Liputan6.com, Jakarta - Masih banyak masyarakat yang belum menyadari bahwa kebiasaan membakar sampah di tempat terbuka merupakan salah satu penyebab dari polusi udara. Padahal, di tengah pandemi ini, kualitas udara yang baik sangat diperlukan untuk menjaga kesehatan pernapasan manusia.
Baca Juga
Advertisement
Prigi Arisandi, Direktur Ecological Observation & Wetland Conservation (Ecoton), sebuah Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah mengatakan, ada dua hal yang perlu didorong agar pembakaran sampah tidak lagi menjadi kebiasaan masyarakat, yaitu edukasi kepada masyarakat serta peran dari pemerintah dalam mengelola sampah.
“Yang pertama, bagaimana masyarakat harus mendapatkan edukasi melalui sekolah dan dunia pendidikan, bahwa membakar sampah mengeluarkan bahan-bahan kimia (yang berdampak buruk),” ujar Prigi dalam video yang diunggah akun Instagram Bicara Udara, diakses Senin (10/1/2022).
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Perlu upaya dan aksi nyata
Sedangkan yang kedua, lanjut Prigi, perlu adanya upaya dan aksi nyata dari pemerintah untuk menyediakan sarana pengelolaan sampah yang baik dan memadai. Sebab, menurutnya, saat ini regulasi pengelolaan sampah dari pemerintah masih belum optimal.
“Pemerintah selalu saja banyak membuat aturan tapi kurang baik dalam implementasi dan pengawasan,” ucapnya.
Advertisement
Masyarakat menghasilkan 8 juta ton sampah plastik
Lebih lanjut, Prigi menuturkan bahwa jika dilihat secara nasional, setiap tahun masyarakat menghasilkan 8 juta ton sampah plastik. Sementara hanya 3 juta ton yang dikelola oleh pemerintah.
“Artinya, ada 5 juta ton sampah yang terabaikan. 2,6 juta ton sampah dibuang ke sungai, sisanya 2,4 juta ton akan dibakar. Jadi, perilaku membakar sampah itu terjadi di mana-mana,” terangnya.
Masyarakat perlu ikut berperan
Oleh karena itu, Prigi mengatakan perlu peran dari masyarakat melalui berbagai macam komunitas yang secara mandiri dapat aktif untuk memberikan informasi dan edukasi mengenai lingkungan, khususnya tentang pengelolaan sampah.
“Memang untuk mewujudkan masyarakat yang berpartisipasi dan berkontribusi pada lingkungan dibutuhkan akses informasi. Dari tersedianya informasi ini, kami yakin lambat laun akan tercipta masyarakat yang kritis, mandiri, dan memperjuangkan lingkungan yang sehat dan bebas pencemaran,” pungkasnya.
Advertisement