Liputan6.com, Jakarta Dilansir dari az Animal, beberapa hewan memiliki sistem pencernaan yang efisien, dan kulit pohon merupakan sumber nutrisi yang melimpah, terutama saat musim dingin ketika sumber makanan lainnya sulit ditemukan.Â
Dalam eksplorasi ini, kita akan memahami lebih jauh tentang lima hewan yang memiliki kebiasaan makan kulit pohon serta bagaimana mereka mengakses nutrisi dari sumber makanan yang unik ini.
Baca Juga
Selain itu, hal ini juga memberikan perspektif baru terkait dengan pentingnya konservasi sumber daya alam, terutama dalam melestarikan habitat tempat hewan-hewan tersebut mendapatkan nutrisi penting mereka. Selengkapnya disini!
Advertisement
1. Rusa (Cervidae)
Kebiasaan memakan kulit pohon melibatkan semua spesies rusa dalam keluarga Cervidae, terutama pada musim dingin di lingkungan arboreal. Sebagai contoh hewan ruminansia, rusa memiliki perut yang terbagi menjadi empat ruangan, dengan rumen menjadi ruang pertama yang sangat penting. Rumen berperan krusial dalam mencerna kulit pohon karena mengandung mikroorganisme yang menghasilkan enzim yang dibutuhkan untuk pencernaan.
Rusa dengan sigap mengupas kulit pohon, hanya mengunyah sebagian sebelum menelannya. Melalui proses ruminasi yang unik, mereka secara berulang memuntahkan dan mengunyah kulit kayu hingga cukup terurai secara mekanis dan kimiawi untuk dapat masuk ke ruang perut berikutnya, yaitu retikulum. Sistem pencernaan yang unik ini memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana rusa beradaptasi dengan lingkungan dan ketersediaan makanan.
Advertisement
2. Berang-berang (Castor spp)
Kedua jenis berang-berang yang masih ada, yaitu berang-berang Amerika Utara (Castor canadensis) dan berang-berang Eurasia (Castor fiber) yang memiliki kebiasaan mengupas dan memakan kulit pohon. Berang-berang umumnya lebih tertarik pada kulit ranting muda, gubal dahan, dan batang pohon kecil, yang mengandung kadar lignin yang lebih rendah. Terutama di musim dingin, berang-berang bergantung pada kulit kayu dan tumbuhan berkayu sebagai sumber makanan utama mereka.
Saat musim panas tiba, berang-berang menyimpan potongan kayu di bawah air di tempat perlindungan mereka. Ini menjadi cadangan makanan strategis yang akan mereka manfaatkan ketika sumber makanan lain menjadi terbatas di musim dingin. Gigi seri dan gigi geraham yang kuat dan terus tumbuh memungkinkan berang-berang untuk mengiris dan menggerus kayu serta kulit kayu berserat dengan efisien, menunjukkan tingkat adaptasi yang canggih dalam memanfaatkan sumber daya alam di sekitar mereka.
3. Landak Amerika Utara (Erethizon dorsatum)
Pada saat musim dingin yang sulit, landak Amerika Utara (Erethizon dorsatum) menunjukkan adaptasi yang menarik dengan memanjat pohon untuk mencari sumber makanan yang melimpah. Landak ini tidak hanya memakan ranting pohon, melainkan juga mengonsumsi kulit bagian dalam dari berbagai jenis pohon.
Kemampuan landak dalam mencerna kulit kayu hingga menjadi serbuk melalui proses mengunyahnya memberikan kontribusi tambahan pada efisiensi pencernaannya. Landak Amerika Utara juga memiliki usus besar yang kaya akan mikroorganisme, termasuk selulase dan hemiselulase, yang mendukung pencernaan selulosa yang terkandung dalam kulit kayu.
Tambahan dari itu, pengamatan terhadap landak yang memanjat pohon di musim dingin di Kanada mengungkapkan strategi adaptasi yang unik untuk memperoleh sumber daya makanan, terutama ketika pilihan lain menjadi terbatas di lingkungan yang keras.
Advertisement
4. Tikus Air (Arvicola amfibi)
Pada musim dingin yang tandus, tikus air (Arvicola amphibius) mendapatkan sumber makanan dengan cara mengupas dan mengonsumsi lapisan dalam kulit pohon kecil dan semak belukar.
Sistem pencernaan tikus air tidak dirancang untuk menangani bagian kulit kayu yang keras, sehingga dengan cerdik, mereka memilih untuk mengupas lapisan luar yang keras dan mencapai lapisan kambium yang lebih lembut dan mudah dicerna.
Tikus air umumnya fokus pada kulit pohon yang terletak sekitar 8 inci atau kurang dari permukaan tanah, seringkali melakukan tindakan mengupas sepanjang lingkaran kulit pohon. Proses ini, yang disebut sebagai girdling, memiliki dampak yang signifikan, dapat merusak atau bahkan membunuh pohon dan semak muda. Ini menjadi contoh bagaimana tikus air memanfaatkan sumber daya alam untuk kelangsungan hidupnya.
5. Kelinci (Leporidae)
Meskipun memiliki sistem pencernaan yang tidak terlalu kuat, telah berhasil beradaptasi dengan strategi yang memungkinkan mereka menggerogoti dan memakan kulit pohon, terutama pada musim dingin.
Meskipun lambung kelinci cenderung sederhana dan makanan melewati sistem pencernaan dengan cepat, adaptasi utama terletak pada usus besar mereka yang mengandung beragam mikroorganisme simbiosis. Mikroorganisme ini secara signifikan meningkatkan kemampuan kelinci dalam mencerna makanan, khususnya selulosa yang terdapat dalam kulit pohon.
Dalam usaha untuk meningkatkan kemampuan pencernaan terhadap selulosa, kelinci melibatkan praktik koprofagi, yaitu memakan kotoran mereka sendiri. Meskipun mungkin terdengar tidak konvensional, tindakan ini menghasilkan peningkatan pencernaan selulosa hingga dua hingga tiga kali lipat melalui jalur kedua, yaitu usus besar yang kaya akan mikroba, dibandingkan dengan jalur pertama. Strategi ini memberikan contoh adaptasi unik kelinci dalam mengoptimalkan penyerapan nutrisi dari sumber daya alam yang ada, menciptakan gambaran menarik tentang kompleksitas sistem pencernaan hewan ini.
Advertisement
6. Mengapa Hewan Memakan Kulit Pohon?
Struktur sel dinding tumbuhan membawa komposisi yang kompleks, terdiri dari selulosa, hemiselulosa, dan lignin yang diikat oleh pektin. Meskipun selulosa dan hemiselulosa merupakan jenis karbohidrat kompleks, hanya beberapa hewan yang dilengkapi dengan enzim seperti selulase dan hemiselulase yang dibutuhkan untuk mencernanya. Koloni mikroba khusus di usus hewan pemakan kulit kayu mampu menghasilkan enzim ini, memungkinkan mereka untuk memecah selulosa dan hemiselulosa menjadi gula.
Pektin dan asam pektat, yang menyatukan sel-sel di sekitarnya, berperan sebagai sumber gula tambahan bagi hewan pemakan kulit kayu. Meskipun demikian, lignin menjadi komponen yang sulit dicerna karena sebagian besar hewan tersebut tidak memiliki mikroba yang dapat menghasilkan enzim ligninase yang diperlukan untuk mengurai lignin.
Meski lapisan luar kulit kayu umumnya sulit dicerna karena tingginya kandungan lignin, lapisan dalam kulit kayu mengandung sel-sel hidup dengan karbohidrat kompleks, gula, dan mineral yang dapat dicerna oleh hewan pemakan kulit kayu. Ini mencerminkan kompleksitas adaptasi mikroorganisme dalam sistem pencernaan hewan tersebut untuk memaksimalkan pemanfaatan sumber daya tumbuhan yang keras dan sulit dicerna.
Question and Answer
1. Apa yang dimaksud dengan hewan herbivora?
Hewan herbivora adalah jenis hewan yang mengonsumsi atau memakan tanaman, jamur, dan bahan tumbuhan lainnya. Karakteristik utama herbivora adalah sifatnya yang sebagian besar jinak. Oleh karena itu, hewan herbivora seringkali menjadi mangsa bagi hewan-hewan pemakan daging atau karnivora.
Advertisement
2. Apa ciri khas dari gigi hewan herbivora?
Gigi pada hewan herbivora memiliki ciri khas berupa gigi seri dan gigi geraham, tanpa adanya gigi taring. Gigi seri terletak di bagian depan dan memiliki sisi yang tajam.
3. Sebutkan 5 contoh Hewan herbivora
Beberapa contoh hewan herbivora meliputi sapi, kambing, domba, rusa, dan kelinci.
Advertisement
4. Apa ciri khas hewan omnivora?
Hewan omnivora memiliki sistem pencernaan yang berbeda dari hewan herbivora maupun karnivora. Sistem pencernaan pada hewan omnivora melibatkan mekanisme dalam mencerna tumbuhan dan hewan, terutama dengan keterlibatan enzim protease untuk mencerna protein.
5. Apa saja contoh hewan yang masuk kategori karnivora?
Berikut adalah beberapa contoh hewan yang termasuk dalam kategori karnivora, yaitu hewan pemakan daging: harimau, singa, serigala, ular, dan elang.Â
Â
Advertisement