Liputan6.com, Jakarta - Panel surya merupakan salah satu inovasi energi terbarukan yang dapat menghasilkan listrik dari cahaya matahari. Energi terbarukan digunakan untuk menghasilkan energi yang ramah lingkungan sehingga mengurangi eksploitasi bahan bumi seperti bahan bakar fosil.
Advertisement
Baca Juga
Advertisement
Penelitian terbaru telah menciptakan energi terbarukan terbaru yang mirip dengan panel surya. Bedanya alat ini disebut sebagai panel surya terbalik. Karena panel ini tidak menghasilkan energi dari terangnya matahari, melainkan dari kegelapan.
Radiative Cooling
Radiative cooling atau pendinginan radiasi merupakan metode yang dilakukan para peneliti untuk menghasilkan listrik. Peralatan seharga 30 dolar tersebut mampu menyalakan lampu LED.
"Jumlah daya yang datang dari matahari harus kira-kira sama dengan jumlah yang keluar dari Bumi sebagai radiasi termal, untuk menjaga Bumi pada suhu yang konstan," ujar Profesor Teknik Listrik Stanford, Shanhui Fan, seperti dilansir dari Gizmodo, Rabu (18/9/2019).
Advertisement
Akses Listrik di Malam Hari
Peneliti menyebut bahwa terdapat 1,3 miliar orang tidak memiliki akses listrik yang dapat diandalkan. Panel surya membantu orang-orang ini untuk mendapatkan daya listrik, namun mereka membutuhkan listrik pada malam hari. Sehingga peneliti mencari cara untuk membuat lisrik di malam hari tanpa harus menyimpan energi dari siang hari.
Energi dari Suhu
Panel surya dapat menghasilkan listrik dari matahari karena efek fotovoltaik. Efek tersebut adalah paparan cahaya pada bahan tertentu yang menghasilkan arus listrik. Sementara, energi terbarukan lainnya menggunakan proses termal atau suhu.
Dilansir dari Gizmodo, perbedaan suhu antara matahari yang lebih panas dan bumi yang lebih dingin dapat dikonversi menjadi energi yang dapat digunakan. Sistem pada alat ini merupakan proses alternatif yang membuat bumi sebagai sumber panas.
Advertisement
Proses Pembentukan Daya
Alat berbentuk piringan aluminium 20 sentimeter yang dicat hitam ini dihubungkan ke generator termoelektrik. Panas dari bumi mengalir ke udara, kemudian dari udara sampai ke generator termoelektrik lalu ke piringan aluminium.
Kemudian piringan aluminium tersebut memancarkan panas ke atas. Di California, tempat alat ini dites, listrik sebesar 25 miliwatt per meter persegi dari piringan itu cukup untuk menyalakan satu lampu LED kecil. Sementara pada siang hari, alat ini juga dapat menyerap panas dari radiasi matahari.
Menurut Asisten Profesor Ilmu dan Teknik Material di University of California, Aaswath Raman, penemuan ini belum sebanding dengan energi matahari yang dapat menghasilkan energi 100 kali lebih banyak. Namun alat ini dinilai murah dan dapat beroperasi lebih lama daripada baterai, serta menyediakan cara untuk menghasilkan listrik tanpa energi surya.
Penulis:
Timothy Juliano
Unviersitas Multimedia Nusantara