan Batara Guru pun memandang demikian.

"Tanpa terasa, Nano membawa kita bahwa teknologi itu hanya alat bagi manusia. Mahabarata adalah wayang, wayang adalah manusia," kata Slamet.

Hal ini berkaitan dengan pesan yang dibawakan dalam pentas ini. "Apakah ada perbedaan antara Mahabarata dengan 4.0? No. It's the beginning," tutur Slamet Rahardjo saat jumpa pers, Rabu (17/7/2019).

Aktor kawakan ini pun mengambil pesan dari pementasan ini, "Jadilah pengendali teknologi, jangan jadi korban." Namun, selain teknologi, soal politik pun dikabarkan akan tersirat dalam teater ini.

Penulis:

Santi Muhrianti

Universitas Padjadjaran

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya