Liputan6.com, Jakarta - Peningkatan kasus diabetes, khususnya tipe 2 menjadi perhatian serius di seluruh dunia, dengan dampak besar terhadap kesehatan masyarakat. Penyakit ini tak hanya berpotensi memengaruhi kualitas hidup, tetapi juga menjadi salah satu penyebab utama kematian. Setiap tahun, lebih dari satu juta kematian disebabkan oleh diabetes.
Melansir dari Healthline, Senin (3/2/2025), sekitar 462 juta individu di dunia mengidap diabetes tipe 2 pada tahun 2017. Angka ini diperkirakan akan terus meningkat, dengan prediksi 7.079 kasus per 100.000 penduduk pada tahun 2030.
Advertisement
Baca Juga
Individu yang berisiko tinggi, seperti orang dewasa di atas 45 tahun dan penderita obesitas, disarankan untuk membatasi konsumsi gula, menjalani pola makan sehat dan rutin berolahraga.
Advertisement
Namun, penelitian terbaru dari Tulane University mengungkapkan hal yang mengejutkan, yakni dengan mengurangi asupan garam juga dapat menjadi langkah penting dalam pencegahan diabetes tipe 2.
Penelitian ini, yang diterbitkan pada 1 November 2023 di Mayo Clinic Proceedings, merupakan yang pertama yang menyelidiki hubungan antara kebiasaan menambah garam pada makanan dan risiko diabetes tipe 2.
Penulis utama studi, direktur Tulane University Obesity Research Center dan profesor di School of Public Health and Tropical Medicine, menjelaskan bahwa selama ini kita sudah tahu bahwa membatasi garam dapat mengurangi risiko penyakit jantung dan hipertensi.
"Namun penelitian ini menunjukkan untuk pertama kalinya bahwa tidak mengonsumsi garam juga dapat membantu mencegah diabetes tipe 2,” kata Dr. Lu.
Meskipun penelitian ini masih memerlukan studi lanjutan untuk memahami mekanisme pasti, hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi garam yang lebih tinggi terkait dengan indeks massa tubuh (IMT) yang lebih tinggi, yang merupakan salah satu faktor risiko utama untuk diabetes tipe 2.
Hasil Penelitian Tulane University
Para peneliti meneliti lebih dari 400.000 individu dewasa yang terdaftar dalam Biobank Inggris selama hampir 12 tahun. Hasilnya menunjukkan bahwa lebih dari 13.000 peserta yang mengonsumsi garam dalam jumlah banyak kemudian didiagnosis dengan diabetes tipe 2.
Dibandingkan dengan peserta yang jarang atau tidak pernah menambah garam pada makanannya, mereka yang sering menambah garam (kadang-kadang, biasanya, atau selalu) memiliki risiko lebih besar terkena diabetes tipe 2. Secara rinci, peserta yang "selalu" menambah garam memiliki risiko 39% lebih tinggi.
Kelsey Costa, seorang ahli diet dan konsultan nutrisi, menjelaskan bahwa konsumsi garam yang berlebihan dapat memengaruhi berat badan, tekanan darah, metabolisme, dan menyebabkan peradangan yang dapat berujung pada resistensi insulin—penyebab utama diabetes tipe 2.
“Peradangan dapat merusak sel dan jaringan dalam tubuh, menyebabkan resistensi insulin dan gangguan metabolisme glukosa,” kata Costa.
Advertisement
Hubungan Antara Diabetes Tipe 2, Garam dan Obesitas
Konsumsi garam yang berlebihan juga sering dikaitkan dengan peningkatan tekanan darah dan obesitas—dua faktor risiko utama untuk diabetes tipe 2.
Costa menjelaskan bahwa pada individu yang kelebihan berat badan, konsumsi garam tinggi dapat meningkatkan asupan kalori dan natrium, yang akhirnya memengaruhi metabolisme tubuh.
Teori terbaru menyebutkan bahwa konsumsi garam dapat meningkatkan produksi fruktosa—gula yang ditemukan dalam banyak makanan olahan.
Peningkatan fruktosa ini berpotensi mengganggu metabolisme tubuh, menyebabkan resistensi leptin (hormon pengatur nafsu makan), dan akhirnya meningkatkan kemungkinan obesitas serta gangguan metabolisme lainnya.
Apakah Harus Menghindari Garam Sepenuhnya?
Meskipun penelitian menunjukkan bahwa asupan garam berlebih dapat meningkatkan risiko diabetes tipe 2, Costa menegaskan bahwa individu yang sehat tidak perlu khawatir jika mengonsumsi garam dalam jumlah wajar.
“Tubuh manusia membutuhkan sejumlah kecil natrium untuk menjaga keseimbangan cairan, mengirimkan sinyal saraf, dan membantu otot berkontraksi dan rileks,” ungkap Costa.
Namun, yang terpenting adalah menghindari konsumsi garam berlebihan dan menjaga pola makan sehat serta seimbang.
“Secara proaktif mempertimbangkan alternatif rendah natrium sebagai pengganti garam untuk bumbu dapat bermanfaat,” jelasnya.
Lebih lanjut ia mengatakan, "Pendekatan ini tidak hanya memupuk pola makan yang penuh perhatian tetapi juga meningkatkan nilai gizi makanan Anda tanpa mengorbankan rasa.”
Advertisement
Alternatif Sehat Pengganti Garam
Bagi individu yang ingin mengurangi konsumsi garam, ada pilihan alternatif sehat yang bisa digunakan untuk memberi cita rasa pada masakan tanpa menambah natrium, seperti:
- Bumbu dan Rempah
Beragam bumbu dan rempah bisa menjadi pilihan untuk memberi rasa pada makanan tanpa tambahan natrium. Cobalah kombinasi bumbu seperti lada, kunyit, jahe, atau ketumbar.
- Lemon atau Jeruk Nipis
Asam dari buah jeruk dapat memberi rasa segar dan tajam, mengurangi kebutuhan akan garam.
- Bawang Putih dan Bawang Bombay
Sayuran aromatik ini dapat menambah cita rasa pada masakan. Versi segar maupun kering bisa digunakan sesuai kebutuhan.
- Campuran Bumbu Bebas Garam
Banyak produk campuran bumbu yang dirancang khusus tanpa natrium. Pastikan untuk memeriksa label terlebih dahulu dan pilih yang tidak mengandung garam tambahan.