Mengenang Hari Pahlawan, Ini 10 Pahlawan Nasional Asal Sumatra Barat

Ternyata, cukup banyak Pahlawan Nasional yang berasal dari Sumatra Barat, siapa sajakah mereka? Beriku ulasannya!

oleh Wanda Andita Putri diperbarui 10 Nov 2023, 14:05 WIB
Diterbitkan 10 Nov 2023, 14:05 WIB
Ilustrasi pahlawan nasional Indonesia
Ilustrasi pahlawan nasional Indonesia. (Image by pikisuperstar on Freepik)

Liputan6.com, Jakarta - Kamu pasti tidak asing lagi dengan tanggal 10 November, setiap tanggal ini bangsa Indonesia memperingati Hari Pahlawan sebagai bentuk menghargai dan mengenang para pendiri negara dengan segenap pemikiran, tindakan, dan gerakan perjuangan yang mereka lakukan, hanya demi kemerdekaan bumi pertiwi.

Pernahkah terbayang olehmu bagaimana bangsa ini tanpa perjuangan para pahlawan? Mungkin generasi saat ini tidak akan bisa menimati apa yang mereka dapatkan sekarang. Sebagai bentuk tanda terima kasih kepada para pahlawan, sejatinya generasi saat ini mesti mengetahui tokoh-tokoh pahlawan nasional yang sudah memperjuangkan kemerdekaan. Lantas, siapa saja para pahlawan nasional yang berasal dari Sumatra Barat? Berikut ulasannya, seperti yang sudah dirangkum dari laman resmi agamkab.go.id pada Rabu (08/11/23).

1. Abdoel Moeis

Abdoel Moeis lahir di Sungai Pua, Kabupaten Agam pada 3 Juli 1883. Ia merupakan wartawan, penulis, dan sastrawan yang menentang kolonialisme Belanda di Indonesia. Meskipun pernah menjadi anggota Volksraad (Dewan Perwakilan Rakyat Hindia Belanda mewakili Sarekat Islam), perlawanannya terhadap kolonial tidak pernah surut. Bahkan, Ia sempat ditangkap dan diasingkan di Jawa Barat.

Abdoel Moeis wafat di Bandung, Jawa Barat pada 17 Juni 1959 dalam usia 76 tahun. Pada akhir hayatnya, Ia mendirikan Persatuan Perjuangan Priangan yang fokus pada pembangunan di Jawa Barat dan masyarakat Sunda. 

Abdoel Moeis merupakan pahlawan nasional pertama yang dikukuhkan pemerintah Republik Indonesia. Presiden Soekarno menetapkannya sebagai pahlawan nasional pada 30 Agustus 1959 melalui Keputusan Presiden No 218 tahun 1959.

 

2. Haji Agus Salim

Hari Pahlawan - Agus Salim (Liputan6.com/pool/GerakanPramuka)
Hari Pahlawan - Agus Salim (Liputan6.com/pool/GerakanPramuka)

Haji Agus Salim dikenal sebagai diplomat jenaka, ia lahir di Koto Gadang, Kabupaten Agam pada 08 Oktober 1884 dengan nama Masyhudul Haq. Pahlawan yang berjulukan The Grand Old Man ini pernah menjadi angggota tim 9 dalam Badan Penyelidik Usaha Pesiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).

Haju Agus Salim mampu menguasai 7 bahasa asing dan aktif dalam diplomasi pengakuan kedaulatan Republik Indonesia di awal kemerdekaan baik sebagai Menteri Luar Negeri maupun Diplomat. Bahkan, sebelum wafat pada 4 November 1954, ia dipercaya sebagai Penasihat Menteri Luar Negeri.

Presiden Soekarno menetapkannya sebagai pahlawan nasional pada 27 Desember 1961 melalui Keputusan Presiden Nomor 657 tahun 1961.

3. Sutan Syahrir

Sutan Syahrir merupakan Perdana Menteri Indonesia pertama yang lahir di Padang Panjang pada 5 Maret 1909. Ia sangat memperjuangkan kedaulatan Republik Indonesia sekaligus pencetus pertama politik bebas aktif.

Pendiri Partai Sosialis Indonesia ini wafat pada 9 April 1966 dan langsung ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional oleh Presiden Soekarno melalui Keputusan Presiden Nomor 76 tahun 1966 tertanggal 9 April 1966.

4. Tan Malaka

Tan Malaka bernama lengkap Ibrahim Datuk Tan Malaka yang lahir di Nagari Pandam Gadang, Kabupaten Lima Puluh Kota pada 2 Juni 1897. Ia mendapat gelar Bapak Republik Indonesia karena ia merupakan tokoh pertama yang memberi nama Republik Indonesia.

Tan Malaka wafat di Selopanggung, Kediri, Jawa Timur pada 21 Februari 1949. Makamnya kini ada dua, selain di Selopanggung juga ada replika makam di Pandam Gadang, Kabupaten Lima Puluh Kota. Ia ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional oleh Presiden Soekarno melalui Keputusan Presiden Nomor 53 Tahun 1963 pada 28 Maret 1963.

5. Muhammad Yamin

Hari Pahlawan - Muhammad Yamin (Liputan6.com/pool/GerakanPramuka)
Hari Pahlawan - Muhammad Yamin (Liputan6.com/pool/GerakanPramuka)

Muhammad Yamin lahir di Talawi, Kota Sawahlunto pada 23 Agustus 1903. Ia merupakan salah seorang konseptor Pancasila dan UUD NRI 1945, penggali sejarah, sastrawan dan ahli bahasa. Muhammad Yamin pernah dipercaya sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI ke-9 dan Menteri Penerangan ke-14.

