Sering Ingin Lari dari Kenyataan? Bisa Jadi Anda Mengalami Kondisi Ini

Ketika pekerjaan terasa berat atau banyak masalah yang belum selesai, tentu membuat Anda ingin lari dari kenyataan. Lantas apa penyebab dan bagaimana cara mengatasinya?

oleh Bella Zoditama diperbarui 13 Jul 2023, 09:03 WIB
Diterbitkan 13 Jul 2023, 09:03 WIB
Sering Ingin Lari dari Kenyataan? Bisa Jadi Anda Mengalami Kondisi Ini
Sering Ingin Lari dari Kenyataan? Bisa Jadi Anda Mengalami Kondisi Ini | Credit: pexels.com/Ksenia

Liputan6.com, Jakarta - Apakah Anda sering merasa kepala begitu "penuh" tapi tidak bisa berbuat apa-apa? Penyebabnya bisa bermacam-macam, bisa jadi jadwal yang padat, pekerjaan yang begitu menumpuk dan tidak selesai, masalah dengan keluarga, atau berada di dalam lingkungan yang toxic rasanya ingin sekali melarikan diri dari situ.

Sayangnya, saat Anda ingin melepaskan semua hal tersebut dan lari dari kenyataan yang menyakitkan tersebut seringkali dianggap sebagai seorang pengecut.

Padahal, melarikan diri dari kenyataan hidup sebenarnya perlu dilakukan demi kewarasan diri sendiri. Saat ingin melarikan diri, Anda akan merasa ingin keluar dari kebiasaan dan pergi ke tempat lainnya, seperti tempat yang terasa lebih baik bagi pikiran.

Sebagai contohnya, dengan membaca buku, menonton film yang bagus, atau sekadar menelusuri Instagram selama beberapa saat.

Dalam psikologi, kondisi ini lebih dikenal dengan eskapisme. Akan tetapi, eskapisme tentu saja harus dilakukan dengan cara yang benar dan tepat agar kesehatan mental tidak terganggu. Lalu, apakah eskapisme juga memiliki sisi yang merugikan?

Dihimpun dari berbagai sumber, Selasa (11/7/2023), kami sudah merangkum berbagai tentang eskapisme. Sebagai contohnya seperti apa itu pengertian eskapisme, dampak kesehatan baik dari sisi positif dan negatifnya, serta hal-hal lain yang perlu diketahui secara langsung.

Jadi, jangan buru-buru ingin lari dari masalah sebelum Anda selesai membacanya, ya. Seperti ini ulasan lengkapnya!

Apa Itu Eskapisme?

Arti Mimpi Dikejar Orang Terdekat
Ilustrasi Mimpi Dikejar Orang Credit: pexels.com/Noel

Bagi yang masih asing dengan istilah ini, eskapisme adalah keinginan atau perilaku seseorang agar mengabaikan atau menghindari kenyataan.

Hal ini bisa jadi diakibatkan dari adanya pengalaman traumatis yang secara alami membuat seseorang ingin "melarikan diri" dari hal tersebut supaya terhindar dari tekanan dan kondisi psikologisnya tidak terganggu. Dengan begitu, Anda akan terlepas dari pengalaman hidup yang membebani.

Saat Anda terjebak dalam lingkaran yang penuh dengan kekhawatiran, kegelisahan, maupun depresi, yang dibutuhkan hanyalah keluar dari pikiran negatif tersebut. Jadi memang, lari dari kenyataan atau masalah untuk sementara waktu tidak salahnya.

Walaupun sebenarnya, masalah yang ada pun tetap akan ada setelah Anda kembali, tapi setidaknya Anda akan melihatnya dengan perspektif yang lebih baik dan terfokus untuk menyelesaikannya.

Nah, jika dilakukan dengan cara yang tepat, eskapisme justru bisa membuat pengaruh yang cukup positif bagi kehidupan. Ini dikarenakan saat melakukan eskapisme, Anda cenderung akan mengistirahatkan pikiran dan tubuh, sehingga membuat diri lebih kuat menghadapi realita yang dijalani. Namun sayangnya, jika dilakukan secara berlebihan eskapisme justru bisa menimbulkan masalah yang cukup besar.

Kenapa demikian? Sebab kondisi tersebut tidak dapat terkontrol dengan baik, eskapisme dapat membuat Anda melupakan masalah, sehingga terus-menerus bersembunyi dari realita yang sedang dihadapi. Oleh karena itu, jangan mudah terhanyut dengan eskapisme. Demi kehidupan yang lebih baik, lakukanlah secukupnya saja.

Kelebihan dan Kekurangan dari Eskapisme

Ilustrasi stres
Kenali Emotional Eating Sebagai Pelarian di Kala Stres (Unsplash.com/Nick Karvounis)

Karena eskapisme dapat memengaruhi kondisi psikologi seseorang, kenali dulu beberapa kelebihan serta kekurangannya:

Kelebihan Eskapisme:

  • Alasan yang paling umum dalam eskapisme adalah dapat mengurangi stres. Dengan mendengarkan lagu favorit, bermain video game, atau bahkan sekadar melamun, dapat menghambat realita sementara waktu. Meskipun begitu, untuk benar-benar mengurangi stres, Anda perlu menyelesaikan penyebabnya.
  • Mendatangkan inspirasi serta kreativitas yang tersembunyi. Sebagai contoh, saat Anda menonton film atau mencoret-coret di kertas, bisa memicu rasa kreatif dalam diri. Oleh karenanya, jika Anda merasa bersalah saat bersantai, bentuk eskapisme yang satu ini harus dianggap produktif.
  • Membantu membentuk motivasi yang mungkin hilang saat sedang bekerja. Cobalah melamun tentang kehidupan 'ideal' Anda dan tanyakan pada diri sendiri apa bedanya dengan kehidupan sehari-hari Anda saat ini. Bisa jadi, Anda akan menemukan semangat kembali.

Kekurangan Eskapisme:

  • Pekerjaan atau aktivitas sehari-hari jadi tertunda. Sebab, kadang-kadang Anda akan menggunakan hal ini saat sebenarnya harus melakukan sesuatu yang lain. Mungkin Anda menonton serial secara berlebihan untuk menghindari pertemuan keluarga, atau menelusuri media sosial alih-alih mengerjakan pekerjaan yang mendekati deadline. 
  • Menghindari atau menutupi emosi yang tidak ingin dirasakan. Mungkin bagi Anda menghadapi kenyataan terlalu menakutkan, sehingga menyebabkan kecemasan yang berat. Jika dibiarkan, ketakutan ini bisa menimbulkan juga ketakutan tentang hidup, bahkan keberadaan Anda sendiri.
  • Rasa ketagihan. Karena Anda sedang dalam mode "menghindari dari kenyataan" maka Anda akan melakukan aktivitas lain yang menghibur. Hal ini bisa jadi membuat ketagihan hingga lupa waktu. Akibatnya, bisa mengganggu kesejahteraan secara keseluruhan.

Pertanyaan Kepada Diri Sendiri Sebelum Eskapisme

Ilustrasi diri sendiri, percaya diri, berpikir
Ilustrasi diri sendiri, percaya diri, berpikir. (Photo by Andrea Piacquadio: https://www.pexels.com/photo/photo-of-woman-in-deep-thought-3768144/)

Nah, seperti yang sudah Anda baca sebelumnya, eskapisme ada pro dan kontra di dalamnya. Meskipun begitu, semua itu juga tergantung dari bagaimana cara Anda menggunakan eskapisme dalam kehidupan sehari-hari.

Sebelum melakukannya, coba jawab beberapa pertanyaan di bawah ini sebagai bahan pertimbangan:

  • Dari apa saya ingin melarikan diri?

Membawa sedikit kesadaran diri ke kebiasaan eskapisme dapat membantu Anda menggali lebih dalam tentang apa yang mungkin terjadi nantinya. Pertimbangkan ini membantu supaya apakah ada hal-hal lain yang dapat dilakukan dalam mengatasi setiap permasalahan.

  • Bagaimana perasaan saya setelah eskapisme?

Jika Anda bisa keluar dari eskapisme dengan perasaan kreatif, terinspirasi, atau merasa lebih santai, maka hal ini bisa sangat baik. Namun seandainya Anda justru merasa rendah diri, mati rasa, atau bahkan takut untuk kembali ke 'kehidupan nyata', ada baiknya mencari dukungan dari orang lain.

  • Apakah eskapisme memengaruhi kehidupan sehari-hari?

Berapa banyak waktu yang dibutuhkan untuk eskapisme dalam sehari? Apakah itu akan mengganggu aktivitas harian Anda? Jika itu berdampak banyak pada kehidupan sehari-hari Anda, ada baiknya mengecek kenapa Anda membutuhkannya dan harus melakukan apa untuk mengatasi masalah yang dihindari. 

Infografis Ciri-Ciri Orang Miliki Gangguan Kesehatan Mental
Infografis Ciri-Ciri Orang Miliki Gangguan Kesehatan Mental. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya