Sering Menghindar, Ini 5 Tanda Pasanganmu Seorang Emotionally Unavailable

Pasangan Anda sering lupa memberi kabar? Bisa jadi ia seorang emotionally unavailable. Ketahui penyebab dan tanda emotionally unavailable di sini.

oleh Bella Zoditama diperbarui 25 Mei 2023, 17:04 WIB
Diterbitkan 25 Mei 2023, 17:04 WIB
Sering Menghindar, Ini 5 Tanda Pasanganmu Seorang Emotionally Unavailable
Sering Menghindar, Ini 5 Tanda Pasanganmu Seorang Emotionally Unavailable/pexels

Liputan6.com, Jakarta - Menjalin hubungan cinta dengan seseorang pasti membutuhkan penyesuaian yang panjang. Baik untuk mengenal perilaku, sifat baik-buruknya, teman-teman, lingkungannya, dan juga keluarganya.

Namun, pernahkah Anda memiliki pasangan yang susah sekali terbuka, terlihat cuek, dan sulit mengekspresikan perasaannya? Kalau iya, bisa jadi ia termasuk seseorang dengan emotionally unavailable.

Biasanya Anda mungkin akan merasakan ia tidak dapat hadir secara emosional dan berkesan ia tidak peduli dan tidak tertarik dengan sesuatu. 

Melansir dari Psychcentral, Senin (25/5/2023), emotionally unavailable mungkin terjadi karena adanya rasa yang tidak aman, gangguan kepribadian, hingga gejala trauma masa kecil. Kondisi ini sendiri mengacu pada seseorang yang tidak menanggapi kebutuhan atau isyarat emosional orang lain.

Baik pria ataupun wanita yang memiliki emotionally unavailable, biasanya memiliki kesulitan dalam mengekspresikan atau menangani emosi, serta sering terlihat emosional saat berhubungan dengan orang lain. 

Psikolog klinis berlisensi di South Burlington, Vermont, Dr. Lindsay Jernigan, mengatakan, "Saat kami mengatakan seseorang emotionally unavailable, maksudnya adalah mereka yang tidak nyaman merasakan emosinya sendiri, berbagi emosi dengan orang lain, atau tidak responsif terhadap emosi orang lain.”

Setiap orang mungkin berbeda-beda untuk mengekspresikan emosi mereka. Namun, biasanya emotionally unavailable sering ditandai dengan pada umumnya kelihatan angkuh, merasa sulit untuk berbicara tentang perasaan mereka, dan menghindari topik yang melibatkan emosi.

Nah, dengan mengenali apa penyebab emotionally unavailable, beberapa tanda yang bisa terlihat, serta apa yang harus Anda lakukan dapat membantu untuk membuat keputusan tentang hubungan cinta dan pasangan.

Hal ini juga dapat melindungi diri Anda seandainya Anda memang tertarik berkencan dengan seseorang yang memiliki kondisi ini. 

Apa yang Menyebabkan Emotional Unavailability?

ilustrasi chat wa
ilustrasi cara pdkt lewat wa dengan wanita cuek/Copyright unsplash/Fausto Sandoval

Kemungkinan ada banyak penyebab seseorang mengalami emotionally unavailable ini. Namun, sebagian penelitian mengatakan bahwa semua ini bisa terjadi karena adanya hubungan dan keterikatan pada saat anak-anak.

Di mana saat itu, hubungan pertama Anda, entah dengan orangtua atau pengasuh, bisa memainkan peran kunci dalam hal emosional dan juga keintiman. 

Saat mereka menolak kasih sayang atau mengabaikan dukungan emosional, anak-anak cenderung akan mengulangi pola ini dalam hubungan saat mereka dewasa.

Anak-anak yang tidak mendapatkan respons yang memadai terhadap kebutuhan emosional, menjadi lebih sering menghindar dan menjadi bentuk keterikatan yang tidak sehat. Inilah yang membuat mereka cenderung lebih mandiri, baik secara fisik atau emosional, serta sulit berhubungan dan bergantung dengan orang lain.

Jernigan mengatakan bahwa attachment wounds, seperti sering ditinggalkan, diabaikan, atau diejek juga menjadi penyebab dari emotionally unavailable. Hal tersebut bisa membuat sisi emosional semakin terluka dan juga berkembang hingga ia dewasa.

"Merasa jauh secara emosional bertujuan supaya mereka dapat melindungi diri," katanya. "Jika aku tidak mempunyai perasaan, maka aku tidak akan merasakan sakit, dan misalnya jika aku tidak merasa terlalu dekat denganmu, maka aku tidak akan pernah disakiti olehmu."

Faktor lainnya, dari adanya gangguan kepribadian penghindar (avoidant personality disorder), yang berbeda dari gaya keterikatan penghindar (avoidant attachment style), juga bisa menjadi penyebab emotionally unavailable.

Faktanya, individu dengan kondisi ini berperilaku dengan cara tertentu dalam hubungan mereka. Selain itu faktor budaya dan gender juga berperan dalam hal ini, sehingga seseorang memiliki perasaan yang datar. 

Tanda Seseorang dengan Emotionally Unavailable

Ilustrasi lelah hati dan pikiran
Ilustrasi lelah hati dan pikiran. (Photo by MART PRODUCTION from Pexels)

1. Menghindari keintiman dan tidak ingin terlalu dekat dengan siapapun

Seseorang dengan emotionally unavailable cenderung takut berbagi keintiman, seperti berbagi perasaan dan pikiran terdalam dengan orang lain. Ketidaknyamanan dan kerentanan ini menyebabkan orang menjauhkan diri dari emosional mereka sendiri, yang membuat orang lain tidak mungkin terlibat di dalamnya.

Jernigan menginformasikan kalau kurangnya kasih sayang secara fisik atau kontak mata, bisa menjadi indikator dari emotionally unavailable, walaupun sebenarnya ada faktor lain di dalamnya. 

Saat misalnya pasangan Anda sering menghindari percakapan atau situasi tertentu, bukan tanda ia tidak memercayai Anda. Melainkan karena mereka sudah memiliki batasan yang telah dibuat. Selain itu, ia juga terbiasa mandiri dan tidak suka mengandalkan orang lain. 

2. Takut akan sebuah komitmen

Komitmen seringkali terasa sulit bagi seorang emotionally unavailable. Sebagai contoh misalnya ia sering mengulur-ulur waktu dan penjelasan tentang hubungan Anda atau saat Anda ingin memulai langkah selanjutnya seperti mengakhiri hubungan ke jenjang pernikahan.

Ketakutan akan sebuah komitmen dan menjalin hubungan yang terlalu dekat menjadi dua tanda umum dari emotionally unavailable yang dialami oleh pria maupun wanita.

Jika pasangan Anda emotionally unavailable mungkin mereka lebih suka menjalin hubungan yang santai atau justru akan mengakhiri hubungan jika keadaan sudah menjadi "terlalu serius."

Sementara itu dalam hubungan pertemanan, orang tersebut sering merasa ragu-ragu dalam membuat rencana atau sering membatalkannya. Mereka mungkin juga tidak menjadi tidak nyaman jika Anda mengungkapkan cinta untuk mereka. 

3. Sangat mudah defensif

Ilustrasi Pasangan Toxic Relationship (sumber: unsplash)
Ilustrasi Pasangan Toxic Relationship (sumber: unsplash)

Individu dengan kondisi ini jarang memulai membahas dinamika hubungan, seperti perasaannya yang terluka atau meminta untuk mengubah perilaku pasangannya.

Orang dengan emotionally unavailable juga cenderung merespons sesuatu dengan cara yang defensif. Seperti mereka sering menyalahkan Anda atau orang lain atas kesalahan mereka. Mereka juga cenderung menyendiri dan tidak percaya dengan orang lain.

4. Sering menghindar dan menarik diri

Ketika Anda memberitahu kalau Anda membutuhkannya, ia dengan akan membuat jarak dan terkesan lari dari keadaan. Kadang-kadang ia bahkan tidak bisa dihubungi saat Anda sedang mengalami masa sulit atau hanya ingin berbicara dengannya. 

Di lain waktu, ia mungkin bisa memerhatikan Anda, tapi tidak banyak berkomentar. Selain itu, ia juga dapat mencoba mengubah topik pembicaraan atau menarik diri dari percakapan. Kemudian, ia juga terus-menerus membahas topik "ringan" bahkan saat Anda sudah memberitahukannya kalau Anda butuh teman curhat atau nasihat. 

5. Tidak memiliki empati

Karena ia bisa "mematikan" emosi, maka orang dengan emotionally unavailable sering memiliki empati yang rendah, sehingga ia tidak memiliki kemampuan untuk memahami atau berbagi perasaan kepada orang lain.

Dengan kata lain, ia tidak dapat merasakan apa yang Anda rasakan atau mempertimbangkan perasaan Anda ketika membuat keputusan.

Namun, bukan berarti mereka tidak peduli dengan perasaan Anda, hanya mereka mungkin tidak memiliki kemampuan emosional yang mumpuni dalam menghormati kebutuhan Anda. Karena, ia tidak nyaman untuk menggali perasaannya sendiri, sehingga terkesan ia tidak dapat merasakan perasaan orang lain.  

Jika Pasangan Anda Memiliki Emotional Unavailability

LDR
Ilustrasi pasangan yang menjalani LDR/copyright freepik.com/prostooleh

Seperti yang sudah kami sebutkan sebelumnya, tanda-tanda emotional unavailability termasuk kesulitan berkomitmen, cenderung menarik diri, dan sering defensif. Namun, semua ini bukan sesuatu yang bisa Anda perbaiki untuk pasangan, begitupun bukan sesuatu yang dapat ia ubah dengan cepat dan mudah untuk Anda. Jika ingin berubah, semuanya membutuhkan waktu, kesabaran, dan kasih sayang.

Seandainya Anda memang sudah menjalin hubungan dengan orang tersebut, penting untuk dipahami bahwa hal ini bukanlah sesuatu yang dapat mereka kendalikan sesuka hati. Namun, emotional unavailability sebenarnya dapat dikelola dengan baik. Semisalnya menyadari adanya perasaan ini dan dengan mencari bantuan profesional. 

Kondisi ini dapat diatasi dengan berkonsultasi kepada psikoterapi atau konseling. Seringkali pemulihannya pun memerlukan waktu bertahun-tahun. Maka Anda perlu memberikan dukungan kepada pasangan agar hubungan semakin membaik.

INFOGRAFIS JOURNAL_Bagaimana Antisipasi dari Kejahatan Social Engineering?
INFOGRAFIS JOURNAL_Bagaimana Antisipasi dari Kejahatan Social Engineering? (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya