Studi: 80 Persen Pasien COVID-19 Kekurangan Vitamin D

Sebuah studi di Spanyol mengungkapkan bahwa 80% pasien COVID-19 kekurangan vitamin D.

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 06 Nov 2020, 20:00 WIB
Diterbitkan 06 Nov 2020, 20:00 WIB
Gambar ilustrasi diperoleh pada 27 Februari 2020 dengan izin dari Food and Drug Administration AS menunjukkan Virus Corona COVID-19. (US Food and Drug Administration/AFP)
Gambar ilustrasi diperoleh pada 27 Februari 2020 dengan izin dari Food and Drug Administration AS menunjukkan Virus Corona COVID-19. (US Food and Drug Administration/AFP)

Liputan6.com, Jakarta Vitamin D sangat dibutuhkan setiap orang karena perannya yang penting dalam tubuh. Vitamin D dapat membantu mengaktifkan kalsium dan fosfat dalam tubuh sehingga bisa menjaga kesehatan tulang, gigi dan otot. Tak hanya itu, vitamin D bahkan sangat penting menjaga imun tubuh. 

Itu mengapa vitamin D memiliki peranan sangat penting untuk membentengi diri di tengah pandemi COVID-19 saat ini. Belum lama ini bahkan muncul sebuah studi yang menemukan lebih dari 80 persen pasien COVID-19 mengalami kekurangan vitamin D.

Penelitian yang diterbitkan di Journal of Clinical Endocrinolgy & Metabolism Endocrine Society mengacu pada 200 orang pasien COVID-19 yang dirawat di Rumah Sakit Universitario Marques de Valdecilla, Spanyol.

Dari 80 persen pasien COVID-19 yang kekurangan vitamin D tersebut didominasi oleh pria, sebut para peneliti. Vitamin D adalah hormon yang diproduksi oleh ginjal yang mengontrol konsentrasi kalsium darah dan memengaruhi sistem kekebalan tubuh.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Risiko Kekurangan Vitamin D

ilustrasi berjemur/pixabay
ilustrasi berjemur/pixabay

Kekurangan vitamin D telah dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan, meskipun penelitian masih terus dilakukan guna mengetahui mengapa hormon memengaruhi sistem tubuh lainnya.

Banyak penelitian menunjukkan efek menguntungkan vitamin D pada sistem kekebalan tubuh, terutama yang berkaitan terhadap perlindungan dari serangan infeksi.

Menurut salah seorang peneliti dari University of Cantabria di Santander, Spanyol, Jose L Hernandez PhD, salah satu pendekatannya dengan mengindentifikasi dan mengobati kekurangan vitamin D, terutama pada individu berisiko tinggi COVID-19 di antaranya orang tua, pasien dengan komorbid, dan penghuni panti jompol.

"Pengobatan vitamin D harus direkomendasikan pada pasien COVID-19 dengan kadar vitamin D rendah dalam darah karena pendekatan ini mungkin saja punya efek menguntungkan, baik pada muskuloskeletal dan sistem kekebalan tubuh," kata Jose dikutip dari situs Science Daily pada Kamis, 5 November 2020.

Lebih lanjut Jose mengatakan bahwa pasien COVID-19 dengan kadar vitamin D yang rendah juga berisiko mengalami peningkatan kadar penandan inflamasi serum, seperti ferritin dan D-dimer.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya