Liputan6.com, Jakarta Semua pasti setuju jika saat ini rasanya sulit sekali untuk tidak lepas dari ponsel Anda. Entah membaca berita online, membalas e-mail atau pesan yang masuk, atau sekadar menelusuri media sosial di Facebook, Instagram, dan TikTok.
Anda mungkin akan melihat sesuatu yang membuat Anda senang atau sedih, hingga akhirnya membuat Anda akan share, like, serta mengomentari postingan tersebut. Meskipun hal ini sebenarnya bisa menjadi salah satu cara yang baik dalam terhubung dengan orang lain yang jarang bertemu dan tetap mengetahui apa saja yang terjadi di dunia saat ini, tapi hal tersebut juga bisa menimbulkan masalah baru.
Baca Juga
Seperti misalnya Anda mulai merasa kecanduan media sosial. Termasuk menghabiskan banyak waktu sekadar scrolling media sosial tanpa melakukan apa-apa.Â
Advertisement
Efek lainnya yang muncul yaitu ketika merasa bersalah dan takut ketinggalan (FOMO) saat sedang tidak membuka media sosial. Seseorang akan merasa seperti kehilangan sesuatu dan harus mengejar apa yang terjadi supaya tetap update.
Hal ini dapat menyebabkan orang menghabiskan terlalu banyak waktu untuk membuka feed media sosial mereka, yang dapat menyebabkan masalah serius. Termasuk pada kesehatan mental penggunanya.
Dihimpun dari Herzindagie, Senin (15/4/2024), berikut beberapa dampak buruk jika scrolling media sosial terus-terusan:
1. Bisa Membuat Ketagihan
Semua aplikasi media sosial selalu dipenuhi dengan konten. Orang-orang dari seluruh dunia selalu memposting sesuatu di internet, jadi selalu ada hal baru untuk ditonton.
Hal ini menyebabkan banyak orang merasa kecanduan media sosial karena tidak bisa berhenti menelusuri feed mereka. Mereka memiliki keinginan untuk mengikuti setiap hal baru setiap saat.
2. Akan Mempengaruhi Harga Diri Anda
Ketika Anda terus-menerus menelusuri feed media sosial bisa berdampak negatif yang serius. Sebagai contohnya Anda akan merasa terjebak dalam membandingkan diri Anda dengan orang lain. Akibatnya, hal itu dapat memengaruhi harga diri Anda.
Anda mungkin mulai merasa iri atau marah karena seseorang mendapat mobil baru atau berlibur mewah. Padahal, Anda tidak selalu bisa mempercayai apa yang Anda lihat di media sosial.
Saat Anda melihat kehidupan seseorang di media sosial, mungkin sepertinya dia memiliki kehidupan yang sempurna. Mereka selalu terlihat bahagia, dan postingan mereka selalu asyik untuk dibaca.
Namun, hal ini tidak selalu benar. Setiap orang mengalami pasang surut dalam kehidupan, dan penting untuk diingat bahwa media sosial hanyalah sorotan dari momen-momen indah setiap orang.
Advertisement
3. Jadi Gangguan yang Berbahaya
Ini mungkin tampak berlebihan, tetapi kecanduan media sosial sangat nyata. Hal ini dapat mengakibatkan gangguan berbahaya yang menyebabkan cedera fisik yang nyata.
Ada banyak kasus di mana orang terluka karena perhatian mereka terganggu oleh ponsel saat menyeberang jalan atau mengemudi. Anda tentu tidak ingin membahayakan hidup Anda atau orang lain karena kecanduan ini.
4. Mempengaruhi Hubungan Anda
Hubungan Anda mungkin mengalami ketegangan ketika Anda terus-menerus menelusuri feed media sosial saat Anda bersama seseorang. Bisa juga ketika mereka melihat Anda memposting di media sosial alih-alih membalasnya.
Hal ini dapat menimbulkan pertengkaran antara pasangan dan teman, yang tentunya akan berdampak negatif pada hubungan. Maka dari itu, sangat penting bagi Anda untuk fokus, mengingat apa yang penting, serta apa yang nyata.
5. Memperburuk Depresi dan Kecemasan
Dampak negatif terakhir dari terus memantau media sosial yaitu mempengaruhi kesehatan mental Anda. Salah satunya dapat memperburuk depresi dan kecemasan.
Di mana ketika orang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk menelusuri feed, mereka lupa menikmati hal-hal nyata yang ditawarkan dunia. Sama seperti yang disebutkan sebelumnya, perbandingan adalah Anda melihat kegembiraan dan melihat seseorang menjalani kehidupan mewah di media sosial tidak hanya menimbulkan pikiran negatif.
Akan tetapi, hal tersebut juga dapat berpengaruh pada kesehatan mental Anda. Orang yang bergantung pada dopamin yang mereka peroleh dari validasi eksternal di media sosial mungkin mengalami depresi berat karena berkurangnya jumlah likes atau komentar yang ditinggalkan orang-orang.
Advertisement