Mitos vs Fakta Stroke: Jangan Sampai Salah Kaprah

Benarkah stroke hanya menyerang lansia? Kenali mitos dan fakta seputar stroke untuk mencegah dan penanganannya yang tepat, serta lindungi diri Anda dan keluarga!

oleh Dyah Puspita Wisnuwardani Diperbarui 23 Mar 2025, 11:41 WIB
Diterbitkan 23 Mar 2025, 11:24 WIB
Ilustrasi stroke
Ilustrasi stroke (Foto: freepik)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Stroke, kondisi medis serius yang disebabkan gangguan aliran darah ke otak, seringkali di kelilingi mitos yang menyesatkan. Banyak anggapan keliru mengenai siapa yang berisiko, bagaimana cara menanganinya, bahkan hingga pengobatannya. Pemahaman yang benar tentang fakta stroke sangat penting untuk pencegahan dan penanganan yang tepat guna meminimalisir dampak buruknya.

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, menunjukan stroke masih menduduki peringkat satu sebagai penyebab kematian dan kecacatan terbanyak di Indonesia. Kurangnya kesadaran masyarakat akan gejala stroke dan banyaknya mitos terkait stroke yang berkembang di masyarakat, membuat penanganan stroke menjadi terhambat.

Mitos-mitos seputar stroke ini seringkali beredar di masyarakat dan berpotensi menunda penanganan medis yang tepat dan cepat. Akibatnya, dampak stroke bisa lebih parah dan berujung pada kecacatan permanen. Oleh karena itu, penting untuk meluruskan kesalahpahaman ini dengan memahami mitos dan fakta-fakta ilmiah yang telah terbukti.

Mitos vs Fakta Stroke

Salah satu mitos stroke yang paling umum adalah anggapan bahwa stroke hanya menyerang orang tua. Faktanya, stroke dapat terjadi pada siapa saja, tanpa memandang usia. Walaupun kasus stroke lebih sering ditemukan pada usia > 55 tahun namun saat ini stroke di Indonesia banyak ditemui pada usia produktif 25-45 tahun.

Stroke usia muda dikaitkan dengan kelainan pembuluh darah, penyakit sel darah merah dan akibat penerapan pola hidup yang tidak sehat. Risiko memang meningkat seiring bertambahnya usia, gaya hidup tidak sehat, stres, dan tekanan darah tinggi dapat meningkatkan risiko stroke bahkan pada usia muda.

Promosi 1

Stroke Jenis Serangan Jantung?

Mitos lain yang sering dipercaya adalah stroke merupakan jenis serangan jantung. Faktanya, keduanya berbeda. Stroke disebabkan oleh gangguan aliran darah di otak, baik karena penyumbatan atau pendarahan pembuluh darah otak. Sedangkan serangan jantung disebabkan oleh penyumbatan atau penyempitan pembuluh darah arteri koroner yang memasok darah ke jantung.

Banyak juga yang percaya bahwa stroke tidak dapat disembuhkan. Faktanya, stroke dapat disembuhkan, terutama jika ditangani dalam ‘golden period’, yaitu kurang dari 4,5 jam setelah gejala muncul. Penanganan cepat dapat meminimalkan risiko kecacatan permanen. Kecepatan penanganan sangat krusial dalam menentukan tingkat kesembuhan dan pemulihan pasca stroke.

 

Stroke Tidak Bisa Dicegah dan Sulit Dideteksi

Mitos selanjutnya adalah stroke tidak dapat dicegah. Faktanya, lebih dari 80% kasus stroke terkait dengan faktor risiko yang dapat dikendalikan. Perubahan gaya hidup sehat dan pengelolaan faktor risiko seperti tekanan darah tinggi, diabetes, obesitas, kolesterol tinggi, dan merokok dapat mencegah stroke.

Mitos lainnya adalah wanita terbebas dari risiko stroke. Faktanya, stroke dapat menyerang siapa saja, termasuk wanita. Bahkan, setelah menopause, stroke lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria karena hilangnya perlindungan hormon estrogen.

Seringkali orang berasumsi bahwa stroke sulit dideteksi. Faktanya, stroke sering menunjukkan gejala yang jelas. Metode FAST (Face drooping, Arm weakness, Speech difficulty, Time to call 112) dapat membantu mendeteksi gejala awal. Kecepatan mendeteksi gejala sangat penting untuk penanganan cepat.

Mitos berbahaya lainnya adalah menusukkan jarum ke jari atau telinga dapat mengobati stroke. Faktanya, ini adalah mitos yang tidak berdasar dan berbahaya. Tindakan ini justru berisiko menyebabkan infeksi dan tidak ada bukti ilmiah yang mendukungnya.

Terakhir, ada mitos bahwa pengobatan stroke dapat dihentikan jika gejala sudah hilang. Faktanya, gejala stroke sementara (Transient Ischemic Attack/TIA) merupakan tanda peringatan serius dan memerlukan penanganan medis segera. TIA meningkatkan risiko stroke yang lebih berat di kemudian hari.

Selain mitos-mitos di atas, penting juga untuk memahami bahwa riwayat stroke dalam keluarga meningkatkan risiko terkena stroke karena banyak faktor risiko stroke bersifat genetik. Ini merupakan fakta yang perlu diperhatikan.

Pencegahan dan Penanganan Stroke

Pencegahan stroke dapat dilakukan dengan menerapkan gaya hidup sehat, termasuk pola makan seimbang, olahraga teratur, berhenti merokok, dan mengelola tekanan darah dan gula darah. Deteksi dini dan penanganan cepat sangat penting untuk meminimalisir dampak buruk stroke.

Jika Anda atau orang terdekat mengalami gejala stroke, segera hubungi layanan medis darurat. Jangan percaya pada mitos yang dapat menunda penanganan yang tepat dan berpotensi membahayakan. Kecepatan bertindak menentukan tingkat kesuksesan penanganan dan pemulihan.

Ingatlah, memahami fakta dan membuang mitos seputar stroke adalah langkah penting dalam melindungi diri dan keluarga dari penyakit ini. Dengan informasi yang tepat, kita dapat mencegah dan menangani stroke secara efektif.

Memahami fakta dan menghindari mitos seputar stroke sangat penting untuk pencegahan dan penanganan yang tepat. Jangan ragu untuk mencari informasi akurat dan segera hubungi layanan medis jika Anda atau orang terdekat mengalami gejala stroke.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya