Liputan6.com, Jakarta Beberapa tahun belakangan film-film bertema superhero semakin ramai. Diawali dengan kesuksesan besar The Avengers (2012) yang berhasil menembus 1.5 bilion US dollar, film terlaris sepanjang masa nomor sembilan ini berhasil membuat kagum dan iri studio-studio besar lainnya.
Selain Marvel dan Disney, dunia film superhero Hollywood juga diisi oleh pihak lain, yakni DC dan Warner Bross. DC dan Marvel sendiri memang sudah terkenal sebagai rival abadi.
Saat The Avengers (2012) dirilis dan mendapatkan kesuksesan besar, bisa dibilang DC mulai kalah takut atau tertinggal. Akibat takut tertinggal tersebut DC kemudian mulai mengikuti jejak rivalnya, yang tetapi sayangnya karena gegabah kemudian menjadi klabakan dan gagal.
Advertisement
Film team-up superhero pertama mereka, Justice League (2017), tidak sebaik The Avengers (2012). Selain Justice League (2017), DC juga sebelumnya sudah merilis film team-up anti-hero, yakni Suicide Squad (2016).
Diharap dapat membawa kesegaran baru, karena merupakan film team-up anti-hero pertama, Suicide Squad malah berakhir tragis. Tidak diterima baik oleh masyarakat dan dianggap sebuah abominasi.
Di luar perbedaan kesuksesan yang ketiga film tersebut raih, bila diperhatikan, ketiga film tersebut sama persis. Konsep team-up yang mereka usung tidak baru dari segi cerita. Terdapat banyak sekali kesamaan cerita di antara ketiga film tersebut. Berikut penjelasannya.
Advertisement
Baca Juga
Â
Kemunculan Musuh
Film The Avengers (2012) dibuka dengan kemunculan Loki (saudara angkat Thor) di depan Nick Fury dan para agen S.H.I.E.L.D. Loki sendiri bertujuan untuk mencuri Tesseract, alat pembuka portal dimensi lain dan melakukan invasi bumi.
Dalam film Suicide Squad (2016), Amanda Waller, seorang perwira intelijen, melihat amukan Dewi Penyihir (Enchantress) yang bertujuan menghancurkan bumi.
Dalam film Justice League (2017), kemunculan parademons, anak buah Steppenwolf, dihadapan Bruce Wayne (Batman) mengingatkan Diana (Wonder Woman) akan cerita perang masa lampau yang bertujuan untuk menguasai bumi.
Advertisement
Perekrutan
Dalam film The Avengers (2012), keberhasilan Loki dalam mencuri tesseract membuat Nick Fury menyatakan keadaan darurat dan mulai mengaktifkan Avengers Initiative. Iron Man, Captain Amerika, Thor, Hulk, Hawkeye, dan Black Widow pun direkrut untuk tim Avengers tersebut.
Dalam film Suicide Squad (2016), perekrutan para penjahat super dari berbagai sel penjara dilakukan denggan tujuan melakukan misi bunuh diri (suicide), yakni melawan Enchantress. Tim (atau squad) yang tersebut terdiri dari Harley Queen, Deadshoot, Killer Croc, Katana, Captain Boomerang, El Diablo, Slipknot, dan Rick Flag.
Dalam film Justice League (2017), Bruce Wayne (Batman), yang terlebih dulu sudah mengenal Diana (Wonder Woman), bersama-sama melakukan perekrutan orang-orang metahuman seperti Flash, Aquaman dan Cybrog.
Percekcokan
Dalam film The Avengers (2012), percekcokan terjadi antara semua tim yang terlibat, kecuali Hawkeye yang menjadi kaki tangan Loki akibat dimanipulasi.
Dalam film Suicide Squad (2016), percekcokan terjadi antara para penjahat super dengan Rick Flag (ketua sekaligus pengawas tim tersebut) saat informasi mengenai tujuan tim tersebut ternyata berbeda dengan yang sebenarnya.
Dalam film Justice League (2017), percekcokan terjadi akibat perbedaan pendapat antara Bruce Wayne dan Diana. Sedangkan untuk anggota lainnya, mereka hanya melihat saja.Â
Advertisement
Kegagalan
Dalam film The Avengers (2012), kegagalan terjadi saat mereka menganggap remeh Loki ditambah dengan percekcokan antar anggota pada saat itu. Kegagalan semakin terasa saat kematian salah satu agen tidak dapat dihindari.Â
Dalam film Suicide Squad (2016), kegagalan mengamankan Amanda Waller ke dalam helikopter menjadi titik perubahan para penjahat menjadi anti-hero.Â
Dalam film Justice League (2017), kegagalan terjadi dua kali, saat pertama kali bertempur dengan Steppenwolf dan saat menghidupkan Superman kembali. Superman berhasil dihidupkan, tetapi terjadi sedikit masalah dengan ingatannya. Kejadian ini menyadarkan tim Justice League untuk lebih dapat mempercayai kemampuan dari tim ini.
Final Fight dan Menang
Dalam film The Avengers (2012), final fight melawan Loki terasa betul. Berlatar belakang kota New York, pertempuran Avengers melawan Loki dan pasukan Chitauri-nya benar-benar epic. Walau kesusahan, pada akhirnya mereka berhasil menyelamatkan bumi dari ancaman Loki.
Dalam film Suicide Squad (2016), para anti-hero menang melawan Enchantress, Incubus (saudara Enchantress) dan pasukan minionnya.
Dalam film Justice League (2017), kemenangan tidak terjadi sampai Superman datang ikut bertempur. Kedatangan Superman benar-benar menghasilkan kemenangan mutlak bagi tim Justice League.
Advertisement
Sama
Ketiga film di atas memiliki alur yang sama. Ketiga film tersebut dimulai dengan kemunculan musuh di depan orang-orang penting yang memiliki aset informasi khusus. .
Kemunculan musuh tersebut secara tidak langsung menyatakan keadaan bumi dalam keadaan gawat (kehancuran Bumi), mau tidak mau, orang-orang penting tersebut harus bergerak cepat melakukan penanganan: mengumpulkan tim guna menghentikan keadaan darurat tersebut.
Walau berhasil dikumpulkan dalam satu tim yang sama, tetap saja percekcokan antar satu tim dapat terjadi. Selain itu, kegagalan sebagai tim di ketiga film tersebut juga sepertinya wajib. Sama seperti percekcokan, adegan kegagalan biasanya bertujuan untuk mendramatisir.
Khas studio Hollywood besar, final fight film superhero biasanya selalu digarap dengan megah, mewah dan penuh ledakan. Tidak berbeda pula dengan ketiga film ini.