Muhammad Yamin wafat di Jakarta pada 17 Oktober 1962 dan dimakamkan di tempat kelahirannya, yaitu Talawi, Kota Sawahlunto. Ia diangkat sebagai Pahlawan Nasional oleh Presiden Soeharto pada 6 November 1973 melalui Keputusan Presiden Nomor 088/TK/Tahun 1973.

6. Muhammad Hatta

Bapak Proklamator Republik Indonesia ini lahir di Bukittinggi pada 12 Agustus 1902. Pahlawan yang dikenal sebagai Bung Hatta ini merupakan konseptor Pancasila dan UUD NRI 1945, sekaligus wakil presiden pertama Republik Indonesia.

Bung Hatta ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melalui Keputusan Presiden Nomor 84/TK/Tahun 2012 tanggal 7 November 2012. Sebelumnya, Presiden Soeharto menetapkannya sebagai Pahlawan Proklamator melalui Keputusan Presiden No.081/TK/Tahun 1986.

Meskipun tergolong baru ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional pada 2012, tetapi nama tokoh yang jujur dan sederhana ini, banyak diabadikan sebagai nama tempat, seperti jalan utama dan universitas. Bung Hatta wafat pada 14 Maret 1980 di Jakarta.

7. Mohammad Natsir

Perdana Menteri Indonesia ke-5 ini lahir di Alahan Panjang, Lembah Gumanti, Kabupaten Solok pada 17 Juli 1908 dan wafat di Jakarta pada 16 Februari 1993, dalam usia 84 tahun. Selama perjuangannya, ia banyak menduduki jabatan penting, seperti Menteri Penerangan, Pendiri dan Pemimpin Masyumi, Presiden Liga Muslim Dunia, dan Ketua Dewan Masjid Dunia. Mohammad Natsir ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional oleh Presiden Susilo Bambang Yudhonoyo pada 6 November 2008, melalui Keputusan Presiden Nomor 041/TK/TH 2008. 

8. Rasuna Said

Rasuna Said jadi Google Doodle hari ini, Rabu (14/9/2022).
Rasuna Said jadi Google Doodle hari ini, Rabu (14/9/2022). (Wikipedia)

Rangkayo Hj. Rasuna Said lahir di Maninjau pada 14 September 1910. Ia merupakan pendidik, tokoh politik, pejuang emansipasi sejak zaman Hindia Belanda. Perjuangannya melawan penjajah tidak hanya melalui tulisan di media yang ia pimpin, tetapi juga lewat pergerakan di organisasi. Rasuna Said adalah salah satu pendiri Persatuan Muslimin Indonesia (Permi). Pada awal kemerdekaan, ia juga mewakili Sumatra Barat di KNIP, terlibat dalam Front Pertahanan Nasional dan sempat menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung.

Rasuda Said merupakan wanita pertama Indonesia yang terkena hukum Speek Delict, yaitu hukum yang menyatakan bahwa siapa pun dapat dihukum karena berbicara menentang Belanda. Ia juga merupakan satu-satunya perempuan di Sumatra Barat yang mendapat gelar Pahlawan Nasional. Rasuda Said diangkat jadi Pahlawan Nasional oleh Presiden Soeharto melalui Keputusan Presiden No.084/TK/Tahun 1974 pada 13 Desember 1974.

9. Hazairin Harahap

Prof. Dr. Hazairin lahir di Bukittinggi pada 28 November 1906. Ia merupakan seorang pakar hukum adat lulusan Sekolah Tinggi Hukum Jakarta (Recht Hoge School). Ia pernah menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri dan Kepala Bagian Hukum Sipil Kementerian Kehakiman. Pada April 1946, Hazairin menjadi Residen Bengkulu yang merangkap sebagai Wakil Gubernur Militer Sumatra Selatan. Kemudian, ia diangkat sebagai Guru Besar Hukum Adat dan Hukum Islam di Universitas Indonesia. 

Hazairin wafat di Jakarta pada 11 Desember 1975 pada usia 69 tahun dan dikukuhkan sebagai Pahlawan Nasional oleh Presiden BJ Habibie melalui Keputusan Presiden Nomor 74/TK/1999 pada 13 Agustus 1999.

10. Abdul Malik Karim Amrullah (Buya Hamka)

Prof. Dr. Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka) lahir di Nagari Sungai Batang, tepi Danau Nainjau, Kabupaten Agam pada 17 Februari 1908. Buya Hamka merupakan ulama besar, pendidik, sastrawan, dan pejuang kemerdekaan. Sastrawan yang menulis Tafsir-Azhar, Tenggelamnya Kapal Van der Wijck dan Di Bawah lindungan Ka'bah ini juga mendapat gelar doktor dari Universitas Al-Azhar dan Universitas Malaysia. Kemudia, Buya Hamka juga menjadi Guru Besar di Universitas Moestopo, Jakarta.

Buya Hamka wafat di Jakarta pada 24 Juli 1981 dalam usia 73 tahun dan dimakamkan di TPU Tanah Kusir, Jakarta. Pada 2011, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengangkat Buya Hamka sebagai Pahlawan Nasional melalui Keputusan Presiden Nomor 113/TK/ Tahun 2011 pada 7 November 2011.

Infografis Journal
Infografis 10 Daftar Pahlawan Nasional Perempuan di Indonesia. (Liputan6.com/Tri Yasnie)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya