Liputan6.com, Jakarta Dunia kesehatan semakin menunjukkan perkembangan, salah satunya dalam penanganan penyakit stroke.
Menurut dokter spesialis bedah saraf di RS Siloam Lippo Village, Prof. Julius July, ada prosedur yang menjadi harapan baru dalam dunia bedah saraf. Ini adalah Brain Bypass Surgery STA-MCA (Superficial Temporal Artery to Middle Cerebral Artery).
Advertisement
Baca Juga
Superficial Temporal Artery (STA) adalah arteri yang terletak di luar tengkorak, tepatnya di sisi kepala. STA berfungsi memasok darah ke jaringan kulit kepala dan bagian luar tengkorak. Sementara, Middle Cerebral Artery (MCA) adalah salah satu arteri utama di otak yang bertanggung jawab mengalirkan darah ke sebagian besar area otak besar. Termasuk lobus frontal, temporal, dan parietal.
Advertisement
Brain Bypass Surgery, khususnya prosedur STA-MCA bypass adalah teknik bedah saraf yang bertujuan mengalirkan darah ke otak dengan menghubungkan arteri superfisial ke arteri serebral tengah.
“Operasi bypass STA-MCA ini merupakan solusi bagi pasien yang mengalami penyumbatan atau gangguan aliran darah ke otak, di mana metode lain tidak lagi efektif,” kata Julius dalam keterangan pers dikutip Senin (24/3/2025).
Beberapa kondisi yang menjadi indikasi untuk operasi ini meliputi stroke iskemik berulang dan aneurisma kompleks yang tidak dapat diatasi dengan metode konvensional. Keunggulan prosedur ini adalah dapat meningkatkan suplai darah ke otak secara signifikan dan mencegah risiko stroke berulang.
Kriteria Pasien yang Bisa Jalani Brain Bypass Surgery
Julius menjelaskan, tidak semua pasien dapat menjalani prosedur bypass langsung.
“Kami mempertimbangkan beberapa faktor, seperti usia pasien, kondisi pembuluh darah, serta luasnya penyumbatan.”
Operasi ini dapat dilakukan pada pasien dewasa dan anak-anak dengan kondisi penyempitan pembuluh darah lainnya.
Bagi pasien dengan arteri yang sangat kecil, bypass langsung mungkin tidak memungkinkan.
“Dalam kasus seperti ini, kami menggunakan indirect bypass, yang melibatkan stimulasi pertumbuhan pembuluh darah baru untuk meningkatkan suplai darah ke otak secara bertahap,” jelas Julius.
Teknik ini lebih umum digunakan pada pasien di mana pembuluh darahnya terlalu kecil untuk dilakukan anastomosis langsung.
Salah satu teknik yang digunakan dalam indirect bypass adalah Ensefalo Duro Myo Arterio Pericranial Synangiosis (EDMAPS).
“Teknik ini melibatkan penggunaan jaringan otot dan periosteum yang ditempatkan di atas permukaan otak untuk merangsang pertumbuhan pembuluh darah baru secara bertahap. Teknik ini menjadi pilihan utama bagi pasien dengan kondisi pembuluh darah yang terlalu kecil untuk dilakukan bypass langsung,” jelas Julius.
Advertisement
Persiapan Sebelum Operasi Bypass STA-MCA
Sebelum menjalani operasi bypass STA-MCA, pasien harus menjalani serangkaian pemeriksaan, termasuk MRI, CT-Scan, dan angiografi serebral untuk memastikan kelayakan prosedur.
“Pemeriksaan ini sangat penting untuk mengetahui kondisi pembuluh darah otak pasien dan menilai apakah operasi ini merupakan pilihan terbaik bagi mereka,” jelas Julius.
Selain itu, pasien harus menjaga tekanan darah dalam kisaran yang direkomendasikan.
“Tekanan darah yang terlalu tinggi atau terlalu rendah bisa meningkatkan risiko komplikasi selama operasi. Kami juga memberikan panduan atau treatment dan obat-obatan tertentu untuk persiapan operasi,” lanjutnya.
Prosedur Operasi Bypass STA-MCA
Operasi bypass STA-MCA dilakukan dengan teknik mikrovaskular, yaitu ahli bedah saraf akan menghubungkan arteri superfisial di kepala pasien dengan arteri di dalam otak menggunakan mikroskop bedah khusus.
“Prosedur ini membutuhkan ketelitian tinggi dan biasanya berlangsung selama 4-6 jam secara keseluruhan, dalam proses penjahitan atau core-nya rata-rata setengah jam,” ujar Julius.
Tingkat kesulitan operasi ini cukup tinggi, mengingat ukuran pembuluh darah yang sangat kecil dan risiko komplikasi yang dapat terjadi selama prosedur berlangsung. Diperlukan keahlian bedah mikro yang sangat presisi agar operasi berjalan sukses tanpa menimbulkan komplikasi yang berbahaya.
Advertisement
Pasca Operasi Bypass STA-MCA
Setelah operasi, pasien biasanya akan menjalani perawatan intensif di ICU selama 24 hingga 48 jam untuk memastikan aliran darah ke otak berjalan optimal. Di RS Siloam, pemantauan kondisi pasien dilakukan secara ketat dalam dua hari pertama untuk menghindari komplikasi seperti perdarahan atau penyumbatan ulang.
Pasien umumnya memerlukan rawat inap selama 3 hari pasca operasi, tetapi tergantung pada kondisi masing-masing. Selain itu, istirahat total di rumah selama dua minggu juga disarankan agar pemulihan berjalan optimal.
Untuk menjaga luka tetap steril, pasien harus menghindari menyentuh area operasi tanpa mencuci tangan terlebih dahulu dan mengikuti instruksi dokter mengenai perawatan luka.
Prognosis dan Risiko
Julius tak memungkiri, tetap ada risiko yang perlu diperhatikan dari operasi bypass STA-MCA.
“Komplikasi yang bisa terjadi meliputi infeksi, perdarahan, atau penyumbatan ulang arteri. Namun, dengan pemantauan yang baik, risiko ini dapat diminimalkan,” kata Julius.
Hingga saat ini, sudah lebih dari puluhan pasien telah menjalani operasi bypass serebral STA-MCA di RS Siloam Lippo Village. Setiap prosedur yang dilakukan telah melalui evaluasi ketat dengan standar medis yang tinggi untuk memastikan hasil terbaik bagi pasien.
“Kami memahami bahwa prosedur ini masih belum banyak dilakukan, tapi setiap pasien yang menjalani operasi ini mendapat penanganan optimal dengan pendekatan multidisiplin,” jelas Julius.
Dia juga menekankan bahwa pencapaian ini merupakan langkah awal bagi perkembangan layanan bedah saraf di Indonesia, khususnya dalam operasi bypass serebral.
“Harapan kami adalah semakin banyak pasien yang percaya dengan kualitas layanan yang kami berikan, sehingga mereka tidak perlu mencari pengobatan ke luar negeri,” tambahnya.
Ia juga menegaskan bahwa hingga saat ini, semua pasien yang telah menjalani operasi bypass di RS Siloam Lippo Village menunjukkan hasil yang baik, dengan pemulihan yang optimal sesuai dengan prosedur medis yang berlaku.
Sebagian kecil pasien mungkin masih berisiko mengalami penyumbatan ulang dalam jangka panjang.
“Untuk itu, kami menyarankan kontrol rutin untuk mengevaluasi kondisi pembuluh darah pasien dan mencegah kemungkinan terjadinya penyumbatan ulang,” pungkasnya.
