Ini 4 Alasan Orang Suka Ngomongin Seseorang di Belakang

Gosip sebagai berbagi informasi yang nyata atau imajinasi (rumor) tanpa izin dan berpotensi merusak.

oleh stella maris diperbarui 27 Jan 2022, 19:01 WIB
Diterbitkan 27 Jan 2022, 19:01 WIB
Sindiran untuk Orang yang Suka Bergosip
Ilustrasi Menyindir Teman Credit: shutterstock.com

Liputan6.com, Jakarta Bergosip seolah menjadi bagian dari setiap budaya, nggak peduli seberapa banyak orang berusaha menghindarinya. Dimanapun akan selalu ada orang-orang yang senang membicarakan orang lain di belakang. 

Nggak bisa dipungkiri bahwa orang-orang bergosip karena mereka merasa jauh lebih mudah 'berurusan' dengan masalah orang lain, dibandingkan menghadapi diri sendiri. 

Namun mau nggak mau, suka nggak suka, kita pun harus menerima kenyataan bahwa diri sendiri sama sekali nggak bisa melakukan apapun untuk mengubah pendapat orang lain. Satu hal yang bisa dilakukan adalah membuat respon atau sikap  yang bijak atas tindakan orang lain terhadap kita. 

Dr Ned Hallowell, seorang psikiater anak dan dewasa bersertifikat, seperti dikutip laman Psychology mendefinisikan gosip sebagai berbagi informasi yang nyata atau imajinasi (rumor) tanpa izin dan berpotensi merusak. 

Dan biasanya, penggosip seperti dikutip laman Herways, lebih nyaman berbicara di belakang karena untuk mengutarakan secara langsung butuh keberanian. Juga muncul perasaan nggak enak ketika harus menanyakan hal yang berkaitan dengan orang tersebut. 

Lalu pertanyaannya sekarang, kira-kira apa sih yang membuat orang lain 'gemar' membicarakan orang lain di belakang? 

 

Keberhasilan

Beberapa orang secara nggak langsung cemburu karena melihat orang lain berhasil mencapai tujuannya. Itu alasan paling umum dan klasik mengapa orang lain berbicara dibelakangmu. 

Alih-laih menawarkan dukungan dan pujian, mereka justru memilih untuk berbicara di belakang. Jika mereka nggak bisa memiliki apa yang kamu miliki, maka mereka akan mengabaikan kesuksesanmu melalui kerja keras yang dilakukan. 

Maka dari itu, orang yang cemburu itu akhirnya memutuskan membicarakanmu di belakang, untuk  mengurangi nilai kesuksesan yang diraih, guna menurunkan 'derajatmu'. Hal ini banyak terjadi dalam lingkup pekerjaan, seperti di dunia perkantoran atau selebriti yang tiba-tiba melejit karena karyanya. 

 

Mereka Iri

Umumnya hal ini terjadi dalam lingkup pertemanan bahkan keluarga. Seseorang yang diyakini adalah orang baik selayaknya nggak menyakiti dengan menyebarkan desas-desus atau hal buruk yang pernah terjadi dalam hidupmu. 

Ketika seseorang atau kamu melakukan pekerjaan yang dinilai menyenangkan, menikmati hidup bahagia dan sukses, rasa isi menguasai mereka. Harus disadari juga bahwa orang terdekatmu juga manusia yang bisa menanam rasa iri. 

Dalam lingkup pertemanan, mungkin kamu meyakini bahwa mereka benar-benar bestie-mu yang nggak mungkin membicarakanmu di belakang. Agar nggak merasa terjebak dengan arti sebuah pertemanan, ada perbedaan yang mendasari. 

Teman yang baik adalah mereka yang berani mengungkapkan pendapat atau penilaian mereka bahkan hal terburuk sekalipun.

 

Orang Bergosip karena Menyesuaikan Diri

Banyak orang bergosip karena nilai lagi ngetren. Mereka mengatakan hal yang dinilai positif dan merasa tahu lebih banyak tentang informasi yang berkaitan dengan orang lain. 

Orang yang bergosip memiliki dorongan untuk melakukan hal yang sama di lingkungannya. Itu karena mereka merasa, bergosip menjadi satu-satunya cara menjalin ikatan dengan lain dalam bentuk hubungan yang lebih bermakna. Ya, orang bergosip karena mereka ingin menyesuaikan diri. 

Anak-anak di sekolah menengah misalnya, cenderung bergosip karena adanya 'tekanan' teman sebaya. Alhasil mereka bisa menjadi kasar satu sama lain. Sama halnya dengan orang dewasa yang tahu bahwa membicarakan orang lain di belakang adalah hal kurang baik, namun tetap memilih untuk melakukannya, demi membuat mereka dihargai orang lain. 

 

Kehidupan Sendiri Nggak Cukup Menarik

Beberapa orang bosan dengan kehidupannya, sehingga mereka memilih untuk menjadikan kehidupan orang lain sebagai 'prioritas' mereka. 

Berawal dari desas-desus kecil yang mereka dengar dari seorang kolega atau teman, kemudian diutarakan kembali ke orang lain dengan kalimat: jangan beritahu siapa-siapa ya, kalau aku yang mengatakan hal ini ke kamu! 

Yup, hal ini seolah-olah hanya dikatakan satu kali, padahal secara nggak sadar kalimat tersebut dibicarakan juga ke orang lain. Selain itu, hal lain yang harus sama-sama diketahui, mereka yang bergosip, kebanyakan sebenarnya nggak punya masalah pribadi dengan orang yang digosipkan. 

Menyebarkan rumor atau bahkan membicarakan orang lain menjadi sebuah kebiasaan yang menyenangkan, lantaran kehidupan yang dirasa membosankan. Masih dikutip di laman Herways, satu hal yang juga nggak disadari, gosip dapat berdampak buruk terhadap kesehatan emosional dan mental orang lain–subjek yang dibicarakan dan orang yang mendengar gosip itu sendiri. 

Bagi yang mendengar gosip, kebanyakan justru ikut menjauhi orang yang digosipkan. Nah, meski fakta tentang bergosip sering terjadi, namun bukan berarti hal tersebut sulit dihindari. 

Ada beberapa cara menghindari gosip demi menjaga kesehatan mental, misalnya mengganti topik saat gosip dimulai ke pembahasan yang lebih positif. Bisa juga dengan menjaga pikiran positif karena nggak semua gosip yang diceritakan tentang keburukan orang lain. 

Oh ya, ngomong-ngomong tentang kesehatan mental, kamu juga bisa menjaganya dengan melakukan sederet hal sederhana. Mulai dari rutin berolahraga, menjaga pola makan sehat, menerima dan mensyukuri atas apa yang dimiliki, serta mendapatkan asupan vitamin D alami dari makanan, sinar matahari, serta multivitamin & suplemen. 

Itu karena Vitamin D memiliki banyak manfaat, yaitu untuk mengaktifkan sistem imun dan menjaga fungsi otak. Vitamin D bukan sekadar membantu menjaga kesehatan tulang dan gigi, tapi juga memiliki efek antidepresan yang berpengaruh pada otak (kesehatan mental). 

 

(*)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya