Liputan6.com, Jakarta Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa orang Jepang dikenal memiliki harapan hidup yang sangat tinggi, bukan hanya karena panjang umur, tetapi juga karena mereka tetap sehat dalam menjalani kehidupan saat usia lanjut. Fenomena ini sering kali dikaitkan dengan gaya hidup mereka, khususnya pola makan atau diet yang mereka terapkan.
Dikutip dari Hella Health, Selasa (4/2/2025), para peneliti percaya bahwa kebiasaan makan tradisional Jepang berperan besar dalam kesehatan masyarakat Jepang. Dalam sebuah studi yang dilakukan oleh Universitas Tohoku, para peneliti menguji efek perubahan pola makan Jepang melalui pendekatan baru. Mereka menciptakan kembali makanan khas Jepang dari tahun 2005, 1990, 1975, dan 1960, kemudian memberi makan kelompok hewan pengerat dengan diet tersebut untuk melihat dampaknya.
Advertisement
Hasil percobaan pada tahun 2016 menunjukkan bahwa tikus yang diberi diet tahun 1975 menunjukkan fungsi memori yang lebih baik dan memiliki umur yang lebih panjang saat mereka mencapai usia 48 minggu. Peneliti kemudian memperluas pengujian ini kepada manusia, dan hasilnya pun menunjukkan keunggulan pola makan Jepang tahun 1975.
Advertisement
Para peneliti berspekulasi bahwa diet tahun 1975 lebih sehat karena mengandung lebih banyak hidangan kecil, memasak dengan api kecil menggunakan sedikit minyak, serta tidak terlalu bergantung pada telur, produk susu, dan daging. Selain itu, bumbu fermentasi lebih banyak digunakan daripada garam dan gula.
Lantas, apa sebenarnya yang dimaksud dengan diet tahun 1975 ini? Dan bagaimana efeknya bagi tubuh? Berikut ini ulasan lengkap yang kami rangkum dari berbagai sumber.
Mengenal Lebih Dekat tentang Diet 1975
Seperti yang kami sebutkan sebelumnya, diet 1975 mengacu pada pola makan orang Jepang di tahun 1975. Walaupun pola makan orang Jepang juga mengalami perubahan ke arah yang lebih baik dari waktu ke waktu, tapi masih sedikit penelitian yang mengukur dampak kesehatan dari perubahan pola makan ini.
Nah, setelah melakukan tes terhadap hewan penelitian dari Universitas Tōhoku melanjutkan kepada manusia. Pertama, tim mengumpulkan dua kelompok subjek manusia yang cukup gemuk berusia 20 hingga 70 tahun. Selama 28 hari, satu kelompok makan tiga kali sehari sesuai dengan diet Jepang modern saat ini. Sedangkan kelompok kedua mengikuti diet 1975.
Setelah empat minggu berlalu, rata-rata indeks massa tubuh, berat badan, dan lingkar pinggang kelompok 1975 telah turun, sementara tingkat kolesterol LDL (kolesterol jahat) dan hemoglobin A1C mereka turun. Sementara kolesterol HDL (kolesterol baik) mereka bisa meningkat.
Selanjutnya, tim melakukan dua kelompok subjek non-obesitas berusia 20 hingga 30 tahun dengan rejimen yang sama. Dalam kasus ini, kelompok 1975 menunjukkan tingkat stres yang lebih rendah dan kebugaran yang lebih tinggi setelah 28 hari, bersama dengan lebih sedikit flora usus yang terkait dengan penyakit.
Tidak hanya sampai di situ, dibandingkan dengan kelompok tahun 2005, kelompok tahun 1975 dan 1990 memiliki lebih sedikit lemak visceral dan cenderung tidak mengalami obesitas. Selain itu, kelompok diet tahun 1975 memiliki risiko diabetes dan perlemakan hati yang paling rendah dibandingkan yang lain.
Advertisement
Pencegahan Penyakit Terkait Penuaan
Penelitian ini juga menghasilkan fakta dan dampak komparatif pada umur panjang dan proses penuaan yang dialami oleh sekelompok tikus sebagai model untuk studi penyakit terkait penuaan pada manusia. Di mana pada minggu ke-24, ada sekelompok tikus mengalami penuaan fisik. Lalu, pada minggu ke-48, penuaan lebih jelas terjadi pada kelompok tahun 2005, dibandingkan dengan tahun 1990 dan 1975.
Demikian pula, pada minggu ke-24, kelompok tikus juga menunjukkan sedikit perbedaan yang berhubungan dengan pembelajaran dan memori. Ketika minggu ke-48, kelompok tikus yang menjalani diet 1975 justru menunjukkan lebih sedikit kehilangan memori dan kapasitas belajar dibandingkan kelompok 2005.
Kelompok tahun 1975 dan 1990 rata-rata juga memiliki rentang hidup yang lebih panjang daripada kelompok tahun 2005. Selain itu, kelompok tahun 1975 juga tampil sangat baik dalam hal umur panjang.
Hasil percobaan ini sangat menyarankan bahwa pola makan Jepang tahun 1990 dan 1975 lebih sehat untuk tikus daripada tahun 2005. Tapi apakah hasilnya juga berlaku untuk manusia?
Setelah mendapatkan otorisasi dari Komite Etika Penelitian Universitas Tōhoku, untuk memulai penelitian menggunakan subjek manusia. Hasilnya, menunjukkan dampak yang sama. Indeks massa tubuh rata-rata dan berat badan dari orang-orang yang ada di kelompok diet 1975 telah menurun secara signifikan, bersama dengan lingkar pinggang.
Tips untuk Menjalani Diet 1975
Lalu, apa yang membedakan pola makan Jepang tahun 1975 dengan pola makan saat ini? Setidaknya, ada beberapa hal yang membedakannya, seperti berikut:
-
Variasi
Menu harian menampilkan hidangan kecil dalam jumlah yang relatif besar. Dalam praktiknya, ini umumnya berarti satu hidangan utama (biasanya ikan atau protein lain) dan dua lauk pauk (biasanya sayuran), selain nasi dan sup.
-
Metode memasak
Tiga mode memasak yang biasa dilakukan yaitu merebus, mengukus, dan memakannya secara mentah, diikuti dengan memanggang. Menggoreng dan menumis agak kurang umum.
Memasak dengan api besar, seperti saat menggoreng dengan minyak, bisa menyebabkan nutrisi rusak. Misalnya, ikan seperti makarel kaya akan asam lemak omega-3 EPA dan DHA yang sehat. Namun, jika digoreng hanya menyediakan sekitar sepersepuluh dari EPA dan DHA.
-
Bahan
Diet tahun 1975 kaya akan produk kedelai, makanan laut, umbi-umbian, sayuran hijau dan kuning (termasuk acar), buah, rumput laut, jamur, dan teh hijau. Telur, produk susu, dan daging juga dikonsumsi, tetapi dalam jumlah sedang.
-
Bumbu
Penggunaan bumbu fermentasi seperti kecap, miso, cuka, mirin, dan sake bersama dengan kaldu dashi membantu memberikan rasa yang memuaskan pada makanan tanpa penggunaan garam dan gula yang berlebihan.
Advertisement