Edukasi Masyarakat untuk Pencegahan Stroke Melalui Cek Segitiga

Cek Segitiga merupakan skrining penyakit kronis gratis yang meliputi pengecekan kolesterol, tensi, dan gula darah.

oleh Yulia Lisnawati diperbarui 31 Okt 2024, 15:03 WIB
Diterbitkan 31 Okt 2024, 15:03 WIB
Edukasi Masyarakat untuk Pencegahan Stroke Melalui Cek Segitiga
Edukasi Masyarakat untuk Pencegahan Stroke Melalui Cek Segitiga - dok: ist

Liputan6.com, Jakarta - Skrining kesehatan secara berkala sangat penting guna mencegah penyakit kronis, termasuk stroke.

Data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 menunjukkan, prevalensi penyakit stroke Indonesia mencapai 8,3 per mil atau per 1.000 penduduk usia di atas 15 tahun pada tahun 2023 dan menjadi penyakit yang menghabiskan biaya BPJS Kesehatan terbesar ketiga yakni Rp 5,2 triliun pada tahun tersebut.

Sementara itu, Jawa Timur memiliki prevalensi stroke di atas rata-rata nasional yakni 9,0 per 1.000 penduduk.

Bertepatan dengan peringatan Hari Stroke Sedunia, pada 29 Oktober 2024, PT Dexa Medica kembali menggelar Cek Segitiga yang merupakan program skrining penyakit kronis gratis untuk masyarakat.

"Dengan mengetahui kondisi kesehatan sejak dini, kita dapat mencegah penyakit yang lebih serius. Kami percaya bahwa investasi dalam kesehatan masyarakat adalah investasi untuk masa depan yang lebih baik," ungkap Presiden Direktur PT Dexa Medica, V Hery Sutanto, dalam keterangannya, Kamis (31/10/2024).

Cek Segitiga merupakan skrining penyakit kronis gratis yang meliputi pengecekan kolesterol, tensi, dan gula darah. Sebelumnya, Cek Segitiga telah berlangsung di Jakarta, Tangerang Selatan, Palembang, Bandung, dan terakhir di Surabaya.

"Melalui program skrining kesehatan gratis ini, Dexa Medica berkomitmen untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya deteksi dini penyakit," kata Hery.

Meningkatkan Kesadaran tentang Stroke melalui Edukasi

Selain cek kesehatan gratis, acara ini juga memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai pencegahan stroke. Dokter Spesialis Neurologi dari RS PHC Surabaya, dr. Andina Yuliani, memberikan penjelasan komprehensif tentang stroke dan bagaimana gaya hidup aktif dapat berkontribusi dalam pencegahannya.

"Dulu, stroke lebih umum terjadi pada usia di atas 50 tahun, tetapi kini kami melihat peningkatan kasus di kalangan orang berusia 30 tahun ke atas," papar dia.

Ia pun menekankan pentingnya olahraga dalam mencegah stroke. "Hanya dengan berolahraga selama 30 menit, lima kali dalam seminggu, risiko terkena stroke dapat berkurang hingga 25%," katanya.

Ia menambahkan bahwa aktivitas fisik tidak hanya berperan dalam pengendalian berat badan, tetapi juga membantu mengatasi faktor risiko seperti hipertensi, diabetes, dan kolesterol tinggi.

Aktivitas sederhana seperti berjalan kaki, berkebun, dan menggunakan tangga dapat membantu meningkatkan kesehatan jantung dan mengurangi risiko stroke.

 

Pentingnya deteksi dini untuk hindari stroke yang lebih parah

Sementara itu, Direktur Operasional PT PHC (RS PHC Surabaya), dr. Pudji Djanuartono,  mengungkapkan pentingnya deteksi dini untuk menghindari perkembangan stroke yang lebih parah.

"Semakin awal kita mendeteksi, semakin baik peluang pemulihan bagi pasien," tambahnya.

Dirinya menilai, kesadaran masyarakat akan pentingnya skrining kesehatan sudah meningkat. Hal ini ditandai dengan antusiasme masyarakat dalam mengikuti program Cek Segitiga.

"Luar biasa, kami sangat luar biasa dengan adanya acara ini, kolaborasi antara Dexa Medica dengan Rumah Sakit PHC Surabaya dalam rangka mengedukasi masyarakat bahwa stroke itu penyakit yang bisa terjadi kapan saja dan di mana saja," ungkap dr Pudji.

Infografis Gejala dan Penyebab Stroke
Infografis gejala dan penyebab stroke. Source: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya