Liputan6.com, Jakarta - Kata egois sering memunculkan konotasi negatif dan dalam banyak kasus, orang disarankan untuk menghindari perilaku egois. Di sisi lain ada banyak contoh kasus yang meminta orang untuk memprioritaskan diri sendiri, di atas orang-orang di sekitar kita.
"Jika kita terus-menerus memberikan waktu dan energi kepada orang lain tanpa memberikan waktu dan energi untuk diri sendiri, kita berisiko membuat energi sangat terkuras sehingga membahayakan kesehatan fisik, mental, dan emosional kita," jelas terapis Michelle Felder, LCSW, dikutip dari Very Well Mind, Selasa (18/10/2022).
Terlebih lagi, tidak menjadikan diri sendiri sebagai prioritas dapat menyebabkan kita melupakan kebutuhan diri sendiri dan membuat lebih sulit untuk memberi energi positif kepada orang yang paling kita sayangi. Jika untuk diri sendiri saja sulit, apalagi untuk memberikannya kepada orang lain.
Advertisement
Memprioritaskan diri sendiri adalah hal yang baik. Felder mengatakan, jika kita ingin memberikan kesabaran, kasih sayang, kebaikan, dan kehangatan kepada orang lain, kita harus menunjukkan dan memperhatikan diri sendiri terlebih dahulu.
Terkadang sulit untuk mengetahui kapan harus bersikap egois. Keegoisan dapat membantu seseorang menyesuaikan diri, sehingga mereka tidak hanya menyadari kebutuhan dirinya, tetapi juga memenuhi kebutuhan dengan cara yang sehat.
Dengan demikian, Anda dapat memastikan tangki energi Anda terisi penuh dan Anda memiliki banyak cadangan energi positif untuk orang-orang yang dicintai.
Jadi, kapan seseorang boleh bersikap egois? Berikut adalah enam momen ketika seseorang boleh menjadi egois.
1. Tidak Memiliki Momen untuk Diri Sendiri
Me time atau kesendirian memainkan peran penting dalam kesehatan mental kita. Hal ini memungkinkan untuk eksplorasi pribadi, dapat menumbuhkan kreativitas, dan dapat membantu kita mengisi tangki energi kita ketika kita menghabiskan waktu bersama orang lain.
Meluangkan waktu untuk diri sendiri juga membuat Anda menemukan keseimbangan yang lebih besar di semua aspek kesehatan dan kesejahteraan Anda.
Jika Anda belum meluangkan waktu untuk fokus pada diri sendiri dalam beberapa saat, jadikan saat malam hari, akhir pekan, atau bahkan hanya beberapa jam sebagai waktu me time Anda.
"Saya sarankan untuk membuat waktu ini secara teratur sehingga Anda dapat memastikan untuk menghindari menguras diri sendiri sebelum Anda menyadari bahwa Anda perlu mengisi energi untuk diri Anda sendiri," katanya.
2. Merasa Kelelahan Secara Sosial
Menikmati acara, kumpul-kumpul, dan ikatan sosial semuanya indah. Namun, terlalu banyak menghabiskan waktu untuk kegiatan sosial dapat menyebabkan kita merasa lelah.
Kadang-kadang kita bahkan mengkhianati diri kita sendiri dengan mengatakan ‘ya’ untuk sesuatu yang harusnya tidak dilakukan.
Di saat-saat yang saling bertentangan ini, seseorang boleh bersikap egois dan menolak sesuatu jika dirinya tidak menginginkannya. Mereka bisa berkata "Kedengarannya sangat menyenangkan, tetapi saya tidak dapat bergabung kali ini" untuk menolak ajakan seseorang.
Advertisement
3. Sedang Fokus Menggapai Tujuan
Sangat wajar merasa egois atau narsis ketika kita tengah berjuang menuju tujuan besar. Mungkin kita mencurahkan lebih banyak energi ke dalam karier kita, kelurga, persahabatan atau bekerja menuju tujuan kesehatan yang membutuhkan satu atau dua jam waktu kita setiap hari.
“Ketika Anda mengadvokasi kebutuhan emosional, Anda memberikan kontrol lebih terhadap diri Anda sendiri,” jelas Hillary Schoninger, LCSW.
Ia menambahkan, "Tidaklah egois untuk meminta kenaikan gaji atau mengadvokasi apa pun yang Anda butuhkan. Jika apa yang Anda cari akan membantu Anda tanpa merugikan orang lain, Anda mempraktikkan keegoisan yang sehat."
4. Merayakan Pencapaian
Berbicara tentang penetapan tujuan, momen lain ketika orang diizinkan bersikap egois adalah saat mereka merayakan pencapaian besar.
Schoninger mengatakan, mungkin orang lain menganggap seseorang yang tengah merayakan pencapaian pribbadi sebagai orang yang narsis. Namun dalam hal ini kita tidak harus melihat pencapaian kita sendiri atau orang lain.
“Ketika kita dapat merayakan hal-hal indah dalam hidup kita, kita menunjukkan kehadiran otentik kita, yang tidak harus dicap sebagai narsisme,” katanya.
Menariknya, ada penelitian yang menyebut, merayakan kesuksesan diri sendiri bisa berdampak positif bagi orang lain. Selain bisa menyemangati seseorang, hal tersebut juga jadi ajakan bagi orang tersebut untuk melakukan hal serupa.
5. Sedang Menghadapi Masalah Pada Diri Sendiri
Saat-saat yang menantang akan terjadi sepanjang hidup kita, dan inilah saat-saat ketika memprioritaskan diri sendiri sangat penting untuk kesejahteraan kita.
Waktu yang menantang ini tidak hanya saat seseorang mengalami kehilangan, memasuki atau keluar dari suatu hubungan, memiliki anak, menghadapi diagnosis dari dokter, mengalami perubahan signifikan atau masalah lainnya.
Pada saat-saat di atas, bersikap egois mungkin terlihat seperti menjauh dari tanggung jawab. Namun, saat ada masalah seperti di atas, seseorang bisa bersandar pada orang lain, meminta bantuan, dan meluangkan lebih banyak waktu untuk introspeksi.
Komunikasikan kebutuhan Anda dan lakukan apa yang Anda butuhkan untuk mengatasi emosi yang membingungkan seperti kesedihan, perselisihan, atau frustrasi.
6. Sedang Berlibur
Definisi literal liburan adalah suatu periode waktu luang dan rekreasi yang panjang. Baik Anda menikmati staycation, menikmati liburan lokal yang cepat, atau bepergian untuk jangka waktu yang lebih lama, penting untuk menjauh dari tanggung jawab pekerjaan dan kehidupan rumah.
“Tidak ada gunanya bagi kita mendapatkan waktu istirahat namun tidak mengambilnya,” kata Chimere G. Holmes, LPC.
“Pastikan Anda meluangkan waktu karena Anda mendapatkannya dan mengisi ulang bahan bakar (energi) setelah menjauh dari kesibukan sehari-hari," katanya.
Sebuah studi tahun 2018 menemukan bahwa liburan singkat pun dapat mengurangi tingkat stres. Peserta dalam penelitian ini mencatat bahwa setelah tiga hari, mereka merasa lebih baik secara fisik, memiliki kualitas tidur yang lebih baik, dan suasana hati yang lebih baik. Menariknya, manfaat dari liburan masihd dirasakan oleh subjek penelitian hingga lima minggu kemudian.
Advertisement