Studi: Vaksinasi Kurangi Risiko Long Covid

Sindrom pasca-Covid-19 atau long Covid terjadi pada individu yang tidak hanya dinyatakan negatif, tapi juga telah pulih.

oleh Yulia Lisnawati diperbarui 19 Feb 2022, 12:03 WIB
Diterbitkan 19 Feb 2022, 12:03 WIB
Sesak Napas
Ilustrasi Sesak Napas Credit: unsplash.com/Laura

Liputan6.com, Jakarta - Sindrom pasca-Covid-19 atau long Covid terjadi pada individu yang tidak hanya dinyatakan negatif, tapi juga telah pulih. Efek berlama-lama dari virus terus melemahkan tubuh, menuntut perawatan dan istirahat. 

Individu yang terinfeksi Covid-19, bahkan setelah 8-9 bulan, masih mengalami komplikasi berupa gangguan indra penciuman dan rasa atau penyakit kronis lainnya.

Melansir dari Times of India, Sabtu (19/2/2022), penelitian menunjukkan hampir 5-10% pasien Covid-19 yang tidak dirawat di rumah sakit, dan hampir 80% individu yang dirawat di rumah sakit menjadi mangsa long Covid

Sementara varian terbaru dari kekhawatiran Omicron mungkin ringan, tapi para ahli memperingatkan agar tidak mengabaikan kemungkinan sindrom pasca-Covid.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Cara terbaik mengurangi risiko long Covid-19

Muncul Virus Corona dengan Mutasi Luar Biasa di Afrika Selatan, Kebal terhadap Imunitas dan Vaksin
Sejumlah ilmuwan memperingati di Afrika Selatan muncul virus Corona dengan mutasi luar biasa yang kebal terhadap imunitas dan vaksin. (Ilustrasi/Pexels/Artem Podrez)

Ilmuwan Inggris telah menetapkan bahwa sekitar 2 persen populasi negara itu mengalami long Covid. Namun, menurut survei Kantor Statistik Nasional (ONS) yang diterbitkan pada awal Januari, vaksinasi memainkan peran penting dalam mengurangi risiko.

Seperti diketahui, para ahli percaya itu juga bisa mengurangi risiko long Covid pada pasien. 

Sesuai analisis data yang terdiri dari 15 studi Inggris dan internasional, ditemukan bahwa individu yang telah menerima dua dosis standar vaksin Pfizer, Moderna dan AstraZeneca dan Janssen memiliki kemungkinan setengah untuk berkembang lama. Dibandingkan mereka yang hanya menerima satu dosis atau tidak divaksinasi.  


Vaksin juga meminimalkan risiko mengembangkan efek jangka panjang

Pemerintah Tegaskan Vaksin Booster Diberikan Gratis, Tolak Tawaran Vaksin Berbabayar
ilustrasi vaksin. (pexels/Nataliya Vaitkevich)

Selain itu, data mencatat bahwa efektivitas vaksin terhadap long Covid tertinggi pada individu berusia di atas 60 tahun dan terendah pada mereka yang berusia antara 19 dan 35 tahun. 

Ditemukan juga bahwa individu yang terinfeksi Covid-19 melaporkan gejala yang membaik setelah vaksin Covid-19.

Oleh karena itu, penelitian tersebut menyarankan bahwa vaksinasi tidak hanya memperbaiki gejala Covid yang berkepanjangan, tapi juga meminimalkan risiko mengembangkan efek jangka panjang.


Gejala long Covid yang memengaruhi hidupmu

Tenggorokan - Vania
Ilustrasi Sakit Tenggorokan/https://www.shutterstock.com/goodluz

Individu yang mengidap Covid dalam waktu lama bisa mengalami berbagai gejala, beberapa di antaranya bahkan terbawa sejak terinfeksi virus tersebut.

Batuk terus-menerus, kelelahan, nyeri dada, sesak napas adalah beberapa gejala umum pasca-Covid yang mereda seiring waktu. 

Namun, beberapa gejala Covid yang berkepanjangan seperti gangguan indra penciuman dan perasa atau parosmia, dan kabut otak, berlangsung lama pada beberapa individu.

Ini tidak hanya memicu ketidaknyamanan, tapi juga berdampak pada kualitas hidup dalam banyak hal. 

Selain itu, pengidap penyakit jantung atau diabetes atau kanker perlu ekstra hati-hati. Beri dirimu waktu untuk menyembuhkan dan mulai perlahan.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya